
Hujan Bulan Juni
-
Ditulis olehRyan Chandra Ibrahim
-
Dibuat tanggal
18 Jun 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjung Morawa
Hujan Bulan Juni adalah salah satu karya fiksi yang di tulis oleh Sapardi Djoko Damono salah satu penyair dan sastrawan terkenal di Indonesia. Buku Hujan Bulan Juni ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada 2015. Buku ini diadaptasi dari puisi Sapardi yang berjudul sama dengan bukunya, Hujan Bulan Juni. Dengan berlatar belakang budaya Jawa yang di representasikan melalui dialog antar tokoh. Buku ini disajikan dengan 135 halaman merangkum kisah perjalanan cinta yang tak terucapkan dari sepasang kekasih yang ditentang karena beragam perbedaan.
Sarwono mengajak Pingkan ikut dengannya sebagai asistennya ke Universitas Negeri Gorontalo karena ada tugas mendadak yang diperintahkan oleh Kaprodi-nya di Fakultas UI. Sebenarnya, itu adalah rencana dengan niat busuk, akal-akalan yang sangat amat jelas sejalan dengan romantisme agar selalu bisa lebih lama dengan Pingkan. Namun, tanpa diketahui Sarwono, sebenarnya Pingkan senang bisa lebih lama bersama Sarwono, lelaki kurus yang gagal melanjutkan studi ke Amerika karena flek mencurigakan di paru-parunya.
Sarwono seorang dosen sastra muda bertemu dengan Pingkan di Fakultas UI. Sebenarnya mereka sudah saling kenal sejak Sarwono bermain ke tempat Toar, kakak Pingkan. Ia berpura-pura belajar bersama dengan Toar hanya untuk bisa melihat Pingkan.
Seiring berjalannya waktu, Pingkan diperintahkan sebagai asisten dosen di Jepang. Ia senang, tapi ia juga sedih. Ia masih merindukan perjalanannya bersama Sarwono ke Gorontalo. Sebab, ia mencintai Sarwono, begitu pula sebaliknya. Semakin lama semakin ia merindukannya, semakin berat pula hatinya meninggalkan Sarwono, sosok yang begitu ia cintai dengan puisi-puisi cengengnya.
Aku harus segera ke Solo, katanya tanpa menjelaskan apa-apa. Ia harus segera pulang dari Jepang menuju Solo setelah mendapat berita. Sesampainya di rumah, ibunya memeluknya dan memerintahkan agar segera ke rumah sakit bertemu Sarwono. Sampai di rumah sakit yang buru-buru menemuinya adalah bu Hadi, ibunya Sarwono. Tidak apa-apa Ping, semoga. Bu Hadi pun mengeluarkan lipatan koran yang sudah kusut dari tasnya.
“Pingkan, Sarwono memberikan koran ini, katanya agar segera diserahkan kepada kamu”
Sangat hati-hati Pingkan membuka lipatan itu dan segera dilihatnya tiga buah sajak di salah satu sudut halamannya.
Karakter utama dalam buku ini adalah Sarwono seorang dosen sastra muda di Fakultas UI menjalin cinta bisu dengan Pingkan yang juga mencintainya. Sapardi mencoba merepresentasikan puisi Hujan Bulan Juni melalui kisah cinta mereka. Ia menunjukkan bagaimana rasa rindu yang ditutup-tutupi dengan rasa cinta yang tidak bisa diungkapkan dengan jelas.
Naratif dalam novel ini disajikan dengan sedikit alur yang berpindah-pindah, bukan hanya pada segi waktu namun pada tempat kejadian pun dapat berpindah-pindah pada tengah cerita. Hal ini yang mungkin sedikit membuat pembaca kebingungan pada awal membaca novel ini. Tapi tenang saja, perpindahan alur tidak mengganggu isi cerita. Para pembaca tidak akan kehilangan momen-momen romantis pada buku ini ketika terjadi perpindahan alur. Tapi ya tetap saja, perpindahan alur cerita pada buku inilah yang membuat ia semakin menarik.
Dari segi pengembangan karakter, Sapardi berhasil menciptakan tokoh-tokoh romantis cengeng dengan latar belakang yang cukup rumit. Apalagi, latar belakang dari Pingkan dan ibunya, yang membuat para pembaca semakin penasaran siapakah sebenarnya sosok yang begitu Sarwono cintai. Pada setiap lembaran-lembaran romantis, Sapardi berhasil memotret kebahagiaan, kesedihan, keraguan, kecemburuan, dan ketidakpastian cinta diantara meraka.
Novel Hujan Bulan Juni telah disambut hangat oleh para pembaca dan telah menjadi bestseller di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa buku ini telah meraih pelbagai prestasi dan popularitas di Indonesia. Buku ini telah menjadi bahan ajar edukatif pada kajian sastra di pelbagai mata kuliah dan menjadi bahan kajian budaya di Indonesia.
Kemudian, penggunaan kata pada buku ini tidak terlalu memberatkan pembaca. Namun, ada beberapa frasa Jawa yang dimasukkan ke dalam dialog antar tokoh. Inilah yang membuat para pembaca sedikit kebingungan, tapi tenang, buku ini tidak dimuat hanya untuk orang Jawa. Namun, memasukkan frasa Jawa ke dalamnya hanya sebagai bentuk pengembangan karakter Sarwono yang tinggal di Solo. Sang penulis, Sapardi Djoko Damono sendiri telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam dunia sastra, termasuk SEA Write Award dari Thailand (1986) dan ASEAN Book Award (2018).
Secara keseluruhan buku ini sangat bagus bagi para pencinta cerita romansa. “ Hujan Bulan Juni ” karya Sapardi Djoko Damono membuat saya senyum-senyum sendiri dalam membaca ceritanya. Kisah cinta yang dihalangi oleh beragam perbedaan ini menjadi ciri khas kisah cinta mereka. Jujur, saya merekomendasikan buku ini karena sangat bagus apalagi ditambah dengan sajak yang mengagumkan yang sengaja diselipkan di buku ini.
Buku ini juga bukan hanya untuk pencinta cerita romansa, tapi juga cocok bagi pelajar dan mahasiswa serta penggemar puisi dan sastra. Secara pribadi, buku ini sangat layak dibaca karena bahasa yang tidak terlalu berat memungkinkan bagi seluruh kalangan ikut membacanya.
0 komentar