book

Pulang

0
  • book
    Ditulis oleh
    Nindyra Imaysha
  • Dibuat tanggal
    22 Jun 2024
  • Sekolah
    SMA NEGERI 2 PASURUAN

Resensi Buku Pulang Karya Leila S. Chudori.

Dilema Pengasingan dan Identitas dalam buku "Pulang" karya Leila S. Chudori.

Buku Pulang merupakan sebuah novel dari Indonesia yang ditulis oleh Leila S. Chudori. Karya awal Leila dipublikasi di berbagai media mulai dia berusia 12 tahun. Tahun 2012 Leila menghasilkan novel Pulang yang kini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (Home), Prancis (Retour), Belanda (Naar Huis), Jerman (Pulang, Heimkehr nach Jakarta) dan Italia (Ritorno a Casa). Novel ini memenangkan Prosa Terbaik Khatulistiwa Award 2013 dan dinyatakan sebagai satu dari "75 Notable Translations of 2016 oleh World Literature Today". Pulang adalah sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta, dan pengkhianatan berlatar belakang 3 peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1998, dan Indonesia Mei 1998. Pada Novel Pulang akan banyak disajikan berbagai sudut pandang dari para tokoh dan memiliki alur campuran.

 

         "Pulang" karya Leila S. Chudori adalah sebuah novel yang menggugah emosi dan memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan para eksil politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI. Melalui tokoh Dimas Suryo dan keluarganya, novel ini menggambarkan kerinduan dan perjuangan identitas di negeri asing. Dengan alur yang dinamis dan penggambaran karakter yang kuat, "Pulang" tidak hanya menceritakan sejarah, tetapi juga menyentuh aspek kemanusiaan yang universal. Buku ini adalah karya sastra yang patut dibaca bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah dan dampak politik terhadap individu dan keluarga.

       

      Karakter sentral dalam cerita ini adalah Dimas Suryo, eksil politik yang senantiasa memendam harapan dan keinginan untuk pulang ke Indonesia, entah hidup atau mati. Sebab baginya "Indonesia" adalah rumah, kendati pemerintahnya (mungkin juga sebagian warganya) tidak menghendaki kehadirannya.

      

      Kisah diawali dengan Hananto Prawiro, seorang pimpinan Kantor Berita Nusantara dan merupakan buronan yang dianggap 'sangat kiri' atau dikenal sebagai pengikut PKI. Hananto Prawiro tertangkap pada tanggal 6 April 1968 di toko Tjahja foto, sementara Dimas suryo, Nug, dan Risjaf sedang bersembunyi di Peking. Kantor Berita Nusantara pun akhirnya dianggap sebagai 'sarang pengikut/simpatisan PKI', meskipun tidak semua wartawan/karyawannya merupakan seorang PKI, bahkan ada yang haluan politiknya berseberangan dengan pimpinan. Kantor Berita ini pun tidak luput dari razia para polisi, tentara, dan pemuda-pemuda anti PKI lainnya. 

      

      Dan tentu saja, akibat Hananto Prawiro. Surti yang merupakan Istri serta anak-anak Hananto banyak dicecar pertanyaan oleh para interogator-interogator bengis nan sadis yang selalu meninggalkan trauma bagi istri dan anak-anak dari Hananto Prawiro. 

 

       Berlanjutnya waktu, Dimas Suryo bersama tiga kawannya—Nugroho, Tjai, dan Risjaf terpaksa menetap di Paris karena terjebak setelah kudeta militer di Indonesia. Mereka berusaha membangun kehidupan baru di Eropa sambil tetap menjaga identitas dan budaya Indonesia. Dimas bekerja di sebuah restoran Indonesia dan menjalin hubungan dengan Vivienne, seorang wanita Prancis yang kemudian menjadi istrinya.

 

      Kisah berlanjut ke tahun 1998, ketika Lintang Utara, putri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliahnya. Melalui perjalanan Lintang ini, pembaca diajak menyelami konflik internal para eksil dan generasi kedua yang mencoba memahami identitas mereka serta sejarah kelam yang menimpa keluarga mereka. Lintang pergi ke Jakarta pada bulan Mei 1998, ketika situasi politik Indonesia memanas antara lain sebagai dampak dari krisis moneter sejak 1997, dan tuntutan agar Presiden Soeharto mundur pun semakin kencang. Lintang Utara, berhasil masuk ke Indonesia karena bantuan dari kawannya yang berada di Kedutaan Besar Prancis.

 

       Bersama Segara Alam, putra Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun. 

       

       Selang sebulan kemudian setelah kejadian tersebut, akhirnya Dimas Suryo benar-benar pulang dan menyusul ke Jakarta, tepatnya di Karet. Ia benar-benar bisa pulang, tetapi sudah menjadi satu dengan tanah yang menurut dia “memiliki aroma yang berbeda” dengan tanah Cimetiere du Pere Lachaisa. Tanah Karet. Tanah tujuan dia untuk pulang.

Dari segi karakter, Leila S Chudori berhasil menyajikan tokoh yang dapat membuat perkembangan dalam novel Pulang. Dimas Suryo merupakan tokoh utama yang digambarkan sebagai pria yang tegar namun penuh kerinduan akan kampung halaman. Sosoknya menunjukkan bagaimana cinta dan kerinduan terhadap tanah air dapat bertahan dalam pengasingan. Vivienne yaitu istri Dimas yang berdedikasi dan mendukung suaminya dalam situasi sulit, meskipun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Lintang Utara yang merupakan anak perempuan Dimas dan Vivienne yang menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, serta antara dunia barat dan timur. 

   

       "Pulang" mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, pengasingan, cinta, dan perjuangan politik. Novel ini menggambarkan betapa beratnya hidup di pengasingan dan bagaimana sejarah dan politik bisa memisahkan keluarga serta mengubah nasib seseorang. Melalui kisah Dimas dan Lintang, Leila S. Chudori menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami sejarah dan menjaga identitas budaya meski berada di tanah asing.

 

      Leila S. Chudori menggunakan bahasa yang puitis namun mudah dimengerti. Penggambaran latar tempat dan waktu sangat detail, membuat pembaca seolah-olah dapat merasakan atmosfer Paris dan Jakarta. Alur cerita yang maju-mundur memberikan dinamika yang menarik dan memungkinkan pembaca melihat berbagai perspektif dari waktu ke waktu.

 

     Novel Pulang memiliki penggambaran karakter yang mendalam dan realistis. Alur Cerita dalam "Pulang" menggugah emosi pembaca. Konflik batin yang dialami oleh para tokoh, terutama dalam menghadapi identitas dan pengasingan, disampaikan dengan sangat menyentuh. Novel ini menunjukkan hasil penelitian yang mendalam tentang sejarah Indonesia, terutama terkait dengan peristiwa G30S/PKI dan dampaknya pada individu-individu yang terlibat. Hal ini memberikan konteks historis yang kuat dan menambah kredibilitas cerita.

 

      Namun, novel ini memiliki alur maju-mundur yang bisa membingungkan para pembaca. Beberapa bagian dari novel ini mungkin terasa lambat bagi sebagian pembaca. Deskripsi yang terlalu detail atau adegan yang panjang bisa mengurangi dinamika cerita, membuat tempo novel terasa lebih lambat.

 

     "Pulang" adalah novel yang kaya akan emosi dan sejarah, memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan para eksil politik Indonesia. Leila S. Chudori berhasil mengemas cerita yang kompleks menjadi sebuah karya yang menyentuh dan menggugah. Buku ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang tertarik pada sejarah Indonesia, isu-isu politik, dan kisah tentang pencarian identitas.

Judul Buku Pulang
Penulis Leila S. Chudori
ISBN 9786024242756
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2012
Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Jumlah Halaman 480

0 komentar

Buat komentar

Oleh Peserta Sama