
Pulang
-
Ditulis olehMarshanda Aulia Putri
-
Dibuat tanggal
03 Jul 2024
-
Sekolah
SMP NEGERI 21 PONTIANAK
Judul : Kembali Pulang Tempat Jiwa Merindu
Judul Buku : Pulang
Nama pengarang : Leila S. Chudori
Jumlah halaman : 461
Lembaga penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun penerbitan : 2023
Kota penerbitan : Jakarta
Novel ini berjudul "Pulang," sebuah novel bergenre fiksi sejarah yang ditulis oleh Leila Salikha Chudori dan diterbitkan oleh penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) di Jakarta. Buku yang saya resensi kali ini terbit pada tahun 2023 dan merupakan cetakan kedua puluh tujuh. Novel ini berisi 461 halaman yang dikemas dengan baik oleh Leila, sehingga mampu membawa kita merasakan peristiwa sejarah besar yang pernah terjadi, yaitu Gerakan 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Kerusuhan Indonesia Mei 1998.
"Pulang" dimulai pada 2006 dan selesai pada tahun 2012, di sela-sela tugas sehari-harinya sebagai orang tua dari Rain Chudori, sebagai wartawan Tempo, dan di antara itu juga melahirkan kumpulan cerita "9 dari Nadira". Alasan saya memilih buku ini adalah karena berisi cerita yang memukau tentang sejarah kelam yang sering kali tidak diajarkan di sekolah.
Novel "Pulang" adalah kisah dua generasi—Dimas Suryo dan putrinya, Lintang Utara. Dimas Suryo menceritakan perjalanan bertahan hidup sebagai seseorang yang dicap sebagai eksil 1965, yang berakhir terdampar di Paris, Prancis, karena kejadian G30S yang sedang terjadi di Indonesia. Sebagai upaya bertahan hidup, Dimas dan ketiga rekannya—Risjaf, Nugroho, dan Tjai Sin Soe—yang juga menetap di Paris, mendirikan restoran bernama "Restoran Tanah Air". Di sini, Dimas membangun kehidupan barunya, menikah dengan Vivienne Deveraux (orang Prancis), berketurunan, dan mencari nafkah. Aji, adik Dimas Suryo, tak henti-hentinya mengirim pesan untuk tidak pulang dan selalu mengabarkan keadaan di tanah air. Meski begitu, jiwa Dimas tetap tertinggal di Indonesia yang sudah tak lagi dikenalnya sejak tahun 1965 itu.
Lintang Utara, anak dari Dimas Suryo dan Vivienne Deveraux, berhasil mendapatkan visa masuk Indonesia pada tahun 1998 untuk merekam pengalaman korban tragedi G30S sebagai tugas akhir kuliahnya. Ia juga bertemu dengan Segara Alam—anak dari Hananto—yang turut membantu Lintang dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Apa yang terungkap oleh Lintang bukan hanya masa lalu ayahnya, tetapi juga fakta yang menampar sisi kemanusiaannya lewat sejarah paling berdarah yang terjadi di Indonesia. Lintang juga menjadi saksi kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya pemimpin yang telah berkuasa selama 32 tahun. Cerita ini berakhir dengan Lintang yang memilih bersama Alam, dan Dimas Suryo yang akhirnya bisa pulang ke Indonesia—walau hanya jasadnya yang pulang, dan dikuburkan di Karet—tempat yang selalu diimpikannya untuk "Pulang".
Dengan kebeningan bahasa dan kerangka waktu yang terstruktur apik, Leila sukses menggambarkan kehidupan yang dipenuhi tragedi kelam, drama keluarga, persahabatan, cinta, hingga pengkhianatan. Kisah ini disuguhkan dengan alur maju-mundur yang seolah membawa kita berkeliling mesin waktu untuk menelusuri masa lalu yang kelam namun penuh harapan. Ramuan diksinya membuat pembaca terkesan, penokohannya terasa kuat dan hidup, serta pembaca diajak berwisata kuliner lewat tokoh-tokohnya.
Dengan berbagai tragedi dan drama yang telah menyatu, novel ini mengajarkan kita tentang moral dan semangat juang hidup untuk dapat kembali pulang ke tempat jiwa berasal. Bagaimana kejinya rezim otoriter yang berkuasa tanpa merasakan apa yang seseorang rasakan, pikirkan, dan kebebasan setiap orang. Bahkan ada peraturan subversif yang membungkam media jika berani mengkritik, menghadirkan kritik sosial, serta menunjukkan dampak politik yang lebih luas dari kejadian tersebut.
Leila memenangi Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori prosa pada tahun 2013 lewat novel "Pulang". Novel ini juga dapat menjadi sumber pengetahuan baru tentang sejarah politik serta sejarah Orde Baru. Namun, menurut saya, buku ini memiliki kelemahan yaitu dalam cara penulis membawakan kisah romansa. Mengingat Indonesia yang menjunjung tinggi etika dan moral masyarakat religius atau agamis, perilaku vulgar yang diceritakan dalam novel ini sangat berani. Meskipun memang menggambarkan kehidupan kala itu, menurut saya, agak kurang tepat jika digambarkan terlalu vulgar—atau memang ini cara pandang penulis yang kemudian dituangkan dalam interaksi antar tokohnya.
Secara keseluruhan, novel "Pulang" sangat layak untuk dibaca. Dengan pemilihan topik dan gaya penulisan yang unik, novel ini juga memberikan edukasi dan pengetahuan baru tentang sejarah yang jarang dikemukakan sekarang ini, mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah paling berdarah di tanah air. Di balik setiap halaman yang ditulis dengan penuh emosi, kita diajak merenungi perjalanan hidup yang sarat dengan pelajaran berharga dan kekuatan untuk selalu mencari jalan pulang, ke tempat jiwa merindu dan menemukan kedamaian sejati.
23 komentar
Penyampaian yang sangat bagus membuat saya tertarik untuk ikut membaca novel tersebut
sangat bagus mudah dipahami
keren kak resensinya.....
keren sekali resensinya
bagus resensinya, sehingga mudah dipahami. Membuat saya ikut tertarik membaca novel tersebut
Keren
perfectt!!!
bahasa penyampaian mudah dimengerti, sukses selalu!
mudah dipahami
Resensinya sangat bagus, mudah dimengerti, dan menarik.
Resensi nya sangat menarik. Pembahasan isi, kelebihan dan kekurangan buku tersebut disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami
KEREN BANGETT
kerennnn, sangat amat baguussss
Sangat bagus
alur ny bgs bgt ad history nyaa 🌹‼️
Keren, bahasa nya mudah dipahami dan membuat pembaca tertarik dengan novel tersebut.
resensi dan bahasa penyampaiannya sangat mudah dipahami membuat saya tertarik untuk membaca novel ini
Bagus banget kak....
Alur ceritanya seru dan tidak membosankan.
rekomended buat baca.
Sangat menyenangkan membacanya
Sangat lengkap dan mendetail