
Hello, Cello.
-
Ditulis olehResti Aurelia Astro Dinata
-
Dibuat tanggal
03 Jul 2024
-
Sekolah
SMAN 1 Bekasi
Resensi Buku “Hello, Cello.” Karya Nadia Ristivani
Judul: Diri Adalah yang Utama
1. Identitas Buku
Judul Buku : Hello, Cello.
Nama Pengarang : Nadia Ristivani
Tahun Penerbit : 2022
Nama Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Jumlah halaman : 432
ISBN : 978-602-220-438-1
2. Sinopsis dan Ulasan Buku
“Hello, Cello.” merupakan novel romansa karya Nadia Ristivani dan diterbitkan oleh PT. Bukune Kretif Cipta pada tahun 2022. Sebelumnya, novel ini dipublikasikan oleh sang penulis dalam bentuk alternative universe melalui aplikasi twitter yang sekarang telah berganti nama menjadi aplikasi X. Karena ramai mendapat respon baik dari para pembaca, Nadia Ristivani pun mendapat tawaran untuk mengadaptasi tulisannya di aplikasi X menjadi sebuah novel. Setelah diterbitkan, buku ini sempat masuk ke salah satu kategori best seller di gramedia.
Melalui novel ini, Nadia Ristivani berhasil menulis cerita romansa remaja yang tidak hanya fokus pada cinta-cintaan tapi juga memuat proses self improvement kedua tokoh utama. Helga yang selalu menyalahkan diri sendiri dan mencintai orang lain lebih dari dirinya, kemudian Cello yang terlanjur punya reputasi sebagai womanizer karena lelah terus dipandang begitu. Tentu saja kedua insan tersebut akan hancur berantakan jika menjalin hubungan, ntah Helga yang akan terus tidak percaya pada Cello atau Cello yang tidak sengaja menyakiti Helga. Namun, dalam novel ini Nadia Ristivani menulis perjalanan Helga dan Cello sama-sama memperbaiki diri sebelum menjalin sebuah hubungan supaya kisah mereka berakhir bahagia.
Kalau saja menjadi bodoh bisa mendatangkan banyak uang, mungkin Helga adalah salah satu orang paling kaya di dunia.
Bodoh karena selalu terjebak hubungan tidak sehat? Sudah biasa.
Bodoh karena selalu menyalahkan dirinya atas kesalahan orang lain? Memang ahlinya.
Bodoh karena mencintai laki-laki yang tak tahu eksistensinya di dunia? Tidak perlu ditanya.
Sampai datanglah suatu keajaiban sementara, kebodohan tanpa titik ini akhirnya menemukan tujunya. Semua berkat laki-laki brengsek yang hubungannya baru berakhir dengan Helga beberapa bulan lalu sebab ketahuan belum selesai dengan perempuan di masa lalunya. Manusia tersayang, terbrengsek, pun manusia lain yang tak terlupakan akan abadi di atas kertas mati pemberi nyawa. Karena Helga adalah seorang penulis. Di tengah persiapan mematangkan ambisi menulis kisah berisi caci maki dan sumpah serapah lelaki tengik tersebut, malah datang sosok baru yang membuyarkan semua rasa sakitnya. Membantu memeras lemon asam menjadi lemonade paling manis sedunia. Marcello Este, si penakluk hati wanita yang tidak akan pernah terlintas dalam pikiran siapapun termasuk Helga akan memiliki hubungan serius dengan siapapun yang didekatinya.
Siapa sangka Cello yang dikenal mudah bergaul dan tidak pernah menjalin komitmen dengan siapapun malah terjebak dengan Helga serta tingkah-tingkah ajaibnya. Cello semakin tertarik karena menurutnya Helga itu unik, namun Helga justru tidak percaya kalau Cello sungguh jatuh hati padanya. Rekam jejak hubungan Helga yang selalu berakhir tidak baik dan masalah keluarganya ternyata menggoreskan luka mendalam yang cukup untuk membuatnya mudah merasa rendah diri serta sulit mempercayai orang lain. Apalagi ditambah reputasi Cello sebagai playboy yang sebenarnya juga muncul akibat trauma dari laki-laki itu sendiri, menambah keraguan Helga untuk menjalin hubungan dengannya.
Hingga akhirnya Helga menemukan obat atas segala rasa sakit yang dideritanya, ia bisa bebas menjadi dirinya sendiri tanpa khawatir dianggap aneh karena Cello dengan senang hati menanggapinya dan memenuhi segala keinginannya. Cello sang ‘buaya’ pun berhasil melabuhkan hatinya hanya pada Helga, yakin kalau keinginan untuk selalu menjaga dan membuat Helga bahagia adalah tanda bahwa ia sudah jatuh sepenuhnya dalam pesona seorang Helga.
Tidak ingin kisah mereka hanya menjadi kenangan indah untuk satu sama lain, mereka memilih untuk berpisah selama beberapa waktu untuk memperbaiki diri masing-masing supaya tidak saling menyakiti dan malah berakhir asing.
3. Kekurangan Buku
Kekurangan dari buku ini adalah penulisan beberapa tanda baca yang tidak sesuai sehingga malah membuat agak risih untuk dibaca. Kemudian masih cukup banyak salah ketik dan kurang jelas di beberapa bagian dialog jadi cukup membingungkan saat dibaca.
Kalau untuk penyajian dan alur cerita saya suka, hanya saja fisik bukunya ini tidak cukup kuat dan mudah lepas dari bagian covernya padahal hanya dibaca dengan cara normal saja. Jujur liat buku rusak itu bikin hati tidak tenang jadinya agak menyebalkan.
4. Kelebihan Buku
Keunggulan buku ini adalah cara penulis untuk menyampaikan pesannya dalam sebuah cerita romansa sepasang remaja yang sama-sama memiliki masa lalu tidak bisa dibilang baik. Bukan hanya tentang sekedar pacar pacaran saja, buku ini menjelaskan bahwa kita tidak boleh sampai kehilangan diri sendiri untuk orang lain. Saya suka Cello dan Helga memilih untuk tidak langsung memaksakan sebuah hubungan yang bisa saja tidak bertahan lama, namun mereka memilih untuk sama-sama menemukan versi terbaik dari dirinya. Terlebih lagi hal itu mereka lakukan untuk diri mereka sendiri bukan untuk satu sama lain. Nyatanya kita memang baru bisa mencintai orang lain sebenar-benarnya saat kita sudah bisa mencintai diri kita sendiri.
Saya juga suka dengan hubungan pertemanan yang dimiliki oleh Helga dan Cello dengan para sahabatnya. Memang sudah seharusnya sahabat selalu ada di setiap keadaan apapun, walaupun sedikit ada bagian dimana teman-teman Helga tidak mau mendengar cerita Helga soal drama korea kesukaannya padahal ia sudah sangat bersemangat saat menceritakan, tapi sangat wajar kalau berteman ada jengahnya juga.
5. Kesimpulan
Secara keseluruhan buku ini masih sangat layak dibaca, khususnya bagi para remaja yang sering kehilangan jati diri hanya karena terlalu ‘bucin’ dengan pasangannya. Terlepas dari kekurangan tipografi dan kualitas lem novel ini, covernya sangat bagus, jalan ceritanya juga lucu, seru, serta yang paling penting adalah bisa mendidik.
1 komentar
keren