
Keluarga Cemara 1
-
Ditulis olehVIRGINIA REVALIANI
-
Dibuat tanggal
16 Jul 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Seteluk
Nama Arswendo Atmowiloto, mungkin asing bagi remaja masa kini, namun pada eranya, beliau mendapat julukan sebagai, “ Penulis Indonesia yang Paling Produktif.” Beliau merupakan penulis dan wartawan yang mengasilkan karya yang sangat beragam, beliau menulis cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Seperti yang saya baca dari Wikipedia, selain menggunakan nama Arswendo Atmowiloto beliau juga menggunakan nama lainnya seperti, Sukmo Sasmito, Lani Biki, Said Saat, dan B.M.D Harahap, juga Titi Nginung dalam Opera Jakarta. Saya bertanya-tanya, mengapa seorang penulis bisa memiliki nama pena yang begitu banyak?
Alasan kenapa pada akhirnya saya ingin membaca novel Keluarga Cemara, adalah karena saya sering melihat cuplikan film ini di layar kaca ataupun potongan-potongan videonya di media sosial. Selain itu lagunya yang nyaman ditelinga dengan lirik mendalam membuat saya semakin penasaran. Akan tetapi, ternyata Keluarga Cemara versi di film dan di versi buku memiliki perbedaan yang sangat jauh. Semisal, Abah di versi film mengajak pulang keluarganya ke desa ke rumah masa kecilnya, tetapi di buku, Abah mengajak keluarganya ke desa ke rumah yang tak sengaja dibeli dari salah satu karyawannya. Jika Abah yang diperangkan Ringgo Agus Rahman menjadi seorang ojek online, sementara Abah di buku adalah seorang penarik becak.
Sebenarnya, Keluarga Cemara ini bercerita tentang apa?
Biasanya sebuah keluarga itu dinamakan sesuai nama kepala keluarga atau di daerah kami, dengan menggunakan nama anak sulungnya. Tetapi di sini makna Keluarga Cemara mungkin bersifat religi agama Nasrani. Tokoh Cemara atau yang dipanggil Ara merupakan anak yang lahir pada hari Natal dan cemara merupakan hiasan atau dekorasi pada hari tersebut. Selain itu, mungkin karena Ara adalah tokoh yang paling sering disorot dalam cerita. Nah, keluarga Cemara ini adalah sebuah buku yang mengisahkan kehidupan sehari-hari keluarga yang terdiri atas Abah, Ema, teh Euis, Ara, dan Agil. Kehidupan sehari-hari mereka di sebuah desa di Jawa Barat. Jadi isi buku ini dibagi menjadi tiga bagian, seperti Hari Pertama yang terdiri atas 15 cerita, Musik Musim Hujan, dan Kupon Kemenangan yang masing-masing terdiri atas 12 cerita.
Garis besar cerita ini adalah kehidupan mereka yang berjuang hidup kesederhanaan atau mungkin malah layak disebut kekurangan dalam keseharian mereka. Akan tetapi mereka tetap mengutamakan kejujuran. Ini dikarenakan sebelumnya keluarga ini adalah keluarga kaya raya hingga perusahan milik Abah gulung tikar akibat dicurangi oleh rekan kerjanya. Abah sosok yang keras dan teguh. Sementara Ema dalam cerita ini digambarkan sebagai seorang ibu pada umumnya, lalu ada Euis si anak sulung yang saya merasa ada ikatan emosional karena saya juga seorang anak sulung. Euis sangat bertanggung jawab, rela berkorban, walau kadang memiliki rasa malu karena keadaan keluarganya. Lalu tokoh Ara yang ceria, lucu, menyenangkan serta Agil si polos yang menggemaskan.
Saya menikmati membaca buku ini, karena ceritanya ditulis dengan sederhana tapi ada makna yang membuat kita belajar untuk bersyukur. Walaupun beberapa bagian dalam buku ini menggunakan bahasa yang tak lagi kita gunakan dalam keseharian, saya bingnung dengan penulisan Ema apa dibaca seperti pada Emak atau berbeda? Atau mungkin karena setingnya menggunakan seting tahun 90-an atau awal 2000an sehingga agak sulit membayangkan beberapa bagian. Saya kesal dengan beberapa tokoh yang merepotkan seperti Nyonya Pressier dan Pipin, juga Ceuk Salma yang tapi memiliki sisi lucu juga. Tapi ini artinya penulis hebat dalam menciptak tokoh dalam karyanya. Juga memiliki kehebatan dalam merangkai cerita sehari-hari menjadi kaya makna.
Keluarga Cemara adalah buku yang cocok dibaca oleh anak-anak, remaja, hingga orang tua. Seperti judulnya buku ini adalah bacaan keluarga. Ada banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa kita pelajari seperti kasih sayang, kekeluargaan, kejujuran serta rasa syukur. Sesulit apapun kehidupan akan lebih bisa dilewati jika bersama keluargamu. Itu adalah pelajaran yang saya dapatkan. Ayo baca buku ini dan bagikan pelajaran penting apa yang kalian pelajari!
3 komentar
"Harta yang paling berharga, adalah keluarga". Nah ini buku yang menghangatkan hati dan melekatkan cinta, banyak pelajaran dalam kehidupan keluarga.
Resensinya ditulis dengan sangat baik, kak. Menarik!
Mantap!