
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
-
Ditulis olehLuna Nur Fathia
-
Dibuat tanggal
19 Jul 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Dwiwarna (Boarding School)
​​​​​​Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam adalah salah satu dari maha karya Dian Purnomo setelah vakum menulis selama enam tahun terakhir. Buku ini diterbitkan pada tahun 2020 di kota Jakarta dan telah memasuki percetakan keenam di tahun 2022 serta, buku ini banyak mendapatkan respon positif atas kembalinya sang penulis dari hibernasi nya.
Patriarki merupakan isu sosial yang tidak kunjung lelap dalam kehidupan kita. Banyak perempuan di luar sana yang telah mengutarakan pendapatnya agar hak dan penindasan terhadap gender tidak purna begitu saja. Begitu pula dengan seorang penulis bernama Dian Purnomo ini.
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam ialah karya nya mengungkapkan ketidakadilan terhadap perempuan. Banyak isu-isu yang merupakan penindasan namun tertutup oleh tradisi dan keyakinan masyarakat sekitar yang berkeyakinan bahwa “memang sudah begitu adanya.”
Kisah ini dibuka dengan sesosok perempuan bernama Magi Diela. Ia memiliki sikap tangguh yang dibuktikan dengan berbagai tindakannya yang gila. Toh, untuk melawan orang gila, kita harus jadi gila agar lawannya sebanding bukan?
Magi merupakan anak perempuan pertama yang berhasil kuliah ke pulau Jawa, hal tersebut tentu sangat dibanggakan oleh keluarganya. Bahkan, teras rumahnya pun diisi dengan foto-foto pencapaian Magi. Dengan bangganya, Ina (ibu) dan Ama (ayah) ingin menunjukkan bahwa inilah Magi ku!
Namun… Siapa sangka ada maksud tertentu dibalik pencapaian-nya tersebut.
Suatu ketika, setelah Magi berangkat ke suatu desa untuk melakukan penyuluhan, ia diculik oleh seseorang yang tidak ia kenal. Pikirannya pun langsung melesat pada tradisi kawin tangkap atau dalam bahasanya, Yappa Mawine.
Tradisi kawin tangkap ini biasanya terjadi karena kesepakatan antara kedua belah pihak terlebih dahulu. Atau, juga sebagai solusi jika sang mempelai pria tidak menyanggupi kesepakatan adat, barulah sang keluarga perempuan menyerah dan menyepakati kesepakatan di antara mereka.
“Ko ini bikin malu keluarga, bikin malu kita punya adat. Sama-sama satu suku ko mau kawini sodara sendiri. Ko dari kabisu (suku) Weetewar ko? Sama deng Magi pung kabisu!?”
Magi memiliki seorang sahabat karib sejak ia kecil, ialah orang pertama yang menjemputnya setelah diketahui bahwa Magi di kawin tangkap-kan. Kedatangannya pun tidak disambut baik disana, ia diseret dan di usir dari desa tersebut oleh keluarga mempelai pria. Karena ia dianggap mencintai Magi, teman satu sukunya sendiri. Hal itu dianggap menjijikan karena orang yang mencintai suku-nya sendiri bagai menikahi adik kandung menurut kepercayaan-nya.
Tidak habis akal, Magi tidak mau menyerah dan berserah diri pada lelaki mempelainya. Ia pun melakukan berbagai cara gila untuk menghindari dirinya dari sang mempelai. Meskipun, itu mengorbankan harga diri, akal, serta jiwa nya.
Harapannya, masalahnya telah selesai. Magi tidak akan pernah mau untuk menemui mempelainya lagi, seumur hidupnya. Nyatanya, takdir tak berjalan lurus dengan harapannya.
“Ko pilih ko punya anak atau ko punya adat!”
Magi harus keluar dan memberontak untuk melindungi dirinya sendiri.Ia berusaha memahami atas ketidakadilan yang diterima oleh para perempuan, dijadikan sebagai properti yang bisa dibeli dengan belis (harga yang harus dibayar mempelai pria ketika ia ingin mengambil mempelai perempuannya) hingga kontra yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan mempelai wanita, semakin tinggi pula belis-nya.
Dong terlalu gila untuk ko lawan,
Maka ko harus lebih gila, Magi.
Novel ini menyajikan udara segar bagi para penikmat genre literary-fiction di Indonesia. Isu yang dibahas di kemas dengan sangat amik, mudah dimengerti dan di padui oleh beberapa foto menarik di Sumba.
Di awal halaman, kita akan disuguhi oleh konflik utama Magi, namun ketika kita akan menyelam lebih jauh dalam konflik tersebut, justru kita semakin sadar bahwa konflik tersebut hanya permukaan lautnya saja. Kita tidak hanya melawan pada takdir Magi seorang diri, tetapi takdir perempuan banyak!
character development para tokoh dalam narasi juga patut di analisa. Selama perjalanan cerita, saya tak kunjung lelah membaca aksi yang sangat diluar nalar oleh nya! membaca kisahnya membuat saya merenung bahwa masih banyak orang yang mengalami kisah seperti Magi, atau bahkan menjadi dirinya. Magi merupakan orang yang pantang menyerah, namun akan ada momen bahwa Magi juga manusia biasa. Lelah, rindu, dendam, ada dalam dirinya. Penokohannya yang realistis membuat kita serasa ikut menjadi Magi dalam kisahnya.
Para tokoh yang terlibat dalam narasi juga memiliki watak yang sangat mewarnai dan menghidupi narasi. Saya sangat suka dengan watak Ama yang realistis dengan sifat orang tua terdahulu, kolot dan merasa orang tua selalu benar.
kosakata yang terlibat dalam percakapan juga patut diperhatikan. Hal ini sangat menambah kepaduan antara latar tempat dan dialog antar tokoh. Berikut beberapa kosakata yang ada dalam narasi:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
​​​​Novel ini memiliki sampul buku dan blurb yang sangat memikat. Narasinya singkat, tetapi kita akan dibuat penasaran dengan kalimat nya yang provokatif. Begitu pula dengan penyisipan foto dalam beberapa subbab, kita akan melihat berbagai keindahan Sumba yang sebelumnya mungkin tidak kita ketahui. Sayangnya, ada beberapa kalimat yang bersifat vulgar sehingga novel ini tidak disarankan untuk dibaca oleh semua kalangan. Hanya beberapa siswa/siswi ataupun orang-orang yang sudah cukup umur untuk membacanya. Meskipun begitu, novel ini sangat bagus untuk membuka wawasan baru.
​​​​​​​Di penghujung narasi, novel ini sangat saya sarankan untuk dibaca. Apalagi, novel ini terinspirasi dari berbagai kisah nyata perempuan di Sumba, sang penulis bahkan mengatakan ia tinggal di Sumba selama 6 minggu oleh grant Residensi Penulis Indonesia 2019 dan menginspirasinya untuk menulisnya. Novel ini membuka mata saya akan tradisi yang ada di Indonesia, begitu pula dengan wawasan baru yang seharusnya kita analisa dan memilah baik-buruknya, tidak menelannya dengan mentah-mentah.
1 komentar
KEREN BANGET