Catatan Pelaku atau Detektif, Mana yang Benar?

   Malice - Catatan Pembunuhan sang Novelis merupakan salah satu karya Keigo Higashino yang diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama dalam terjemahan bahasa Indonesia. Berkat karya-karyanya, Keigo Higashino dikenal sebagai penulis ternama asal Jepang yang karangannya banyak diminati hingga lingkup internasional. Novel ini menjadi salah satu buku terlaris yang menyajikan kisah bertemakan misteri, pembunuhan, dan aksi dalam seri Detektif Kaga. Sebelumnya, saya telah membaca buku karangan Higashino-sensei yaitu Kesetiaan Mr. X dan Keajaiban Toko Kelontong Namiya. Alur dan pengemasan plot twist kedua buku tersebut benar-benar menarik, sehingga saya juga tertarik untuk membaca novel karangan Keigo Higashino yang satu ini dengan harapan dapat merasakan hal yang sama.

   Dibalik kisah-kisah kriminal yang terjadi, pasti terdapat motif yang membuat sang pelaku melakukan kejahatan. Motif yang terbentuk pun beraneka ragam, seperti balas dendam, rasa tidak suka/sakit hati, membela diri, dan bahkan permasalahan yang sepele. Motif menjadi hal penting dan acuan dalam mengungkap berbagai kasus, dari sinilah akan dimulai berbagai analisis fakta dan penyelidikan kasus.

   Dalam kisah ini, kita disajikan penyelidikan kasus pembunuhan novelis sukses bernama Hidaka Kunihiko. Cerita di awali dengan kunjungan Nonoguchi Osamu ke rumah mewah keluarga Hidaka Kunihiko sebelum mereka pindah ke Kanada. Nonoguchi Osamu adalah teman Hidaka, seorang guru yang banting setir menjadi penulis buku anak. Tak lama setelah pertemuan mereka, Nonoguchi kembali datang ke rumah Hidaka sesuai janji. Namun, saat tiba di rumah tersebut, ia bersama dengan istri kedua sang novelis, Hidaka Rie, menemukan tubuh Hidaka Kunihiko sudah tak bernyawa di ruang kerjanya. Situasi ruang kerja dan pintu rumah yang terkunci sebelum kedua saksi datang membuat para polisi kesulitan menyelidiki pembunuhan tertutup ini.

   Kasus ini kemudian ditangani oleh Kaga Kyoichiro, seorang detektif yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuhan tersebut.  Dalam penyelidikannya, beliau banyak menemukan kejanggalan peristiwa tetapi berkat pengamatannya yang tajam, Detektif Kaga berhasil menjebloskan sang pelaku ke dalam sel penjara. Namun, motif pelaku melakukan pembunuhan ini belum bisa didapatkan, pelaku menolak untuk memberitahukan alasan pembunuhan seolah ingin menyembunyikan sesuatu yang besar. Sejak saat itu, Detektif Kaga mencari tahu hubungan pelaku dengan korban yang menjadi kunci utama menemukan motif sesungguhnya. Penyelidikan itu mengharuskan Detektif Kaga menelusuri kehidupan mereka di masa kini dan masa lalu dengan berbagai tantangan sulit yang dihadapinya!

   Kisah ini dibuat dalam alur maju-mundur, yang ditulis menurut sudut pandang monolog oleh dua tokoh secara bergantian. Dengan kata ekspresif dan gaya bahasa yang mudah dicerna, emosi setiap tokoh dapat tersampaikan dengan baik. Masing-masing karakter dibuat misterius sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca. Ceritanya banyak menyangkut soal profesi novelis secara mendetail. Saat membaca, kita seolah-olah juga ikut terlibat dalam penyelidikan karena menyorot pandangan detektif dan pelaku, sehingga kita tidak merasa jenuh. Dengan adanya dua pandangan yang berbeda, serangkaian plot twist yang hadir membuat ceritanya jauh lebih menarik, terutama ketika menyaksikan hasil analisis Detektif Kaga yang di luar dugaan seperti membalikan fakta pada halaman pertama.  Selain alurnya yang menantang, saya juga takjub bagaimana emosi kita dipermainkan dalam novel ini. Sudah pasti kita merasa tidak menyukai tokoh antagonis? Namun, dalam buku ini perasaan itu seakan bertolak belakang dengan fakta yang ada. Hal yang mungkin sedikit membingungkan dalam pengungkapan kasus ini adalah terdapat begitu banyak fakta, sehingga penyelesaian kasus terasa cukup lama.

   Secara keseluruhan, buku Malice sangat layak untuk dibaca khususnya untuk penggemar buku yang bertemakan kasus misteri pembunuhan. Sesuai dengan arti judul buku ini Malice yaitu kebencian, dalam buku ini kita dilatih untuk membedakan kebohongan dan kenyataan yang seringkali dipermainkan oleh tokoh cerita. Di sisi lain, kisah ini juga memperlihatkan kepada kita bagaimana kebencian yang dipupuk sejak masa lampau dapat membawa dampak yang sangat buruk bahkan mampu menghancurkan jati diri sendiri menjadi sesuatu yang sia-sia.