“Kita Pergi Hari Ini” merupakan sebuah buku sastra yang dibuat dan disusun dengan cermat oleh seorang penulis muda yang sangat berbakat asal Indonesia, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Sepuluh tahun berkarya di bidang kesusastraan Indonesia, karya yang dia hasilkan selalu berhasil merebut hati para penikmat novel. 
Seperti karya-karya sebelumnya, di novel ini Ziggy Z. kembali menampilkan tokoh anak-anak sebagai karakter utamanya. Kali ini, Ziggy menceritakan tentang 3 anak yang merupakan kakak-adik bernama Mi, Ma dan Mo yang tinggal di Kota Suara, tepatnya di Rumah Merah nomor 17. Karena kesibukan kedua orang tuanya, mereka dijaga oleh seekor Kucing Luar Biasa yang biasa dipanggil Nona Gigi yang datang dari Kota Terapung Kucing Luar Biasa setelah dipanggil oleh Bapak dan Ibu Mo.
Suatu hari, atas permintaan anak-anak, Nona Gigi membawa Mi, Ma, Mo, serta Fifi dan Fufu, si kembar yang tinggal di sebelah rumah untuk mengunjungi tempat asalnya. Dengan menggunakan kereta air dan melalui Sirkus Sendu, mereka tiba di Kota Terapung Kucing Luar Biasa yang sangat indah dan terstruktur dengan baik.  Tetapi, di balik keindahan kota itu terdapat sebuah fakta yang sukses membuat anak-anak ketakutan dan memutuskan untuk pergi dari sana pada saat itu juga.
Memiliki cover yang terlihat manis, isi dari buku ini cukup ‘menipu’ dengan alurnya yang mengejutkan. Ziggy mengambil isu yang cukup menyeramkan dan mengganggu hingga beberapa orang mungkin akan merasa tidak nyaman saat membacanya.
Alur yang sulit ditebak adalah salah daya tarik novel ini, pembukaan hingga hampir setengah dari novel yang dikemas dengan sangat baik dan manis membuat pembaca mengharapkan akhir yang juga manis. Seperti novel anak dan remaja umumnya. Namun, Ziggy bukanlah Ziggy jika tidak membuat cerita yang absurd  dan membuat pembaca terombang-ambing. Ending dari novel ini sukses membuat pembaca terkejut hingga terheran-heran karena beberapa kalimat terakhir yang sangat out of the box. 
Dengan gaya penulisan narasi yang unik dan menarik, membuat buku ini memiliki daya tariknya sendiri. Pembaca seolah dibuat terhipnotis dengan penyusunan kata-kata yang dipilih oleh sang penulis. Menggunakan penyusunan kalimat yang panjang dan rumit membuatnya harus dibaca beberapa kali untuk memahami makna dari kalimat yang ditulis. Beberapa kalimat juga dibuat berputar-putar sehingga pembaca yang hanya membaca sekilas kerap tidak dapat memahaminya.
Karena penggunaan bahasa yang dipilih adalah bahasa yang biasa dipakai sehari-hari, hal ini membuat buku ini lebih mudah dipahami terutama oleh kalangan anak muda. Namun, dalam beberapa bagian tersisip kata-kata yang cukup kasar, karenanya pembaca harus mengolah baik-baik apa yang dibaca di buku ini.
Adanya ilustrasi dengan art style yang lucu dan menarik pada beberapa bagian di buku ini, membuatnya semakin tidak membosankan untuk dibaca.
Saat pertama kali diterbitkan pada Oktober 2021 lalu oleh Gramedia Pustaka Utama, novel ini sukses terjual habis dalam kurun waktu 24 jam dengan sistem pre-order. Hingga Desember 2023, buku ini sudah dicetak sebanyak sembilan kali. 
Secara keseluruhan, buku ini sangat layak untuk dibaca terutama bagi penikmat novel fiksi yang memiliki alur tak terduga. Namun di samping itu, setiap kalimat tidak bisa langsung ditelan bulat-bulat karena gaya penulisan pada novel ini yang dibuat sangat unik. Novel ini tetap tidak akan membosankan walaupun dibaca berkali-kali karena Ziggy berhasil membuat karyanya menjadi sangat menarik untuk publik.