
H.O.S Tjokroaminoto
-
Ditulis olehCarissa Salsabila Nafisah
-
Dibuat tanggal
29 Jul 2024
-
Sekolah
SMP NEGERI 1 PURWAREJA - KLAMPOK
Buku berjudul H.O.S Tjokroaminoto yang di tulis oleh B.A Saleh dengan 67 halaman di dalamnya,dan diterbitkan oleh CV Citra Praya Bandung-2007.Menceritakan tentang kehidupan dan perjuangan pahlawan Nasional yang berasal dari Jawa Timur, Indonesia bernama Tjokroaminoto hingga akhir hayat nya.
Nama lengkapnya adalah Oemar Said Tjokroaminoto yang lahir pada 16 Agustus 1882 di desa Bakur,Tegalsari,Ponoroga,Jawa Timur.Ia adalah putra dari Raden mas Tjokroamiseno,seorang bangsawan yang menjabat sebagai wedana di Madiun.Kakeknya bernama Adipati Tjokronegoro adalah seorang Pamongraja yang menjabat sebagai bupati di Ponorogo,Tjokroaminoto merupakan salah seorang cicit dari Kyai Bagus Kesan Besari,pemimpin pondok pesantren di Tegalsari.Sewaktu Tjokroaminoto kecil ia termasuk anak yang nakal dan gemar berkelahi,Tjokroaminoto dikenal sebagai orang yang keras dan berani.Bahkan ia menganggap dirinya sederajat dengan pihak manapun,entah itu Belanda atau pejabat pemerintah.Tjokroaminoto menempuh pendidikan di sekolah pamongpraja pribumi,yaitu Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) Magelang-Jawa Timur.Setelah menyelesaikan sekolahnya pada 1902 Cokroaminoto bekerja sebagai juru tulis Patih, namun karena ia merasa jiwanya tidak sesuai dengan jabatan itu,ia pun mengundurkan diri pada 1906 untuk sekolah di sebuah teknik Burgerlijk Avond School (BAS) sambil bekerja di sebuah perusahaan dagang,hal ini dijalanya hingga tahun 1910,setelah menamatkan (BAS) ia menjadi ahli kimia di sebuah pabrik gula di Surabaya saat itulah ia bertemu dengan Haji Samanhudi yaitu tokoh pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) akhirnya pada tahun 1912 ia bergabung dengan Sarekat Dagang Islam. SDI merupakan salah satu organisasi bersifat nasionalistis,demokratis,religius,dan ekonomis yang bertujuan untuk memajukan perdagangan bangsa pribumi terutama batik agar dapat bersaing dengan pedagang Cina yang mendapat hak istimewa dari pemerintah kolonial Belanda. Berkat kedekatan Tjokroaminoto dengan Haji Samanhudi,Tjokroaminoto mengusulkan perubahan nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam (SI),yang diajukan Cokroaminoto dengan maksud agar ruang lingkup organisasi ini lebih luas tidak hanya di bidang ekonomi. Usulan perubahan itu kemudian diterima oleh Haji Samanhudi,Sarekat Islam (SI) resmi berdiri pada 10 September 1912 Haji Samanhudi menjadi ketua sedangkan Cokroaminoto menjabat sebagai komisaris.
Pada 26 Januari 1913 di Surabaya Sarekat Islam mengadakan kongresnya yang pertama,kongres pertama dipimpin oleh Tjokroaminoto Pada kongres tersebut diputuskan bahwa program organisasi diperuntukkan kepada seluruh penjuru tanah air.Kongres kedua diadakan di Solo,dalam kongres ini diputuskan bahwa keanggotaan organisasi Sarekat Islam hanya terbuka untuk bangsa Indonesia.Sarekat Islam menetapkan 3 wilayah organisasi yaitu Jawa Barat Sumatera dan Jawa Jawa Tengah Sumatera dan Jawa dan Jawa Timur Sulawesi dan Maluku. Tjokroaminoto sering melakukan propaganda melalui media cetak dan rapat umum Sehingga dalam waktu kurang dari 1 tahun keanggotaan Serikat Islam sudah tersebar luas cabang-cabang baru Sarekat Islam dibuka di beberapa daerah antara lain di Kudus pada September 1912 Bandung dan Surabaya pada 1912 di Madiun Ponorogo dan Ngawi pada November 1912 serta di Semarang pada Desember 1912. Dengan kemampuan orasi yang ulung dan penguasaan masalah yang sangat baik, Cokroaminoto tampil menjadi sosok yang dikenal luas dalam dunia pergerakan nasional bahkan di kalangan rakyat bumi muncul anggapan bahwa the Tjokroaminoto adalah tokoh yang dipercaya mampu mengemban tugas sebagai Ratu Adil yang akan membawa mereka ke zaman keadilan dan kemakmuran. Namanya pun mirip dengan Herutjokro yaitu tokoh Ratu Adil yang terdapat dalam ramalan Jayabaya. Tjokroaminoto diperlakukan oleh rakyat pribumi sebagai seorang raja bahkan pemerintah kolonial Belanda pun menjulukinya sebagai The Ongekroonde Van Java atau Raja Jawa Tanpa Mahkota. Karena sosok Tjokroaminoto yang sanggup menarik dan menggerakkan massa pemerintah kolonial Belanda menjadi khawatir dan sebagai usaha untuk menahan Sarekat Islam menjadi lebih besar Gubernur Jenderal Hindia Belanda Indenburg pada 30 Juni 1913 menolak pengakuan resmi atas seluruh organisasi Sarekat Islam.Nama strategi pemerintah kolonial Belanda yang ingin memecah belah Sarekat Islam disadari oleh para pemimpin Sarekat Islam karena itu pemimpin pusat Sarekat Islam membentuk Central Sarekat Islam CSI di Surabaya pada 1915 pada 1915 Tjokroaminoto diangkat menjadi ketua Sentral Sarekat Islam sejak itu ia kian berperan dalam mengukuhkan eksistensi Sarekat Islam sehingga pemerintah kolonial Belanda akhirnya mengakui Sarekat Islam secara nasional dengan mengeluarkan izin dan badan hukum pada 18 Maret 19.Sama halnya dengan organisasi-organisasi lain si tidak luput dari perpecahan dan kemunduran perpecahan timbul dalam menghadapi masalah Volksraad terutama dalam kasus Indie Weeibar.Perpecahan yang terus-menerus terjadi dalam organisasi Sarekat Islam menyebabkan partai ini semakin ditinggalkan sebagaian umat Islam.Dalam suasana perpecahan partai H.O.S Tjokroaminoto tetap menjalankan tugasnya sebagai ketua umum.Namun sejak kongres nasional ke-20 pada Mei 1934 di Banjarnegara,H.O.S Tjokroaminoto jatuh sakit.Bapak pergerakan nasional yang hampir seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan perjuangan pergerakan kebangsaan,akhirnya meninggal dunia karena sakit di Yogyakarta pada 17 Desember 1934 beo meninggal dalam usia 53 tahun.
Buku ini memiliki kelebihan diantaranya buku ini disajikan dalam dua versi bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) buku ini juga menjadi media informasi mengenai para pahlawan,menyadarkan anak muda untuk meneladani para pahlawan,dan agar generasi muda lebih bisa menghargai dan menghormati para pahlawan.Buku ini sangat layak untuk dibaca apalagi oleh generasi muda,mengingat generasi muda sekarang bisa dikatakan masih kurang atau sudah acuh tak acuh terhadap pahlawan nasional Indonesia. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya menghargai mencontoh dan meneladani jasa para pahlawan yang telah rela berjuang secara fisik dan mental untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
0 komentar