
Pernah Tenggelam
-
Ditulis olehTIZA INDAH LESTARI
-
Dibuat tanggal
31 Jul 2024
-
Sekolah
SMAN SUMATERA SELATAN
"Pernah Tenggelam" adalah sebuah karya dari Fuadh Naim yang diterbitkan oleh Alfatih Press pada tahun 2019 di Jakarta Barat. Buku ini dipersembahkan oleh sang penulis kepada seluruh K-Popers dan K-Dreamers muslim di Indonesia. Sebagai seorang eks-fanboy, Fuadh Naim menuliskan kisah-kisahnya dengan bahasa yang ringan dan cocok untuk kalangan muda. Tulisan dalam buku ini menghantarkan pembaca seakan-akan berada pada posisi yang sama dengan penulis. Berlatar belakang dari pengalaman pribadinya, buku yang memiliki 225 halaman ini telah memengaruhi pembaca untuk hijrah dari Korean Wave dengan bahasa yang mudah dipahami.
Buku ini terdiri dari 6 bab dan berisi banyak pembahasan yang dipenuhi dengan ilustrasi berwarna, sehingga kesan buku tidak monoton dan menarik minat pembaca untuk membacanya terus-menerus hingga tamat. Penulis menggambarkan masa lalunya yang sangat lekat dengan semua yang berbau Korea, yang dikenal dengan sebutan ombak Korean Wave. Penulis berbagi pengalamannya saat ia tergila-gila dengan budaya negeri gingseng tersebut, mulai dari membeli semua produk-produk Korea, belajar bahasa Korea, hingga bisa menghafal lagu kebangsaan Korea. Bahkan, penulis juga mencantumkan daftar drama yang pernah ditontonnya dengan jumlah yang cukup banyak.
Dalam buku ini, penulis menggunakan bahasa yang ringan, yaitu bahasa yang biasa digunakan anak muda pada zaman sekarang. Ini adalah salah satu keunikan buku ini; penulis berhasil membuat pembaca memahami tulisannya dengan mudah dan merasakan banyak kesamaan dengan dirinya. Kondisi yang digambarkan sering kali kita jumpai di masyarakat, bahkan mungkin kita juga pernah atau sedang mengalami kondisi tersebut. Mulai dari menonton K-Drama yang penuh emosi hingga mengikuti dunia K-Pop yang membuat kita tenggelam dalam Korean Wave.
Penulis memaparkan banyak fakta dalam buku ini bahwa sesungguhnya Korean Wave telah membawa banyak tontonan, persepsi, dan stimulus yang tidak sesuai dengan budaya dan agama kita. Namun, kebanyakan dari kita hanya mewajarkan dan bahkan mengikutinya karena menganggap hal tersebut biasa terjadi karena memang menjadi budaya di Korea. Terus-menerus menganggapnya wajar seakan-akan telah mencuci otak kita untuk mengikuti budaya tersebut. Di sinilah penulis menarik para pembaca untuk keluar dari lingkaran tersebut, yaitu dengan meninggalkan semua kebudayaan dan kebiasaan yang tidak bermanfaat, menggantinya dengan hal-hal yang positif dan jauh dari kemunkaran.
Dari segi pembahasan, buku ini telah berhasil memaparkan secara urut dan cukup jelas serta membuat pembaca menikmati setiap pembahasan yang disuguhkan. Perpaduan kepenulisan dengan Hangeul (aksara Korea) dan tampilan yang penuh dengan ilustrasi serta warna mencolok cukup memanjakan mata dan menjadi salah satu daya tarik dari buku ini. Penulis juga pandai memainkan diksi, sehingga pembaca tidak merasa didorong dengan paksa untuk meninggalkan kebudayaan yang mereka puja-puja.
Kekurangan dari buku ini adalah penjelasan budaya Korea yang hanya dari satu sisi, yaitu sisi negatif, yang membuat seakan-akan tidak ada bagian positif dari budaya Korea itu sendiri. Padahal, tentunya setiap kebudayaan memiliki sisi positifnya tersendiri. Secara keseluruhan, "Pernah Tenggelam" sangat layak untuk dibaca oleh semua kalangan, terutama para K-Popers dan K-Dreamers yang ingin lepas dan hijrah dari Korean Wave. Melalui narasi yang ringan namun penuh pembelajaran, buku ini tidak hanya menjadi bahan bacaan di kala bosan tetapi juga memberikan edukasi dan mengingatkan kita untuk lepas dari hal-hal yang berbau kemaksiatan dan tidak sejalan dengan agama islam.
0 komentar