
Laskar Pelangi
-
Ditulis olehFelicia Surya Tanzil
-
Dibuat tanggal
31 Jul 2024
-
Sekolah
SMP KRISTEN PETRA 3
“Laskar Pelangi” adalah sebuah novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Pustaka, pada tahun 2005. Karena fenomenal maka novel ini juga diadaptasi ke layar lebar padah tahun 2008 dengan judul yang sama. Juga diadaptasi dalam bentuk drama musikal serta serial televisi. Selain itu karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam lebih dari sepuluh hahasa di dunia.
Seting latar tempat pada novel ini hampir keseluruhannya adalah pulau Belitung, atau masyarakat setempat menyebutnya Belitong yakni sebuah pulau di timur Sumatra. Novel ini diawali oleh sudut pandang seorang bocah laki laki yang bernama Ikal, tokoh utama dalam novel ini.
Cerita dimulai saat sekolah Muhammadiyah terancam ditutup karena kurangnya jumlah siswa. Hanya ada sembilan siswa, padahal Pengawas Sekolah telah memperingatkan jika jumlah siswa kurang dari sepuluh, maka sekolah paling tua di Belitong itu harus ditutup.
Namun hal itu tidak terjadi karena pada saat-saat terakhir munculah satu siswa bernama Harun, seorang anak “istimewa”yang akhirnya melengkapi syarat jumlah siswa yakni sepuluh anak yang mampu mengembangkan senyum bu Mus dan pak Harfan.
Sekolah Dasar Muhammadiyah adalah sekolah Islam tertua di Gantong, Belitung Timur. Kondisinya memprihatinkan. Tiang penyangganya miring dan hampir roboh karena tidak kuat menyangga atap bangunan. Namun disitulah bu Muslimah seorang guru Muda berdedikasi tinggi beserta pak Harfan sang Kepala sekolah yang bijak mengabdikan hidupnya. Para orangtua mendaftarkan anak-anak nya di sekolah Muhammadiyah karena pendidikan yang maju hanya tersedia bagi anak-anak pegawai PN Timah yang memiliki pangkat. Sedangkan, mereka semua berasal dari komunitas yang bisa dibilang miskin di pulau Belitong.
Akhirnya Ikal bersama ke sembilan teman-temannya, Lintang, Mahar, Kucai, Syahdan, Bore, Akiong, Trapani, Harun dan Sahara resmi menjadi siswa SD Muhammadiyah di bawah asuhan pak Harfan dan bu Muslimah. Pak Harfan membekali murid-muridnya dengan berbagai amanah dan cerita-cerita tentang nabi nuh dan perperangan zaman Rasululullah. Dalam waktu yang singkat, Pak Harfan dan bu Mus telah merebut hati anak-anak yang datang dari berbagai latar belang kehidupan. Meski kondisi sekolah sangat tidak layak dipakai untuk pembelajaran, namun tekat dan semangat mereka untuk belajar mengalahkan segalanya. Di sekolah Muhammadiyah, para murid banyak belanjar tentang kehidupan. Acapkali bu Mus membawa mereka belajar di ruang terbuka, di alam Belitong yang indah dan menakjubkan. Mereka juga bergotong royong membersihkan ruang kelas jika hujan mengguyur sekolah mereka yang bocor disana-sini. Hebatnya lagi, Meski mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik, namun pak Harfan dan bu Mus tetap memilih mengajar anak-anak itu.
Di sekolah, mereka mempunyai sifat dan watak yang berbeda yang saling melengkapi.
Merekalah anak-anak “LASKAR PELANGI”. Walaupun, mereka semua berasal dari keluarga yang kurang beruntung dalam ekonomi, semua anggota laskar pelangi mempunyai jiwa pembelajar meski banyak keterbatasan dan rintangan yang mereka hadapi. Tapi justru keterbatasan itulah yang membuat jiwa mereka tangguh, kreatif, dan kuat dan jauh lebih hebat dari pada anak-anak seusia mereka diluar sana. Laskar Pelangi menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah penanda ketidakmampuan. Laskar Pelangi bukan sekedar kisah persahabatan namun juga kesetiaan, empati, dan semangat untuk mengejar mimpi-mimpi.
Akhirnya, kisah mereka dilanjutkan dua belas tahun kemudian, dengan pencapaian luar biasa yang membuat masing-masing anggota Laskar Pelangi berhasil mencapai impian mereka.
Buku Laskar Pelangi ini mengajarkan kita untuk tidak gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup. Pasti, seperti anggota Laskar Pelangi, kita punya impian. Karena itu, kita harus punya jiwa semangat untuk meraih impian itu.
Buku ini layak dibaca oleh semua kalangan dari berbagai profesi. Keteladanan pak Harfan dan bu Mus juga harusnya menginspirasi banyak pendidik di negeri ini. Para remaja juga bisa meneladani sikap-sikap anggota laskar Pelangi untuk tidak terjebak pada keterbatasan. Juga untuk orangtua untuk tidak melihat kemajuan Pendidikan anak-anaknya dari sisi fasilitas tetapi dari pendidikan karakternya.
0 komentar