book

Laut Pasang 1994

0
  • book
    Ditulis oleh
    Micella Aurelia
  • Dibuat tanggal
    31 Jul 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Berau

Rumah itu Tak Sehangat Dulu

Oleh: Micella Aurelia Sambo

Asal Sekolah: SMAN 4 Berau

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. Identitas Buku

Judul                   : Laut Pasang 1994

Pengarang           : Lilpudu

Penerbit              : Akad x Tekad

Tahun terbit         : 2023

Jumlah halaman  : 320 halaman

Harga buku         : Rp85.500

Cetakan              : kedua tahun 2023

Genre                  : Fiksi remaja

ISBN                   : 978-623-5953-36-6

 

  1. Biografi Penulis

          Lilpudu merupakan seorang penulis yang mengawali karirnya dalam dunia menulis melalui platform wattpad pada tahun 2018. Perempuan yang memiliki nama asli Airinda Nanda Suryadi ini sejak tahun 2020 hingga sekarang lebih tertarik membuat cerita yang berakhir menyedihkan dan menyayat hati. Beberapa karya yang berhasil diterbitkan adalah Dari Ayah untuk Abang, Tinta Terakhir, Laut Pasang 1994, Laut Pasang 2 1994, Dierja Gentala 1997, Merayakan Kesedihan. “Laut Pasang 1994” merupakan karya yang diterbitkan pada tahun 2023. Buku ini sempat ramai menjadi perbincangan di media sosial karena alur ceritanya yang menarik, mengambil latar belakang yang membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh para tokoh, membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit mengenai buku ini.

  1. Sinopsis Isi Buku

          Buku yang memiliki tebal 230 halaman ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang harmonis. Rumah yang diisi oleh Bapak, Ibu, serta ketujuh anaknya dan juga Simbah, menjadi saksi bisu betapa bahagianya keluarga ini setiap saat. Namun sayang, keadaan berubah sejak Ibu pergi untuk selama-lamanya. Rumah itu tak sehangat dulu. Keadaan semakin memburuk ketika kampung mereka diterjang oleh ombak tsunami malam itu.

BAB 2

ISI RESENSI

  1. Unsur Instrinsik
  1. Tema, dalam novel ini adalah kehidupan keluarga.
  2. Tokoh, yaitu Bapak, Ibu, Simbah, Khalid, Nadi, Dewangga, Apta, Esa, Dipa, Windu, Hartono (ayam).
  3. Penokohan,
  • Bapak merupakan sosok yang keras, dan suka bermain perempuan.
  • Ibu merupakan sosok yang lembut dan penyayang, serta wanita yang kuat.
  • Simbah yang selalu menjadi penengah ketika ada perdebatan.
  • Khalid, sosok kakak yang selalu berusaha menjaga adiknya dengan baik dan menjadi penengah yang baik.
  • Nadi, sosok anak yang sangat mudah jengkel, terutama atas kelakuan Apta.
  • Dewangga, yang senang mengejek saudaranya.
  • Apta, anak yang suka menjahili saudaranya, namun di satu sisi ia adalah anak yang baik, yang selalu menuruti apapun perkataan ibunya.
  • Esa, kembaran Apta yang baik, dan memiliki kesabaran yang setipis tisu.
  • Dipa, anak yang sangat suka menyindir.
  • Windu, si bungsu yang sangat lucu dan sangat menyayangi keluarganya.
  • Hartono, suka mengganggu majikannya.
  1. Alur, pada novel ini menggunakan alur maju, karena pada bagian awal dikisahkan mengenai keluarga mereka dengan berbagai konflik yang ada sebelum akhirnya bencana alam menimpa mereka.
  2. Latar, pada novel ini menggunakan latar tempat, waktu, dan suasana.
  • Latar tempat pada novel ini adalah rumah, sekolah, lapangan, masjid, pasar, dan masih banyak lagi.
  • Latar waktu yaitu pada malam hari, sore hari, siang hari, pagi hari.
  • Latar suasana yaitu perasaan bahagia, kecewa, dan sedih.
  1. Sudut pandang pada novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pada novel ini diceritakan dari sudut pandang penulis, ditandai dengan penyebutan tokoh dengan nama tokoh tersebut.
  2. Gaya bahasa, pada novel ini menggunakan gaya bahasa personifikasi. Seperti pada kutipan “suara air menyapu kembali siapa pun yang masih tersisa disana” (hlm. 284), “LAUTT!! JANGAN SEMBUNYIKAN APTA TERLALU LAMA!” (hlm. 316).
  3. Amanat,

Amanat yang dapat diambil dari novel ini adalah walaupun dalam keadaan terpuruk, jangan lupa untuk bangkit. Kehilangan keluarga memang menyakitkan, tetaplah bersama mereka apapun keadaannya.

  1. Unsur ekstrinsik
  1. Nilai moral dalam novel ini adalah bekerja keras, sabar, ikhlas.
  2. Nilai sosial dalam novel ini adalah tergambar dari para warga kampung yang bekerja sama dalam menghadapi tantangan.
  3. Nilai agama dalam novel ini tergambar dari Khalid dan saudaranya yang tidak pernah lupa untuk sholat.
  1. Kutipan favorit

Dalam novel Laut Pasang 1994 ini, penulis memiliki beberapa kutipan favorit, yaitu:

“Waktu tidak sesabar itu untuk menunggu dirimu bangkit. Dunia tidak lagi muda untuk mengiringi setiap langkah kecilmu. Jadi, bangkitlah dan kembali melanjutkan hidup lagi” (hlm. 171). Kutipan ini mengajarkan bahwa kita harus selalu bangkit dari segala hal yang menimpa kita. Seberat apapun itu, kita harus selalu bangkit.

“Kalau tidak bisa membahagiakan seseorang, setidaknya jangan sakiti hatinya. Karena selama apa pun waktu bergulir, luka itu akan terus menancap di hatinya” (hlm. 183). Kutipan ini berkaitan dengan bagaimana menjaga tutur kata kita kepada teman. Tanpa kita sadari, setiap perkataan kita tentu akan diingat oleh lawan bicara kita. Karena itu, jangan pernah menyakiti orang lain dengan tutur kata kita, karena sampai kapan pun pasti akan diingat oleh mereka.

  1. Kekurangan Novel Laut Pasang 1994
  1. Beberapa percakapan menggunakan bahasa Jawa yang membuat sebagian pembaca sulit memahami arti percakapan tersebut.
  1. Kelebihan Novel Laut Pasang 1994
  1. Penulis menyisipkan kata-kata singkat penuh makna di setiap akhir bab cerita yang membuat pembaca makin tersentuh.
  2. Penyajian dialog cerita yang menggunakan bahasa sehari-hari membuat pembaca mudah memahami alur cerita.
  3. Penggambaran alur cerita yang senderhana namun berhasil membuat pembaca hanyut dan ikut merasakan setiap adegan dalam novel tersebut.

 

BAB 3

PENUTUP

          Mempunyai keluarga yang hangat merupakan mimpi semua anak di dunia. Mempunyai anak yang sangat menyayangi keluarga juga merupakan mimpi semua orang tua. Karena itu, selalu habiskan waktu dengan keluarga. Bersyukurlah untuk semua hal yang masih bisa kita lalui bersama keluarga. Karena, kehilangan mereka sama saja seperti kehilangan arah hidup. Bagi yang sudah merasakan kehilangan, jangan lupa untuk bangkit. Seperti keluarga ini, yang perlahan mulai bangkit dari sakitnya kehilangan. Novel ini cocok dibaca untuk usia remaja sampai dewasa. Semoga di karya-karya selanjutnya penulis bisa menciptakan karya yang lebih baik dari sebelumnya, dan tentu saja lebih menyentuh hati para pembaca.

Judul Buku Laut Pasang 1994
Penulis Lilpudu
ISBN 978-623-5953-36-6
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2023
Penerbit Akad X Tekad
Jumlah Halaman 320

0 komentar

Buat komentar

Oleh Peserta Sama