
Six Crimson Cranes
-
Ditulis olehCatherine Hilde Karunia Napitupulu
-
Dibuat tanggal
01 Aug 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 107 Jakarta
Identitas :
Six Crimson Crane adalah sebuah novel fantasi yang memukau, ditulis oleh Elizabeth Lim lalu di terbitkan oleh Hodder & Stoughton pada 2021. Lim adalah seorang penulis buku yang sangat mencintai fiksi dengan buku-buku fantasi yang uniknya. Lim juga relatif orang yang sangat senang dengan mitos-mitos Asia, khususnya di buku Six Crimson Cranes ini yang terinspirasi dari mitos Tionghoa, yaitu The Wild Swans.
Sinopsis :
Cerita ini mengikuti perjalanan Shiori, seorang putri dengan rahasia bahwa ia memiliki sihir magis yang terbuang dari kerajaannya, Kiata. Yaitu kerajaan yang melarang kekuatan-kekuatan magis. Setelah Shiori tidak sengaja melihat ibu tirinya menggunakan sihir, dia dikutuk oleh ibu tirinya yang jahat. Ia dikirim ke pulau asing sehingga ia tidak dapat berbicara, serta kepalanya ditutupi oleh mangkuk lebar untuk menyembunyikan identitas dia sebagai putri. Ibu tirinya juga mengutuk keenam saudara laki-lakinya dan memisahkan mereka. Shiori harus menemukan cara untuk mempersatukannya dengan abang-abangnya dan menemukan cara untuk mematahkan kutukannya sebelum terlambat. Dengan kekuatan magis dan pertualangan yang penuh ilmu, di mana ia mulai menguasai dirnya sendiri, membuka matanya untuk prespektif dan pengalaman baru, serta menemukan teman dan kekasih setia. Six Crimson Cranes memikat pembaca dengan alur yang menegangkan dan karakter yang mendalam. Lim memadukan unsur-unsur dongeng klasik dengan mitologi Asia yang kaya untuk menciptakan dunia yang menawan dan cerita yang tak terlupakan.
Analisis :
Six Crimson Cranes adalah semua mimpi seorang penghayal menjadi nyata. Novel ini berisi dengan kekuatan sihir, naga, pertualangan, dan kerajaan yang di tulis dengan irama yang serentak. Salah satu keunggulan utama dari Six Crimson Cranes adalah penggambaran dunia yang kaya dan mendalam. Elizabeth Lim berhasil menggabungkan elemen-elemen dari budaya dan mitologi Asia ke dalam cerita fantasi yang unik dan memikat. Salah satu contoh cakupan mitologi Asia dalam Six Crimson Cranes, yaitu Red String atau ‘Benang Merah’ yang di rujukkan Shiori kepada Takkan, sang kekasih Shiori, serta yang dilihat Shiori di tangan ibu tirinya di pertemuan terakhir mereka dalam buku kedua, The Dragon’s Promise. Ada kepercayaan orang-orang Tionghoa bahwa ketika seseorang lahir, terdapat benang merah yang terikat pada mereka. Benang merah tak terlihat atau pun terlihat menghubungkan mereka dengan orang-orang yang telah ditakdirkan untuk mereka temui dalam kehidupan mereka.
Selain itu, karakter-karakternya juga sangat kompleks dan beragam. Terlihatnya proses pengembangan karakter, sehingga membawa kehidupan pada halaman-halaman buku tersebut. Tidak hanya itu, alur ceritanya yang penuh dengan kejutan atau plot twist dan petualangan yang mendebarkan membuat pembaca terus terjebak dalam kisah yang ditawarkan. Salah satu plot twist yang sangat saya sukai ialah saat Shiori menemukan bahwa dirinya ternyata adalah blood sacrifice atau pengorbanan darah agar Kiata terlindung dari sihir dan magis. Shiori sadar pada saat itu, bahwa niat ibu tirinya pun baik. Ibu tirinya tidak ingin Shiori menjadi korban para orang-orang religius Kiata untuk diserahkan dan dibunuh.
Dengan penggunaan bahasa yang indah dan detail-detail yang kaya, Six Crimson Cranes berhasil memikat pembaca dari awal hingga akhir. Serta cover yang juga sangat indah dan berwarna, yang tentunya eye catching dan membuat orang penasaran.
Penutup :
Six Crimson Cranes mempunyai penulisan dan cara yang unik dalam menyampaikan pesannya. Adanya pesan bahwa kita harus dapat membuka diri kita kepada prespektif baru. Ini dapat terlihat pada pertengahan akhir buku, di mana Shiori mulai ada rasa cinta kepada sihir. Dalam perjalanannya, Shiori mulai mengagumi sihir lebih, baik secara keindahannya dan kegunaannya. Ia merasa bahwa sihir adalah bagian darinya. Oleh sebab itu, ia ingin mempersatukan dan membuka kerajaannya terhadap hal-hal mistis. Cerita ini juga memberi pesan bahwa tidak selalu kita dapat mengerti niat seseorang dan kita harus mengertikan mereka terlebih dahulu sebelum menghakimi dan bertindak.
0 komentar