Ganjil Genap
-
Ditulis olehKeysha Nabila Ayu
-
Dibuat tanggal
01 Aug 2024
-
Sekolah
SMAN SUMATERA SELATAN
Resensi Buku Ganjil Genap Karya: Almira Bastari
“Ganjil Genap” adalah judul buku dari seorang penulis hebat bernama Almira Bastari. Buku ini diterbitkan pada 17 Agustus 2020 oleh Gramedia Pustaka Utama, terdiri dari 348 halaman sehingga para pembaca puas untuk menikmati alur cerita dari buku Ganjil Genap ini. Buku ini berisi banyak makna tentang kehidupan sosial, percintaan, persahabatan serta petualangan.
Dalam novel Ganjil Genap ini tokoh utamanya adalah Gala, seorang wanita karir yang cantik dan mandiri. Gala mempunya seorang kekasih bernama Bara, kisah asmaranya kandas setelah menjalaninya kurang lebih 13 tahun dikarenakan api cinta yang redup di hati Bara.
Hidup Gala semakin terancam setelah mengetahui bahwa adiknya akan segera menikah. Di novel ini Almira menjelaskan bahwa keluarga Gala adalah keluarga yang menganut sistem bahwa anak tertua adalah orang yang pertama kali harus menikah, dikarenakan jika Gala didahului oleh adiknya berarti ia telah menjadi aib bagi keluarganya sendiri.
Alur persahabatan di novel Ganjil Genap ini juga sangat menarik. Gala meminta bantuan kepada para sahabatnya agar ia bisa menemukan jodoh sebelum umurnya menginjak hampir 30 tahun. Walaupun Gala seringkali berganti pasangan, sahabat-sahabat Gala tidak pernah meninggalkannya dan selalu berusaha untuk mencari yang terbaik untuk Gala. Dari segi perkembangan karakter, penulis kurang memperhatikan latar belakang, sehingga terkadang tidak diketahui asal-usul karakter pada novel Ganjil-Genap. Tetapi Almira berhasil menghidupkan sifat atau karakter dari para tokoh, sehingga para pembaca ikut merasakan suasana bahagia, terharu, sedih, keputusasaan, dan sebagainya.
Semua dimulai disaat kekasih Gala memutuskan untuk mengakhiri hubungan diantara mereka. Gala yang sangat mencintai Bara pun sangat merasa bingung, terpukul, dan tidak percaya akan apa yang sudah dikatakan oleh kekasihnya itu. Ditengah-tengah hubungan mereka, Gala memang selalu menanyakan tentang kapan mereka akan menikah, tetapi nampaknya Bara selalu menghindar dengan alasan karir dan menyuruh Gala menunggu untuk hal itu. Akhirnya Bara mengaku bahwa alasannya menghindar selama ini bukanlah karena masalah finansial, tetapi masalah bahwa cinta Bara terhadap Gala sudah padam.
Penulis sangat bijak dalam memilih kata per kata dan dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga cerita tidak hanya terpaku kepada satu tokoh saja, melainkan kepada seluruh tokoh yang ada di dalam cerita.
Buku ini tentu sangat layak dibaca, dikarenakan buku ini mengandung banyak makna kehidupan dan membuka isi pikiran orang banyak. Buku ini memperlihatkan tentang stigma sosial terhadap lajang yang hampir berumur 30 tahun, buku ini terkait dengan kehidupan masyarakat yang selalu menganggap bahwa menikah itu harus berumur maksimal dibawah 30 tahun. Banyak orang yang menganggap bahwa menikah di usia tua adalah aib dan sangat tidak pantas, hal ini banyak dialami oleh para perempuan khususnya, entah diejek tidak laku, tidak menarik, dan sejenisnya.
Berbeda dengan laki-laki. Walaupun umur mereka hampir menginjak 30 tahun, mereka hampir tidak pernah mendapatkan perhatian buruk dari masyarakat. Alasan dibalik mengapa Almira mengambil latar belakang kota metropolitan itu sendiri adalah karena hal ini ternyata bukan hanya terjadi di desa-desa saja, tetapi di kota besar sekalipun. Ini menunjukkan bahwa kasus stigma sosial seperti ini memang sudah menjadi kebiasaan yang buruk bagi masyarakat Indonesia.
Secara keseluruhan, emosi yang terkandung didalam novel ini sangat bisa mengajak para pembaca untuk ikut merasakan suasana, pemilihan kata yang kekinian dan unik juga membuat para pembaca tidak bosan akan apa yang telah dituliskan.
0 komentar