
Sawerigading Datang dari Laut
-
Ditulis olehVanya Ayndra Permana
-
Dibuat tanggal
08 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Yogyakarta
RAGAM ISU-ISU DI SULAWESI DALAM CERITA FAISAL ODDANG
Identitas Buku:
Judul : Sawerigading Datang dari Laut
Penulis : Faisal Oddang
Penerbit : Diva Press
Tahun terbit : Januari 2019
Halaman buku : 192 halaman
ukuran buku : 20 x 14 cm
ISBN : 978-602-391-665-8
Propaganda kehidupan masyarakat dari Sulawesi Selatan berhasil diangkat ke dalam novel cerpen karya Faisal Oddang yang berjudul “Sawerigading Datang dari Laut”. Novel ini berhasil menceritakan propaganda kehidupan di Sulawesi Selatan yang jarang diketahui oleh banyak orang. Faisal Oddang juga mengajak para pembaca untuk mengetahui kekayaan budaya Sulawesi Selatan. Novel ini menceritakan tentang isu-isu di Sulawesi Selatan seperti keagamaan, kekeluargaan,dan rasa kehilangan. Faisal Oddang menulis sebagian besar karyanya bertema tradisi dan adat istiadat di Sulawesi. Faisal juga pernah mendapat beberapa penghargaan salah satunya, yaitu Asean Young Writers Award 2014 dari pemerintah Thailand. Novel ini menjadi menarik untuk dibaca karena dapat membuka mata pembaca tentang kehidupan sosial masyarakat Sulawesi Selatan.
Novel ini berisi 17 cerpen khas Faisal Oddang yang sebagian besar mengangkat kondisi di Sulawesi Selatan. Salah satu bagian cerita yang menarik dalam kumcer ini berjudul “Mengapa Mereka Berdoa pada tuhan” yang menceritakan tentang seorang ustadz bernama Syamsuri yang meninggal karena terkena penyakit TBC, namun masyarakat sekitar mempercayai bahwa ia meninggal karena dibunuh. Ustadz Syamsuri dikuburkan di tanah lapang yang kini ditumbuhi pohon asam dan digunakan sebagai tempat untuk berdoa masyarakat sekitar dan anehnya pohon asam tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai pohon yang memberikan banyak manfaat.
Buku ini memiliki gambar unik yang mewakili masing-masing cerita. Namun, gambar tersebut seolah menghipnotis pembaca untuk mengakhiri bacaan di setiap bagiannya. Pada satu sisi, keterkaitan judul dengan ilustrasi gambar yang diberikan dalam kumcer ini juga menimbulkan keharmonian tersendiri bagi pembaca sehingga menimbulkan tanda tanya dan rasa penasaran tersendiri. Dengan kata lain, kumcer ini selalu menggiring pembaca untuk selalu bertanya-tanya.
Namun, latar belakang kumcer ini kebanyakan mengangkat isu-isu yang ada di Sulawesi Selatan yang tidak banyak orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Walaupun perbedaan latar belakang budaya tersebut bisa menambah pengetahuan akan keragaman budaya namun bagi sebagian orang tentu menimbulkan kebingungan tersendiri untuk menikmati isi kumpulan cerita tersebut. Dampaknya, pembaca harus mempelajari atau mencari tahu terlebih dahulu konteks budaya bersangkutan. Selain itu, cover dari kumcer ini kurang menarik karena ilustrasinya yang relatif abstrak. Persepsi awal dari cover ini memunculkan anggapan tentang cerita yang berkaitan dengan kondisi laut namun isi cerita tidak semuanya relevan dengan hal tersebut. Kumcer ini juga menggunakan istilah-istilah atau bahasa daerah yang sedikit membingungkan dan bagi pembaca yang berlatar belakang budaya yang berbeda akan sulit sekali memahami maksud dari penggunaan kata tersebut sehingga perlu dipahami, dibaca berkali-kali, dan dikaitkan dengan konteks kalimat sebelumnya untuk bisa dipahami lebih lanjut.
Dibalik semua itu, kumcer ini merupakan kumcer yang sangat erat dalam mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat lokal. Permasalahan dan keadaan yang berkaitan dengan masyarakat lokal sangat kental dan banyak diangkat dalam kumcer ini. Hal ini menunjukan bahwa cerita yang dikemas dengan nilai-nilai lokal dapat selalu eksis dan menarik jika disampaikan dalam karya sastra. Kumcer ini sangat cocok dibaca oleh para remaja agar mereka dapat mengambil nilai-nilai positif yang terkandung dalam kumcer ini. Para pembaca juga dapat mengetahui budaya, adat-istiadat, tradisi, hingga isu-isu yang ada di Sulawesi seperti apa yang ingin disampaikan oleh sang penulis, yaitu Faisal Oddang.
0 komentar