book

Ranah 3 Warna

0
  • book
    Ditulis oleh
    Syifa Salsabila Setiadi
  • Dibuat tanggal
    17 Sep 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan

                Novel berjudul Ranah 3 Warna merupakan novel kedua dari trinologi novel Negri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi berdasarkan pengalaman hidupnya.  Diterbitkan tahun 2013 oleh  Gramedia Pustaka Utama dengan tebal bukunya 494 halaman.  Nomor ISBN dari novel ini ialah 978-979-22-6325-1.

`Buku ini diawali dengan perjuangan Alif setelah menyelesaikan pendidikannya di Pondok Madani, yang sayangnya tidak mengeluarkan ijazah SMA  untuk para alumninya. Ia yang selama ini lebih banyak belajar tentang agama kini harus berusaha dengan ekstra agar bisa mendapatkan ijazah SMA melalui jalur persamaan agar dapat membungkau ucapan orang-orang yang meragukannya, termasuk Randai, seorang teman sekaligus rivalnya dalam mengapai cita-cita.

            Dengan nilai rata-rata yang tidak tergolong  tinggi, Alif akhirnya dapat mengikuti UMPTN dan  melanjutkan pendidikan di Universitas Padjadjaran (UnPad)  jurusan Hubungan Internasional setelah merelakan niat awal untuk masuk ke ITB. Akhirnya dengan Si Hitam, sepatu pemberian Ayahnya, Alif membawa langkahnya menuju tanah Jawa.

            Diawal kuliahnya, Alif telah mendapatkan teman-teman baru saat tengah menjalankan ospek yang keras dari para senior yaitu, Wira, Agam, dan Memet. Jikan ospek adalah penderitaan yang didapat tanpa keinginan diri sendiri, maka pembelajaran dari Bang Togar adalah karena ulah Alif sendiri. Niat awalnya yang ingin belajar menulis kepada penulis muda itu, harus membuat artikel dalam semalam dan merevisinya sebanyak empat kali agar dapat lolos dari coretan spidol merah Bang Togar. Namun berkat hal itiu, artikel Alif dapat terpajang di mading kampus dan menjadi kebanggaannya diawal sekolah.

            Kehidupan bagaikan roda, akan ada masa saat diatas dan dibawah. Begitu pula hidup Alif, ia yang sebelumnya mendapat kabar bahwa Ayah dan Amak-nya akan datang menjenguk harus menerima telegram bahwa Ayahnya jatuh sakit. Dengan uang yang ia pinjam dari Randai, Alif segera pulang ke Maninjau dan merawat Ayahnya yang sakit parah. Namun, Yang Maha Kuasa akhirnya memutuskan scenario takdirnya,  Ayah Alif meninggal sehari sebelum Alif Kembali ke Bandung.

Alif kini harus memikirkan nasibnya kedepannya. Ayah yang telah pergi membuat Amaknya harus menafkahi ketiga anaknya seorang sendiri. Karena itulah Alif yang sempat menyerah kini menerapkan semangat “Man Jadda Wa Jadda” dan melakukan berbagai pekerjaan yang datang kepadannya. Guru privat hingga berjualan mukena, songket, dan kain tenun serta menulis artikel Alif lakukan demi kehidupannya di Bandung.

            Namun apa yang diharapkan tidak terjadi, kehidupan Alif masih saja sama. Ia masih kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Semangat yang selama ini ia tanamkan dalam dirinya mulai pudar. Mantra ajaib yang selama ini ia pegang mulai ia pertanyakan hasilnya. Ditengah kegalauanya itulah dia akhirnya mendapatkan semangat baru. Ia yang tidak sengaja mewndengar radio yang membahas tentang sabar membuatnya mengingat kata-kata  ajaib lainnya. “Man Shabara Zhafira” yang bermakna siapa yang  bersabar akan beruntung. Semangat Alif Kembali berkorbar dengan mantra barunya itu. Ia akan melebihkan usaha dan bersabar dengan maksimal untuk kehidupanny ini.

            Keberuntungan akhirnya memihak Alif saat ia berhasil terpilih dalam program pertukaran pelajar ke Kanada. Dengan berbagai mahasiswa yang lulus lainnya, ia melakukan pembekalan dan akhirnya terbang menuju Kanada. Setelah melalui berbagai petualangan yang menyenangkan, seperti bertemu dengan lulusan Pondok Madani di Arab atau selamat setelah nyaris jatuh kejurang, Alif akhirnya sampai di Quebec dan berkenalan dengan homologue atau pasangannya dan orang tua angkatnya di Kanada, Alif akhirnya mulai membiasakan diri di tempat barunya.

            Alif bekerja di sebuah stasion TV local setelah bertukaran dengan salah satu temannya. Ia melakukan berbagai wawancara dengan semangat agar bisa mendapatkan piagam penghargaan peserta terbaik dalam program perukaran ini. Hingga puncak dari semua itu terjadi saat semua mahasiswa dari Indonesia mengadakan perayaan hari pahlawan  walau tengah berada di negeri orang.

            Waktu Kembali berlalu, Alif akhirnya Kembali ke Indonesia dan melanjutkan kuliahnya agar dapat lulus dan mengungkapkan oerasaan yang selama ini ia simpan kepada Raisa, Perempuan yang ia kenal sejak awal kuliah yang juga ikut dalam pertukaran pelajar. Namun, bulum sempat Alim memberitahukan perasaannya, Raisa telah memberitahukan bahwa ia dan Randai telah bertunangan. Disinilah ia harus mengikhlaskan cinta yang selama ini ia simpan untuk pergi tanpa disampaikan kepada Raisa terlebih dahulu.

            Kekurangan novel ini nyaris tidakterlihat, namun adanya pengabaian dibeberapa karakter seperti kabar Amak dan Bang Togar yang tidak ditunjukan saat Alif berada di Kanada menjadi permasalahan bagi Sebagian pembaca.

            Kelebihan dari novel ini adalah penggunaan bahasa  yang ringan serta adanya penggunaan bahasa daerah yang tidak dipaksakan dan dilebihkan. Penceritaan tentang pesantren yang juga terlihat baik serta sangat membantu perkembangan mental dan peribadi seorang santri juga sangat menarik, sehingga pesantren yang terkenal keras tidaklah dipertanyakan akibatnya disini.

            Novel yang menarik dan memberi pelajaran saat kita membacanya ini dapat dijadikan salah satu penyemangat disaat kita tengah meragukan kehidupan. Dengan novel ini usaha dan bersabar dapat dilakukan dengan senang hari serta penuh harap. Siapa yang berusaha dan menambahkan sabar didalamnya, maka akan mendapatkannya.

Judul Buku Ranah 3 Warna
Penulis Ahmad Fuadi
ISBN 978-979-22-6325-1
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2013
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman 494

0 komentar

Buat komentar

Oleh Peserta Sama