
Shoot The Moon
-
Ditulis olehAurelia Natalie Ayuningtyas
-
Dibuat tanggal
19 Sep 2024
-
Sekolah
SMP KRISTEN PETRA 3
“Shoot The Moon” karya Nurria Betty Indriyaningrum mengisahkan tentang seorang perempuan ambisius yang berasal dari Bandung, Jawa Barat bernama Puspa yang tumbuh di tengah keluarga penuh kasih sayang. Ada Ibu Almira yang perhatian, Ayah Hadidi yang suportif, dan Adik Paksi yang selalu menginginkan hal terbaik untuk kakak tercintanya itu. Puspa pun mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter militer. Ketertarikannya untuk terjun di dunia militer ini sangat didukung oleh Ayahnya, seorang tentara yang sering mengajak Puspa ke tempat latihan menembak sejak berumur 8 tahun. Watak ayah Hadidi yang pemberani ditiru oleh putri sulungnya. Bahkan saat Ayahnya mengalami kecelakaan terjun bebas, hal itu tidak menggoyangkan keinginan Puspa menjadi seorang tentara.
Puspa pun tumbuh besar, begitu juga impiannya menjadi dokter militer. Meskipun melalui rintangan keseimbangan antara sekolah, prestasi dan kesehatan, ia mampu mengatasinya dengan dukungan sahabatnya Sartika. Tika adalah saksi hidup ombak-surut kehidupan Puspa. Sayangnya, masa jaya Puspa hanya sebentar dalam dunia tembak sebelum akhirnya didiagnosa menderita penyakit lupus. Di situlah iman dan ambisi Puspa benar-benar ditantang. Jalur alternatif pun sempat dicoba sampai akhirnya akhirnya tak berani lagi untuk menentang perintah dokter untuk rutin meminum obat dan menghentikan kegiatan fisik sementara. Menyaksikan kehilangan orang lain dengan kondisi yang sama dengannya semakin menggerogoti pikiran Puspa yang mulai cemas akan masa depannya. Ditambah lagi, peringatan dokter akan seleksi fisik tentara yang begitu ketat terus terbayangkan olehnya.
Dukungan dan perhatian dari Tika dan keluarga Puspa berperan besar dalam rehabilitasi mental maupun fisiknya. Begitu sehat, semangat Puspa berkobar lagi. Perlahan, ia kembali menyesuaikan diri dengan kebiasaannya yang lama sambil ditemani oleh Kak Tahta yang senantiasa menuntunnya. Kali ini, Puspa kembali dengan lebih kuat dan lebih berambisi lagi dari sebelumnya dan siap untuk memperjuangkan akademiknya demi mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter militer.
Buku “Shoot The Moon” ini memiliki cerita yang alurnya panjang namun tetap menarik. Menurut saya, buku ini unik karena tidak semua penulis bisa mengemas cerita penuh kejadian ini dalam hanya 132 halaman. Judul dan cover nya memang kurang sesuai, sehingga cerita tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan, tapi masih sangat menarik! Sedikit romansa yang diberi sebelum dan sesudah klimaks membuat buku ini lebih mudah dinikmati oleh kalangan remaja. Saat membaca, saya pribadi merasa menempatkan diri pada posisi Puspa dengan sifat penuh kebingungan-nya itu. Karena masa transisi dari anak kecil ke remaja hingga dewasa muda itu tidak mudah. Yang paling saya sukai dari buku ini adalah bagaimana tokoh-tokoh pendukung selalu mengingatkan Puspa untuk percaya pada Tuhan yang bisa melancarkan segala yang terjadi dalam kehidupan kita. “Shoot The Moon” memiliki makna tersirat, yakni tidak ada kondisi yang mustahil, seperti pepatah “You can do, if you can dream.”
0 komentar