
The Boy Who Harnessed The Wind
-
Ditulis olehMaxi Cuanda
-
Dibuat tanggal
24 Sep 2024
-
Sekolah
SMP KRISTEN PETRA 3
The Boy Who Harnessed The Wind adalah sebuah buku bergenre non fiksi yang ditulis oleh William Kamkwamba dan Bryan Mealer. Buku ini banyak menggambarkan kesulitan warga desa Masitala, Malawi pada tahun 2001.
Dikisahkan dalam buku ini seorang anak laki-laki Afrika bernama William yang berasal dari desa Masitala, Malawi dalam perjalanan hidupnya yang keras sampai dia menciptakan pembangit listrik sederhana di kampungnya. Meski ayahnya hanya seorang petani namun sebenarnya pendidikan William menjadi prioritas. Hanya karena kondisi lingkungan dan keluarga yang kurang baik maka Wiliam tidak bisa lagi bersekolah dan belajar otodidak melalui perpustakaan.
Presiden baru Malawi telah terpilih, dan presiden yang baru terpilih tersebut menghapuskan subsidi bagi petani yang merugikan petani. Selain presiden Malawi yang menghapus subsidi, juga terjadi kahat yang besar akibat musim kemarau yang berkelanjutan di desa Masitala. Keluarga William menghadapi tantangan karena berkurangnya pasokan makanan di Malawi. Ibunya menjual kue untuk mendapatkan uang, sementara kelaparan memaksa orang melakukan kejahatan dan perkawinan paksa. Adik perempuan William, Annie, tiba-tiba menikah, meninggalkan keluarganya hanya untuk menghindari kelaparan. Untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, William mengikuti tes yang menentukan tingkat sekolah menengahnya. Meski tidak berhasil mencapai sekolah menengah yang diinginkannya, William tetap optimis.
Disaat situasi semakin parah, anjing William yang bernama Socrates sakit kritis dan memaksa William untuk mengakhiri hidup anjingnya. Di desanya juga diserang wabah kolera di atas kelaparan masal Dalam situasi tersebut William mulai membaca buku tentang sains dan kelistrikan, lebih khusus lagi tentang kincir angin untuk menggerakkan pompa air yang mungkin bisa menjadi solusi mengatasi kelaparan. William kemudian membuat kincir angin kecil sebagai percobaan; Setelah mengamati cara kerjanya, William mulai mengumpulkan bagian-bagian yang dia butuhkan untuk kincir angin, bahkan hingga tangannya berdarah dan melepuh. William terus mencari suku cadang untuk kincir angin dan menyewa tukang las untuk merakitnya. Meski mengalami kesulitan keuangan, William dan temannya Gilbert membeli dinamo sepeda dari seorang pengendara sepeda. Ketika William pertama kali mulai membuat kincir angin, sebagian besar penduduk desa meragukan dan mengejeknya, namun setelah selesai, William mampu menyalakan pompa air sehingga menghasilkan panen yang sukses dari ayahnya pada tahun itu. William memasang lampu, pompa air, dan pemutus daya di rumahnya yang semua ditenagai oleh kincir angin.
Kincir angin William menarik perhatian anggota Malawi Teacher Training Academy, sebuah organisasi yang bertujuan untuk membangun pengajar untuk negara malawi. Organisasi tersebut memberi William banyak kesempatan untuk berbagi kisahnya melalui wawancara, berita, dan berbicara di depan umum seperti dalam TED Talk. William kemudian dikirim ke sekolah berasrama di Madasi dan bersekolah di African Bible College Christian Academy.
William kembali ke Malawi di mana beberapa pekerja memasang lampu dan sebuah sumur. Segera setelah itu, William diundang untuk berbicara di Forum Ekonomi Dunia. Dia diterima di Akademi Kepemimpinan Afrika, di mana dia bertemu banyak orang sepertinya yang memiliki visi masa depan yang lebih baik dengan kerja sama sebagai prinsipnya.
The Boy Who Harnessed The Wind yang ditulis oleh William sendiri menggambarkan kesabaran, kerja keras, dan pantang menyerah yang dapat kita melihat dalam karakter William yang walaupun diejek dan tidak ada yang mendukung William, ditumpuk dengan kahat di desanya, William tidak putus asa hingga berhasil membangunkan kicir angin yang menyelamatkan desanya dari bencana kelaparan.
0 komentar