
Buya Hamka Sebuah Novel Biografi
-
Ditulis olehMohammad Zaky Nur Fathullah
-
Dibuat tanggal
11 Oct 2024
-
Sekolah
SMA Pesantren Cendikia Amanah Depok
Orientasi
Buku Buya Hamka Sebuah Novel Biografi mengangkat sebuah tema Relugius, Politik, Organisasi Masyarakat serta kekeluargaan. Novel biografi ini mampu mengajak pembaca menuju kisah perjuangan serta mengetahui kehidupan, pemikiran seorang Buya Hamka Haidar Musyafa mengenalkan kepada pembaca tentang jalan hidup Buya Hamka melalui Novel, dengan tujuan agar sejarah perjalanan dan perjuangan Buya Hamka lebih mudah diikuti.Meski demikian di dalam buku ini Haidar Musyafa mengatakan bahwa informasi informasi seputar kehidupan Buya Hamka ditulis atas dasar penelitian tetapi buku ini bukan merupakan hasil dari riset sejarah murni.
Sinopsis
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dipanggil Buya Hamka merupakan putra Padang yang memiliki segudang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu bersosial.Peran beliau sangat banyak sekali dalam memajukan negri Nusantara diantaranya adalah peran sebagai ulama, beliau juga aktif dalam bidang dakwah yang diselenggarakanya didalam ORMAS Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Beliau juga menulis sebuah karangan yang masyhur dikalangan Santri yaitu Kitab Tafsir Al Azhar, selain aktif dalam bidang dakwah beliau juga dinobatkan sebagai seorang pejuang dimana beliau memberontak pemerintah yang cenderung merangkul Partai Komunis Indonesia, selain menjadi seorang ulama dan pejuang beliau juga seorang sastrawan, wartawan, dan politisi ddalam kiprahnya dalam membangyn peradaban bangsa.
Nama panggilan kecil beliau adalah Abdul Malik.Saat beliau masih kecil sudah dikenalkan dengan dunia Pendidikan yang dominannya kepada agama, beliau belajar agama kepada sang Ayahanda sendiri yang bernama Haji Rasul, ayahanda memiliki sifat yang tegas dan disiplin serta peduli terhadap keluarga dan masyarakat sehingga Ayahadna menjadi Tokoh Masyarakat di daerah Padang panjang, di sebuah majelis milik sang Ayahanda yang bernama Madrasah Thawalib di daerah Padang Panjang sosok Abdul Malik dididik disana, disamping seorang ayah yang memiliki sifat yang tegas Abdul Malik memiliki seorang ibunda yang sangat ramah dan lemah lembut Nama sang ibunda beliau adalah Sitti Shafiyah, beliau merupakan sosok yang sangat berpengaruh bagi Abdul Malik, karena disaat sang Ayahanda sedang memarahi Abdul Malik kecil pasti ia akan mengadu serta berduduk manis dipangkuan sang ibunda sambal mengeluarkan air mata.
Singakat cerita, Abdul Malik merasa bosan dengan Pendidikan di Madrasah Thawalib sehingga dia sering bolos untuk sekolah di Madrasah Thawalib. Tanpa sepengetahuan sang Ayahanda Abdul Malik pergi ke perpustakaan bibliotek untuk membaca beberapa buku tentang masalah social dll
Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama, pada suatu malam Malik kecil sedang membaca buku yang berjudul Kaba Cinduan Mato, tiba tiba saja sang Ayahanda duduk disamping Abdul malik, dia yang tidak menyadari akan kehadiran sang Ayahanda berusaha menyembunyikan buku yang ada ditangannya, namun sudah terlambat , sang Ayahanda sudah terlebih dahulu merebut buku itu dari tangannya Malik, marah besar sang ayah mengetahui Malik yang sedang membaca buku yang bukan berbasis agama, mulai dari situlah Malik kecil ketahuan bolos untuk sekolah di Madrasah Thawalib untuk membaca buku di perpustakaan bibliotek milik Syekh Zainudin labay El Yunusy.
Semenjak kejadian itu Abdul Malik sangat tertekan dengan keadaan sehingga dia pergi jauh meninggalkan Pulau Sumatera untuk menuntut ilmu di tanah Jawa. Disana ia menuntut ilmu serta bergabung dengan Organisasi Masyarakat Persarekatan Islam dan Muhammadiyah, selain pergi ke tanah Jawa dia memberanikan diri untuk pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan panggilan Allah yaitu Haji, bukan hanya menunaikan Haji, dia juga menuntut ilmu serta mencari pengalaman disana kepada para Ulama.
Paada masa Demokrasi Terpimpin, Abdul Malik atau biasa di panggil Buya Hamka merupakan sosok yang terkadang berbeda pendapat dengan Soekarno, juga bertentangan dengan kaum Komunis. Melalui karya tulisnya pada Majalah Lentera beliau mengatakan, karya karyanya diserang habis oleh para kaum Komunis. Berbulan bulan lamanya ia hadapi hantaman orang orang tak sepaham dengannya. Dua tahun empat bulan lamanya beliau hidup dalam penjara rezim Soekarno, meski perlakuan Soekarno yang seperti itu, Buya Hamka tidak marah. Beliau memiliki prinsip dengan kita mengenenal sesama yang berbeda , akan menemukan sudut pandang atau pemikiran yang baru. Meskipun ilmunya sangat tinggi tetapi beliau tidak pernah merasa tinggi. Sikap teladannya terbukti disaatbeliau menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia. Beliau jalankan amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab serta ketekunan terhadap mnjalankan amanah tersebut. Meski banyak sekali tekanan di dalam hidupnya, beliau tetap bersikap teguh serta memegang prinsip. Baginya kehebatan seorang Ulama diukur sejauh mana ia mampu melembutkan kerasnya hati para pembenci, dan sejauh mana kemampuannya menenangkan para jiwa yang gundah gulana.
Analisis
- Haidar Musyafa menggunakan bahasa yang puitis dan naratif, sehingga pembaca dapat merasakan kedalaman emosi dan ketegangan dalam setiap fase kehidupan Hamka. Deskripsi yang detail tentang lingkungan dan konteks sosial pada masa itu juga memperkaya pemahaman pembaca.
- Buku ini menggali kehidupan seorang Buya Hamka, tokoh penting dalam ilmu sastra dan pemikiran Islam di Indonesia. Tema utama di dalam buku ini adalah perjuangan Buya Hamka dalam mempertahankan identitas keislaman dan kebudayaan Indonesia.
Evaluasi
Kelebihan: - Buku ini memberikan wawasan kepada kita yang sangat mendalam tentang kehidupan Buya Hamka, sehingga dapat menjadikannya sumber informasi yang sangat berharga berharga dan inspiratif bagi para pembaca yang ingin memahami kontribusi terhadap sastra dan Islam di Indonesia.
Kekurangan - Beberapa bagian mungkin terasa lambat atau terlalu deskriptif, yang bisa mengurangi ketegangan dalam alur cerita.
1 komentar