Dukun Mamaria adalah sebuah buku cerita untuk anak-anak karya Wimpy S.I yang berlatar di Minahasa, dengan fokus pada tokoh utama seorang dukun wanita bernama Mamaria. Dukun Mamaria adalah seorang nenek yang memiliki sihir atas pertolongan iblis untuk melaksanakan setiap niat jahatnya. Dukun ini memiliki seorang cucu bernama Suanen. Suanen adalah seorang gadis yang buruk rupa juga buruk budi pekertinya. Suatu ketika, nenek sihir ini mampu menyihir cucunya menjadi gadis yang cantik jelita, namun dengan cara mengorbankan seorang wanita cantik sebagai tumbalnya kepada iblis. Suanen yang telah berubah menjadi gadis cantik ini semakin sombong atas kecantikannya. Sudah banyak pria yang ingin meminangnya, namun ditolaknya. Sampai akhirnya tidak ada lagi pria yang datang melamarnya. Neneknya merasa khawatir akan memudar kecantikan cucunya dimakan usia, akhirnya ia menculik seorang gadis cantik untuk dijadikan sesembahan kepada iblis agar lebih mempercantik cucunya. Nenek ini akhirnya memperoleh seorang gadis anak seorang nelayan yang bernama Wulanwene. Wulanwene awalnya tidak mengetahui niat jahat si nenek tersebut. Pada suatu malam, niat jahat tersebut akhirnya diketahui juga oleh Wulanwene. Kemudian Wulanwene membuat siasat, yaitu dengan menukar Suanen yang tertidur di kamarnya. Sementara itu, ia tidur di tempat Suanen. Siasat tersebut berhasil dan ia melarikan diri ke semak belukar.

Nenek sihir menjadi marah ketika mengetahui yang menjadi korban sesembahannya adalah cucunya sendiri. Nenek sihir itu pun kemudian mengejar Wulanwene. Wulanwene pun berdoa dan memasrahkan dirinya kepada Tuhan. Timbullah keajaiban. Ketika ia hendak tertangkap, di depannya terdapat pohon besar sehingga ia memutuskan diri untuk memanjat pohon besar itu. Akan tetapi, ia tidak luput pula dari kejaran nenek itu. Nenek itu ikut memanjat pohon dengan cepat karena kemampuan sihirnya sehingga ia dengan cepat berada di hadapan Wulanwene. Akhirnya timbullah keajaiban ketika sang nenek hendak menangkap Wulanwene, tubuh nenek tersebut tiba-tiba tertusuk dahan pohon itu hingga tewas.

Kelebihan:
Cerita yang berasal dari daerah Minahasa ini memberikan pesan moral kepada pembaca bahwa setiap kejahatan yang dilakukan manusia, pasti ada balasannya. Seharusnya manusia bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

Kekurangan:
Tema yang diangkat mungkin tidak terlalu relevan dengan masyarakat modern, sehingga pembaca perlu pemahaman lebih untuk mengapresiasi pesan novelnya. Cerita seperti ini sudah tidak cocok untuk anak-anak sekarang yang sudah mampu berpikir kritis. Cerita ini hanya cocok bagi mereka yang tertarik dengan dongeng.