
Ayahku Bukan Pembohong
-
Ditulis olehAisya Alya Nasyitha
-
Dibuat tanggal
14 Jul 2024
-
Sekolah
SMA Peradaban Serang
“Ayahku Bukan Pembohong” Sebuah buku buah karya Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Cover ilustrasi oleh Orkha Creative menggambarkan kisah-kisah yang akan diceritakan di dalam buku “Ayahku Bukan Pembohong”.
Buku dengan jumlah halaman sebanyak 304 halaman seingatku ini menjadi buku kedua karya Tere Liye yang saya baca. Saya tentu sudah mengenal penulis Tere Liye, dari series Bumi karyanya. Namun, saya tidak begitu tertarik dengan buku fantasi sehingga series Bumi tersebut tidak saya baca. Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk membaca buku “Ayahku Bukan Pembohong” setelah mendapat review dari temanku yang menangis setelah membaca buku tersebut.
Sesuai namanya, buku ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Dam, siswa SMP yang tumbuh besar dari cerita yang dikisahkan oleh ayahnya. Buku ini mengangkat pesan tentang peran ayah dalam mendidik anaknya untuk menjadi pribadi yang baik. Dam memiliki seorang ayah yang menyampaikan pesan dalam kisah-kisahnya. Cerita diawali dengan Dam yang memiliki hobi menonton sepak bola dan menyukai “Sang Kapten”. Saat itu, Sang Kapten mengalami kekalahan. Dam merasa sedih yang berlarut sehingga tidak semangat melakukan apapun. Saat itulah ayah menceritakan tentang perjuangan Sang Kapten pada awalnya. Mulai dari pengantar sup jamur, dan berlatih bola dengan peralatan yang sederhana. Kisah ini dimaknai dengan “harus bekerja keras dan pantang menyerah” serta “percaya bahwa semua ada jalannya dan keberhasilan hanya untuk mereka yang berusaha”. Pelajaran dari kisah itu Dam rasakan ketika melakukan seleksi renang di klub renangnya.
Dam memiliki teman bernama Jarjit yang jahil dan menjadi musuhnya. Dam sering bertengkar dengan Jarjit, bahkan sampai orangtuanya dipanggil oleh kepala sekolah.
Singkat cerita, Dam lulus SMP dan melanjutkan pendidikannya ke Akademi Gajah. Ia memiliki teman dekat bernama Retro yang saking dekatnya mereka berdua dijatuhi hukuman bersama berupa merapikan perpustakaan. Mereka berdua melaksanakan hukuman tersebut dan memanfaatkan waktu sisa di perpustakaan dengan aktivitas yang berbeda. Dam membuat sketsa ruangan dan Retro membaca buku.
Pada suatu ketika, Dam tertarik dengan buku yang Retro baca karena sesuai dengan kisah yang pernah diceritakan oleh ayahnya. Saat itulah Dam mulai meragukan cerita-cerita ayahnya. Dam mempertanyakan hal tersebut pada ayah dan terjadi pertengkaran antara keduanya ketika ulang tahun ibunya di libur musim panas. Semenjak saat itu, Dam mulai mencari tahu kebenaran dari kisah-kisah yang pernah ayahnya ceritakan. Dam bertengkar kembali oleh ayah karena perbedaan pandangan tentang kondisi ibu yang kritis. Ibu akhirnya meninggal dan Dam memutuskan untuk tinggal sendiri.
Dam melanjutkan pendidikannya di universitas unggulan kotanya, dengan mengambil jurusan arsitektur. Di sana ia bertemu dengan teman masa kecilnya, Tanni. Dam dan Tanni menjadi teman akrab dan menikah setelah lulus dari kuliah. Mereka berdua sempat mengalami pertengkaran karena perbedaan pandangan mereka terhadap cerita-cerita ayah. Dari pernikahan, mereka melahirkan dua orang anak yakni, Zas dan Qon.
Tidak berhenti pada Dam, ayah juga menceritakan kisah-kisah yang sama kepada Zas dan Qon. Mengetahui hal tersebut, Dam marah pada ayah dan berakhir mengusirnya. Tak lama, Dam mendapatkan kabar bahwa ayahnya berada di rumah sakit. Saat itulah Dam menerima cerita terakhirnya mengenai “Danau Para Sufi”.
Kisah berakhir dengan meninggalnya ayah dan terjadi beberapa hal yang mengejutkan Dam, menepis segala tidak percayanya pada ayah, dan membuatnya percaya bahwa “Ayahku Bukan Pembohong”. Hal tersebut disebabkan oleh hadirnya “Sang Kapten” pada pemakaman ayah, adanya formasi 9 layangan dari suku penguasa langit, dan si nomor 10.
Buku ini memiliki beberapa kelebihan. Mulai dari membawa pesan bermakna dan mengajarkan bahwa pelajaran tidak hanya diterima di dalam kelas, tapi kehidupan di rumah adalah belajar. Konsep bahwa mendidik anak dengan cara ‘bercerita’ menjadi hal yang mudah diterima oleh seorang anak. Kedua, Penokohan yang memiliki karakter kuat dan menjadi pedoman.
Namun, di luar kelebihan yang dimiliki. Novel ini menjadi cukup sulit dipahami karena menggunakan alur campuran. Beberapa kali terjadi kilas balik dan mencampur antara kisah Dam ketika kecil dan Dam ketika sudah memiliki anak. Novel ini juga mengangkat kisah yang cukup banyak, sehingga terkesan sangat imajinatif.
Kisah ini mengingatkan saya dan mengajarkan saya bahwa orangtua akan mengajarkan anaknya melalui caranya masing-masing. Tentu, semua pasti ada baik buruknya. Pada kasus ini, ayah Dam berusaha untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, usaha dan pantang menyerah yang dikemas dalam kisah-kisah pengalamannya.
0 komentar