book

Seri Pahlawan K.H.Akhmad Dahlan

0
  • book
    Ditulis oleh
    Sheliza Nashwa Auliya
  • Dibuat tanggal
    21 Jul 2024
  • Sekolah
    SMP NEGERI 1 PURWAREJA - KLAMPOK

Buku ini adalah buku SERI PAHLAWAN “K.H. Akhmad Dahlan” yang ditulis oleh Drs. Mardanas Safwan Sutrisno Kutojo. Cetakan pertama buku ini adalah tahun 1985 dan edisi revisi nya adalah pada tahun 2008. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mutiara Sumber Widya. Buku ini memuat perjalanan K.H. Akhmad Dahlan dari beliau lahir hingga meninggal.

            K.H. Akhmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus1285 Hijriah  atau 1868 Masehi (, di kampung Kauman, Yogyakarta. Mohammad Darwisy, itulah nama asli atau nama masa kecil K.H. Akhmad Dahlan sebelum menunaikan rukun haji. K.H. Akhmad Dahlan adalah keturuan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, yaitu salah satu tokoh Walisongo. Beliau adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara, ayahnya bernama K.H. Abubakar bin K.H. Sulaiman, ibunya adalah anak perempuan dari H. Ibrahim. Sewaktu kecil K.H. Akhmad Dahlan bukanlah anak yang manja. Beliau anak yang baik, tidak suka berkelahi, dan juga tidak suka mengganggu, serta selalu patuh pada perintah orang tua, ia juga sopan dan hormat kepada saudara-saudaranya.

            Sebagai seorang yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan keagamaan, K.H. Akhmad Dahlan mendapat pendidikan agama yang mungkin bisa dikatakan sempurna pada zaman itu. K.H. Akhmad Dahlan mulai belajar mengaji pada sekitar usia tujuh tahun. Ketika K.H. Akhmad Dahlan berusia sekitar 15 tahun, beliau berangkat ke tanah suci, Mekah, untuk menunaikan haji, kala itu seluruh perjalanannya dibayai oleh kakak iparnya. Di sana K.H. Akhmad Dahlan mendalami berbagai ilmu yang berkaitan dengan agama Islam. Pada usia yang ke-34 K.H. Akhmad Dahlan Kembali berangkat ke Mekah, ketika itu beliau hanya bermukim selama 2 tahun.

            K.H. Akhmad Dahlan mempunyai perusahaan batik yang sering beliau jual sendiri ke beberapa tempat, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, sampai Sumatra Utara. K.H. Akhmad Dahlan mempunyai istri bernama Siti Walidah, beliau kemudian bernama Nyai Akhmad Dahlan. Nyai Akhmad Dahlan adalah saudara sepupu dari K.H. Akhmad Dahlan sendiri, ia adalah putri K.H. Penghulu Fadil. Beliau adalah tokoh utama perserikatan Aisyiyah (bagian khusus dari perserikatan Muhammadiyah). Nyai Akhmad Dahlan adalah Pahlawan Nasional, sama seperti suaminya. Dari pernikahan dengan Nyai Akhmad Dahlan, K.H. Akhmad Dahlan dikaruniai enam orang anak.

            K.H. Akhmad Dahlan mendirikan organisasi/perserikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912, secara bertahap dan terencana. Pada tanggal 20 Desember 1912, K.H. Akhmad Dahlan mengajukan permhonan kepada Gubernur Jenderal untuk mengesahkan persyerikatan Muhammadiyah, namun pada saat itu pemerintah Hindia Belanda belum mau mengakui Muhammadiyah. Barulah pada tanggal 22 Agustus 1914 pemerintah Hindia Belanda mau mengakui dan mengizikan berdirinya Muhammadiyah, tetapi izin tersebut hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta. K.H. Akhmad Dahlan mula-mula mendirikan lembaga pendidikan, pada tahun 1911 K.H. Akhmad Dahlan mendirikan sekolah Muhammadiyah. Pada sekolah ini terdapat perbedaan yang sangat mencolok dengan pendidikan agama yang dikenal pada masa itu. Di sekolah Muhammadiyah para murid belajar di Gedung, duduk di bangku, terdapat papan tulis, dan meja guru. Sedangkan sebelum sekolah Muhammadiyah ini didirikan dahulu pendidikan agama selalu diadakan di surau atau pesantren. Dengan para santri yang duduk di lantai dan hanya belajar mengaji saja.

            Perserikatan Muhammadiyah terus berkembang dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1921 cabang Muhammadiyang tidak hanya di Pulau Jawa saja, tetapi juga tumbuh di daerah-daerah lain, seperti di Sumatra dan Sulawesi. Perkembangan ini begitu pesat, dalam waktu singkat, sudah banyak anggota, tersebar di berbagai penjuru tanah air. Masyarakat Islam memang sudah lama menanti-nanti lahirnya organisasi Islam. Kegiatan Muhammadiyah terus berkembang luas, selain kegiatan agamanya, kegiatan Muhammadiyah juga meluas ke bidang sosial, kesehatan, pendidikan, kewanitaan, kepemudaan, serta media massa.

            K.H. Akhmad Dahlan meninggal pada tanggal 23 Februari 1923 di rumah kediaman beliau di Kauman, Yogyakarta, dan dimakamkan di pemakaman Karang Kajeng, Yogyakarta. Pada tanggal 8 September 1961, Menteri Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebudayaan, Prof. Dr. Prijono, memberi usulan, yaitu agar K.H. Akhmad Dahlan diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Usulan tersebut diperkuat oleh Menteri Kesejahteraan Sosial, H. Mulyadi Djojomartono, dan Menteri pertama, Ir. H. Juanda. Tiga bulan kemudian, Presiden Republik Indonesia dengan surat Keputusan nomor 657 tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961, menetapkan K.H. Akhmad Dahlan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

            Begitulah sekilas perjalanan salah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang tentu saja sangat berjasa pada bidang keagamaan dan pendidikan di Indonesia. Banyak sekali amanat atau Pelajaran yang dapat kita ambil dari buku ini, salah satunya adalah, sikap pantang menyerah dalam menghadapi keadaan apapun. Namun seperti buku pada umumnya, buku ini tentu saja memiliki beberapa kelebihan juga kekurangan. Kelebihan dari buku ini adalah banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari K.H. Akhmad Dahlan. Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam buku ini yaitu cukup banyak beberapa kata yang salah penulisan. Secara keseluruhan buku ini dikemas dengan sangat baik dan menarik.

           

             

Judul Buku Seri Pahlawan K.H.Akhmad Dahlan
Penulis Drs. Mardanas Safwan Sutrisno Kutojo
ISBN 978-979-9331-30-0
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 1985
Penerbit Penerbit Mutiara Sumber Widya
Jumlah Halaman 74

0 komentar

Buat komentar