
The Midnight Library
-
Ditulis olehAstri Kirana Pramudita
-
Dibuat tanggal
28 Jul 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 3 SAMARINDA
“The Midnight Library” merupakan sebuah karya fiksi bergenre fantasi karya Matt Haig, pengarang novel dan jurnalis asal Inggris. Buku ini terbit perdana di Inggris pada tahun 2020 dan telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Novel setebal 368 halaman ini pertama kali diterbitkan di Indonesia pada tahun 2020 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, dengan judul Perpustakaan Tengah Malam. Kisah ini telah dinobatkan sebagai New York Bestseller dan Goodreads Choice Awards 2020 Best Fiction. Matt Haig dengan kepiawaiannya dalam menulis berhasil membawakan cerita tentang penyesalan dan eksplorasi untuk mencari kebahagiaan dengan alur maju mundur, berlatar dari berbagai kehidupan dengan linimasa yang berbeda-beda.
Kisah ini diawali dengan perasaan suram mendalam yang dialami oleh Nora Seed, tokoh utama dalam cerita. Nora beranggapan bahwa Ia adalah sebuah lubang hitam yang akan menghancurkan dan menyakiti orang-orang yang berada di dekatnya. Semua hal yang dilakukan semasa hidupnya, Ia yakini, merupakan kegagalan. Memutuskan untuk tidak mengikuti olimpiade, meninggalkan mimpinya sebagai glasiolog, mengundurkan diri sebagai vokalis band yang Ia bangun bersama kakaknya walaupun sudah menandatangani kontrak, kedua orang tuanya yang meninggal, jauh dari kakak dan sahabatnya, dan masih banyak lagi.
Penyesalannya pun semakin mendalam ketika suatu hari, berbagai macam kejadian yang tidak diinginkan, secara bertubi-tubi terjadi. Dimulai dari kucing peliharaannya yang mati, dibebastugaskan dari pekerjaannya sebagai guru les piano dan penjaga toko musik. Harinya semakin buruk ketika Ia sudah tidak dibutuhkan lagi untuk mengambilkan obat tetangganya yang sudah lansia dan ringkih. Ia pun akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dengan cara overdosis.
Ketika tersadar, Ia menemukan dirinya tengah berada di Perpustakaan Tengah Malam dan bertemu dengan Mrs. Elm, pustakawati sekolahnya dulu. Terdapat jajaran rak tipis yang tiada habisnya berisi buku-buku berwarna hijau dalam berbagai gradasi. Sampai akhirnya, Buku Penyesalan berada di tangannya. Setiap penyesalan yang pernah Nora rasakan sejak lahir, tercatat dalam buku tersebut. Di perpustakaan ini, Nora memiliki kesempatan untuk mengulang kembali penyesalannya dalam kehidupan yang sangat berbeda dari kehidupan akarnya. Jika Ia kehilangan kehendak dan semangat untuk melanjutkan, dirinya akan mati dan hilang untuk selamanya.
Dalam kisah ini, Nora seakan menjelajah berbagai kehidupan paralel sesuai dengan keputusan atas penyesalan yang ingin ia jalani. Dimulai dari menjadi seorang istri dan ibu, atlet renang profesional, vokalis band terkenal, peneliti di Arktik, bekerja di pusat penyelamatan hewan, dan masih banyak lagi. Sayangnya, Nora malah terus-terusan mengalami penyesalan dari setiap realitas kehidupan yang Ia jalani. Nora pun tersadar bahwa selama ini, Ia sedang melakukan impian orang lain. Impian orang tuanya, kakaknya, bahkan Mrs. Elm, pustakawati sekolahnya dulu. Ia tidak pernah benar-benar memikirkan dirinya; kebahagiaan dan impiannya sendiri. Apakah kebahagiaan itu sebenarnya tepat di depan matanya? Akankah Ia menemukan kebaikan sejati itu? Kalian akan menemukan jawabannya dalam buku ini.
Matt Haig berhasil mengembangkan karakter Nora (dari sudut pandang orang ketiga), yang tadinya pesimis akan hidup, menjadi lebih menghargai eksistensinya. Ia perlahan-lahan mulai sadar bahwa kebahagiaan yang Ia cari itu mungkin tepat di depan matanya; kehidupan tempatnya memulai dan berakhir. Pembaca dapat turut merasakan dan menghayati keputusasaan, kesedihan, dan kepenatan yang dialami oleh Nora di bagian awal cerita. Sayangnya, hal ini dapat memicu ketidakstabilan emosi, ingatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh pembaca. Meskipun demikian, kelemahan ini tidak mengurangi esensi cerita yang ingin disampaikan penulis. Alur yang berpindah-pindah dari kisah ini menunjukkan sudut pandang Nora di berbagai macam realitas kehidupan, namun dapat menciptakan cerita yang kaya akan pesan. Pesan-pesan yang tanpa kita sadari, relate dalam kehidupan sehari-hari.
Secara total, “The Midnight Library” merupakan kisah yang akan sangat menyenangkan untuk dibaca. Pengisahan ini menghantarkan pesan kepada pembaca, bahwa manusia tidak akan pernah bisa menjalani semua kehidupan serta keahlian yang dicita-citakan. Terkadang hidup memang tidak selalu seperti yang kita harap dan ekspektasikan. Mungkin akan ada penyesalan yang muncul dari setiap keputusan berbeda yang kita pilih. Sedikit perbedaan pun dapat membawa perubahan yang besar. Seperti halnya catur, akan ada banyak variasi kemungkinan yang terjadi dari sebuah langkah. Takkan ada pilihan yang sempurna; di setiap kehidupan pun tidak ada yang sempurna. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah menjalaninya. Satu-satunya cara untuk belajar adalah dengan hidup.
0 komentar