
I'm Carel
-
Ditulis olehSarah Nur Qonita
-
Dibuat tanggal
31 Jul 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 31
Carel Aldeguer Ghazali, seorang remaja tampan yang pintar, kaya, dan religius. Ia merupakan anak dari seorang pembalap terkenal dan juga pemilik pesantren. Carel memiliki seorang adik yang bernama Kayra Aldeguer Ghazali. Carel sendiri juga merupakan seorang ketua dari sebuah geng motor bernama Battara. Tapi, geng motor satu ini berbeda. Kalau geng motor lain sering dicap sebagai pembuat masalah. Carel sering mengajak para anggota Battara untuk ikut pengajian di pondok orangtuanya. Mereka juga sering melakukan kegiatan santunan anak yatim.
Carel bersekolah di SMA Kartawijaya Jakarta. Selain menjadi ketua Battara, ia juga menjabat sebagai kapten basket di sekolahnya.
Hari itu, Carel sedang berlatih basket di lapangan bersama teman-temannya. Seperti biasa, tribune penonton penuh dengan para siswi.
“Aaaa, Carel ganteng banget” begitulah teriakan para siswi yang menonton.
Diantara kehebohan itu, duduk seorang siswi dengan jilbab dililit di leher. Ia terlihat tenang dan tidak ikut heboh. Malah ia terlihat sibuk dengan es krim vanilla di tangannya. Ia adalah Kanaya Yasmin.
“Aaa, gila, Carel ganteng banget Nay!” pekik Reta, sahabat Naya.
Naya hanya bergumam pelan menanggapi pekikan Reta. Jika bukan karena es krim yang dibelikan Reta. Ia pasti tidak akan duduk tenang disana.
“Lo mau kemana?” tanya Reta yang melihat Naya berdiri.
“Toilet bentar, mau cuci tangan” balas Naya.
“Kita istirahat dulu lima belas menit” kata Carel sambil menangkap bola yang dilempar Lingga.
Lingga adalah sahabat Carel yang juga menjabat sebagai wakil ketua Battara. Sedangkan dua sahabatnya yang lain bernama Azka dan Zaska. Ya, mereka berdua kembar dan juga adik sepupu dari Lingga.
Sambil menunggu teman-temannya istirahat, Carel berlatih sendiri di lapangan. Saat bola ia lempar ke ring, bola itu tidak masuk dan malah terlempar ke arah lain.
“Aaww” teriak seseorang. Carel menoleh dan melihat Naya terduduk sambil memegangi kepalanya. Ia segera menghampiri Naya.
“Maaf, gue yang lempar bolanya. Gak sengaja” katanya sambil melepas headbandnya. Ia menyodorkan headband itu untuk menarik Naya bangun.
“Sekali lagi maaf, kalau ada apa-apa lo cari gue aja. Nanti gue tanggung jawab”
Sedangkan Naya bengong mengagumi ketampanan Carel. Setelah berkata begitu, Carel berbalik. Tapi tiba-tiba ia kembali menoleh ke arah Naya.
“Jilbab lo benerin. Mau simulasi gantung diri?” katanya.
Hari itu, Lingga, Azka, dan Zaska sedang berada di rumah Carel. Mereka memandangi kandang ayam yang diletakkan di kanan kiri gazebo. Tak lama, Kayra datang membawakan minuman dan makanan ringan. Karena tak lama lagi liburan sekolah tiba. Carel bertanya apa yang akan dilakukan teman-temannya.
“Gue mau pulang kampung” kata Lingga yang memang bukan orang asli Jakarta. Mendengar itu, Carel langsung mengajak mereka untuk ikut Lingga. Karena semua setuju, mereka mengumumkan itu di grup chat Battara.
Malamnya, saat makan malam, Kayra meminta untuk ikut bersama Carel. Awalnya Carel menolak, tapi karena sudah diberi izin oleh Ayahnya, Carel mengizinkan.
Pada hari Senin, saat seharusnya ia sudah berkumpul bersama teman-temannya. Carel terjebak di sebuah restoran yang tak jauh dari sekolahnya. Di depannya duduk seorang perempuan dengan jilbab terlilit di lehernya. Naya meliriknya sinis. Tiba-tiba, Marc, Kakek Carel datang. Ia menanyakan persiapan olimpiade pada Carel. Karena masih tidak rela berpasangan dengan Naya, Carel kembali protes. Setelah dibujuk, akhirnya ia pun setuju. Tak lama kemudian, mereka pulang. Tapi karena tahu Carel akan pergi, Marc menyuruh Carel untuk membawa Naya. Hitung-hitung Healing sebelum olimpiade. Dengan hati tak ikhlas, mereka berdua menurut.
Sampai di Pondok Pesantren orangtuanya, Carel langsung menghampiri teman-temannya yang sudah lengkap. Setelah meminta maaf atas keterlambatannya,Carel memimpin doa. “BATTARA!” teriak Carel
“USRAA!” jawab para anggotanya. Carel langsung menyuruh Naya dan Kayra untuk masuk ke mobil. Setelah semua siap, mereka pun berangkat.
Puluhan motor sport membelah jalanan ibukota yang tak pernah sepi. Carel memimpin mereka semua di depan dengan Lingga, Azka, dan Zaska di kanan kirinya. Di dalam mobil, Kayra berusaha memecah keheningan dengan Naya. Karena Kayra merupakan cucu dari Marc. Naya berencana untuk meminta tolong pada Kayra. Meminta Marc untuk menggantinya dengan siswi lain. Tapi karena memikirkan hadiah yang lumayan Naya pun membatalkan rencana itu.
Butuh empat belas jam dari Jakarta ke Surakarta. Saat waktu menunjukkan jam sepuluh malam, mereka mulai memasuki kawasan desa Lingga. Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di rumah orangtua Lingga. Keluarga Lingga menyambut kedatangan mereka semua dengan hangat. Setelah mengobrol sebentar dengan keluarga Lingga, mereka langsung mendirikan tenda di halaman. Setelah tenda-tenda berdiri tegak, mereka menyalakan api unggun. Karena sudah larut, Carel menyuruh Kayra untuk tidur di dalam saja. Setelah bertanya, Lingga menyuruhnya untuk tidur di kamar miliknya saja. Karena kamar tamu baru di renovasi dan kuncinya berada di Ibunya yang sudah tidur. Sebenarnya ada kamar Azka dan Zaska, tapi Lingga tidak menyarankan. Akhirnya Kayra pun pergi ke kamar diantar Lingga. Awalnya Kayra mengajak Naya. Tapi karena belum mengantuk, Naya menolaknya.
Setelah dua hari menginap di rumah orangtua Lingga, mereka berpamitan untuk pergi ke Bukit Mongkrang. Rencananya mereka akan berkemah di sana selama dua hari satu malam. Sesampainya disana, mereka segera mendaki. Di tengah jalan, Kayra kelelahan, akhirnya Carel memutuskan untuk menginap disana dan kembali mendaki besok. Setelah semua kegiatan selesai, mereka pun pulang.
Sampai di rumah, Ayla, ummi Carel, sedang mengobati suaminya yang jatuh saat berlatih. Melihat Carel yang menggendong Kayra, ia langsung menghampirinya. Setelah tubuhnya diletakkan di kasur oleh Carel, Ayla langsung menanyakan putrinya. Ternyata Kayra hanya kedinginan. Tiba-tiba, Carel bersin-bersin, Ayla pun langsung menyuruh mereka beristirahat.
Naya mengayuh sepedanya dengan santai menuju alamat yang diberikan Bundanya. Hari itu, ia dimintai tolong untuk mengantar brownies pesanan pelanggan Bundanya. Sesampainya di alamat yang dituju, ia segera mengucap salam. Seorang satpam keluar dan menanyakan maksud datangnya. Setelah menjelaskan, satpam itu menyuruhnya masuk. Sampai di depan pintu, ia mengetuknya beberapa kali lalu mengucap salam.
Setelah mengantar brownies, Naya segera pulang. Setelah hari itu pun hubungannya dengan Carel semakin dekat. Olimpiade yang mereka ikuti juga berjalan lancar. Setelah lulus, Carel pamit untuk melanjutkan pendidikannya di Yaman. 5 tahun kemudian, ia kembali ke Indonesia dan melamar Naya.
0 komentar