
Kost Pak Raden (Tiba-tiba Ramadan)
-
Ditulis olehSarah Nur Qonita
-
Dibuat tanggal
31 Jul 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 31
Hari itu, Dion, seorang mahasiswa baru yang berkuliah di Bekasi, sedang mencari kost-an kosong. Setelah berkeliling, ia menemukan kost-an dengan biaya murah di pinggiran Bekasi. Pak Raden, pemilik kost-an pun dengan senang hati menerima kedatangannya.
Karena sudah tidak ada kost-an yang sesuai budgetnya, Dion akhirnya memutuskan untuk tinggal di kost-an berisi 12 orang laki-laki itu. Begitu masuk ke dalam, ia disambut dengan pemandangan yang berantakan dan sangat tidak enak dilihat.
Ajun, salah satu penghuni Kost Pak Raden. Hari itu dia pergi ke Bandung, karena Neneknya akan pindah rumah. Pagi-pagi ia dijemput oleh Tantenya di kost. Sampai di Bandung, ia segera turun dan membantu perpindahan Neneknya.
Setelah membantu-bantu, Ajun disuruh untuk beristirahat oleh Mamanya. Tapi, karena listrik kamar belum dinyalakan, jadi Mama Ajun menyuruh adiknya untuk menyalakannya. Karena takut merepotkan, Ajun menolak dan menyalakan listriknya sendiri.
Sampai di ruang bawah, Ajun segera menyalakan listrik. Tapi perhatiannya teralihkan dengan perabotan antik yang tersimpan disana. Ia pun melihat-lihat perabotan itu terlebih dahulu. Setelah puas melihat-lihat, ia keluar sambil membawa piringan hitam yang ditemukannya disana.
Melihat Ajun yang keluar dari ruang bawah dengan membawa piringan hitam, Lieke, Mama Ajun, bertanya dari mana Ajun mendapatkannya. Lieke pun memperingati Ajun untuk berhati-hati jika bertemu neneknya. Karena wajah Ajun sangat mirip dengan kakeknya.
Setelah semua urusan selesai, Ajun pulang ke kost-an. Saat Ajun pulang, salah satu penghuni kost melihat sesosok wanita di belakang Ajun. Ia heboh, mengira Ajun membawa wanita ke kost-an. Tapi, setelah diselidiki, Ajun tidak merasa membawa wanita. Teman-teman yang lain pun juga tidak melihat adanya wanita di kost.
Beberapa hari kemudian, Ramadhan tiba. Semua penghuni kost menyambut bulan suci itu dengan suka cita. Tak terkecuali satu-satunya anggota mereka yang non muslim.
Hari-hari mereka lalui seperti biasa. Ya, meskipun dengan beberapa gangguan yang datang dari Ucup, ponakan Hasan. Tapi 13 laki-laki itu bisa mengatasi masalah dengan baik.
Hingga, suatu hari mereka mulai diteror oleh sesosok wanita. Ternyata, wanita itulah yang mengikuti Ajun saat pulang dari Bandung. Karena tak tahan dengan teror yang mengganggu kehidupan. 13 orang laki-laki itu mencoba meminta bantuan. Dari meminta tolong pada Pak Raden, Ustadz Ilham, Pak Haji, hingga engkongnya Hasan yang merupakan dukun di kampungnya.
Berbagi cara tidak berhasil mengusir sosok wanita itu. Akhirnya, Ajun pun pergi ke rumah neneknya untuk meminta penjelasan. Ternyata, sosok wanita yang meneror Ajun dan teman-temannya adalah Anneke, nenek kandung Ajun. Sedangkan neneknya yang masih hidup merupakan adik dari Anneke.
Setelah mengetahui fakta itu, Ajun kembali pulang ke kost. Teror pun kembali mengganggu mereka. Anneke juga berkali-kali merasuki tubuh anggota kost. Ternyata, alasan ia melakukan itu adalah untuk membalaskan dendam. Dulu, suaminya dibunuh oleh seseorang bernama Haryono. Tak disangka, ternyata Hangga adalah cucu dari Haryono yang ditargetkan oleh Anneke.
Hangga pun berkali-kali diserang oleh Anneke yang merasuki tubuh teman-temannya. Hingga, suatu hari, saat mereka semua baru pulang dari masjid. Tiba-tiba Ajun dirasuki oleh Anneke dan mencekik Hangga. Melihat itu, teman-teman yang melihat langsung melerai. Tapi, entah kekuatan apa yang dimiliki Ajun, ia menghempaskan teman-temannya dengan enteng. Saat teman-teman yang lain sibuk memisahkan Ajun dan Hangga, Aming mengambil bantalnya lalu menghempaskannya ke arah kepala Ajun dengan kencang. Laki-laki di hadapannya pun langsung terhempas ke samping dan terbentur sofa, lalu pingsan seketika.
Melihat itu, teman-temannya langsung meneriaki nama Aming dengan keterkejutan. Saat sedang menenangkan diri, tiba-tiba Aming merasakan kakinya dipegang. Refleks ia menunduk dan melihat Ajun memegangi kakinya sambil menyeringai. Dengan wajah terkejut, Aming kembali melayangkan tendangannya yang tepat mengenai wajah tampan Ajun.
Melihat Ajun kembali pingsan, Tejo dan Fajar langsung memindahkan tubuh Ajun ke sofa. Selesai memindahkan Ajun, Tejo meminta keputusan dari Arul dan Hangga selaku manusia paling tua diantara mereka. Hangga pun memutuskan untuk menelepon Pak Raden agar keponakannya yang bisa mengatasi jin segera datang.
Pagi itu, sebelum sahur, Hangga menelepon Pak Raden. Setelah menanyakan kapan keponakan Pak Raden datang, Hangga menutup telepon yang percakapannya sudah merembes kemana-mana. Setelah menutup telepon, Hangga pergi ke dapur. Disana Tejo langsung menanyakan keputusan Pak Raden. Hangga langsung menjelaskan kalau setelah subuh Aisyah akan datang bersama keponakan Pak Raden.
Arul dan Hangga memandangi tubuh Ajun yang masih belum sadar. Karena merasa khawatir, Hangga menyuruh Arul menyiapkan motor untuk membawa Ajun ke klinik. Tapi Arul menolak dan memilih untuk menunggu Aisyah datang. Mendengar keputusan Arul, Hangga pun mulai tersulut emosi. Arul yang awalnya santai pun akhirnya ikut emosi. Mereka melayangkan pukulan pada satu sama lain. Untung saja Tejo lewat dan melerai mereka.
Selepas tragedi saat sahur, kini Hangga, Arul, dan Tejo, selaku manusia tertua di kost, duduk di ruang tamu. Ditemani kehadiran Aisyah dan lelaki berusia 30 tahun-an. Mas Agung namanya, keponakan Pak Raden.
Mas Agung pun menanyakan awal mula kejadian ini. Hangga, Arul, dan Tejo pun menceritakan semua kejadian dari awal hingga akhir secara rinci. Setelah mendengar cerita dari mereka bertiga, Mas Agung pun mencoba mengecek Ajun yang terbaring di kasurnya. Mas Agun pun meletakkan tangannya di atas kening Ajun lalu memejamkan mata. Ia mengernyitkan dahinya ketika merasakan sesuatu yang aneh menimpa Ajun. Tak lama, Mas Agung pun tersentak dan langsung beristighfar. Mas Agung langsung menyuruh Aisyah untuk memanggil Pak Raden. Tak menunggu lama, Aisyah langsung pulang tanpa pamit untuk memanggil bapaknya. Ternyata, situasi sudah menjadi sangat berbahaya. Jiwa Ajun dalam bahaya, sosok Anneke ingin membawa Ajun ke alamnya. Jika dibiarkan, Ajun bisa meninggal.
Mas Agung pun meminta kedua belas anggota kost untuk berkumpul di ruang tengah. Ia menyuruh mereka semua untuk berdoa hingga ia selesai. Apapun yang terjadi jangan berhenti berdoa. Setelah berpesan seperti itu, Mas Agung masuk ke kamar Ajun. Begitu Mas Agung masuk, Semua hening, hanya terdengar lantunan ayat kursi yang dibacakan ke sebelas anak kost. Sedangkan Tejo melakukan hal yang sama, menyatukan kedua tangannya dan meminta kepada tuhannya.
Singkat cerita, akhirnya masalah teror itu diselesaikan dengan baik. Roh Anneke pun tidak mengganggu mereka lagi. Idul Fitri pun tinggal beberapa hari lagi. Semua anggota kost kembali ke kampung masing-masing.
0 komentar