
Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat
-
Ditulis olehLia Anggraeny
-
Dibuat tanggal
31 Jul 2024
-
Sekolah
SMAN SUMATERA SELATAN
Sebuah seni untuk bersikap bodoh amat ialah buku pertama karya sesosok penulis sekaligus narablog asal Amerika Serikat yang bernama Mark Manson. Buku ini telah meraih penghargaan best seller di tahun 2016 dan pernah diterbitkan dalam artikel pribadinya pada tahun 2015. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh PT. Gramedia Widiasarana Indonesia pada tahun 2018. Selain itu, ketebalan buku yang hanya 248 halaman dan berdimensi 14 x 20 cm ini dapat memudahkan kita untuk membawa dan membacanya kapan pun dan dimana pun berada.
Dulu aku sering banget membandingkan diri dengan orang lain yang aku anggap lebih sempurna dari ku. Aku selalu berusaha untuk tampil positif dan memukau di setiap saat. Aku juga terus berusaha untuk meraih pencapaian yang lebih dan lebih banyak lagi tanpa pernah merasa puas dengan apa yang telah aku miliki. Namun alhasil, aku menjadi lebih takut apabila kehilangan semuanya dan lebih takut lagi jika afirmasi positif yang selama ini aku bangun, pecah hanya dengan rasa takut sesaat yang ku rasakan itu. Oleh karena itu, aku mencari solusi untuk membuang jauh-jauh pikiran negatif yang terus menyalahkan diri sendiri itu dengan membaca buku “Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat”.
Hal yang paling membedakan buku ini dengan buku pengembangan diri lainnya adalah jika buku lainnya mengajak kita untuk menjadi pribadi yang positif maka ini justru sebaliknya. Buku ini lebih menekankan kita untuk jujur dengan diri kita sendiri dan mengenal batasan-batasan diri serta menerimanya. Hal ini seperti yang pernah disebutkan oleh filsuf Watts di dalam buku ini sebagai “Hukum kebalikannya” yang berarti bahwa semakin keras kita berusaha untuk terlihat baik setiap saat, maka semakin besar ketidakpuasan yang bisa kita rasakan. Semakin mati-matian kita ingin bahagia dan dicintai, maka kita akan merasa semakin kesepian karena ketakutan akan kehilangan, terlepas dari banyaknya orang di sekitar kita.
Selain itu, filsuf eksistensialisme Albert Camus juga pernah mengatakan bahwa “Anda tidak akan pernah merasa bahagia jika terus mencari apa yang terkandung di dalam kebahagiaan. Anda tidak akan merasa hidup jika terus mencari arti kehidupan.” Tepat di saat kita bisa mengakrabi rasa ketakutan, ketidakpercayaan diri, ketidakpastian hidup dan kegagalan serta saat kita berhenti melarikan diri dari realita kehidupan yang menyakitkan dan mencoba untuk mengatasinya dengan segenap jiwa dan raga maka di saat itulah pula kita akan bisa merasakan kebahagiaan dan memahami arti dari kehidupan yang sesungguhnya.
Di dalam buku ini, Manson menceritakan kisah perjuangan seseorang yang awalnya hanyalah seorang pecandu alkohol dan pengguna narkoba yang kini menjadi sukses sebagai penulis ternama yang telah berhasil menerbitkan 6 novel dan ratusan puisi karyanya. Ia adalah Charles Bukowski. Bukowski bekerja menjadi seorang penyortir surat di kantor pos. Sebelumnya ia pernah bercita-cita untuk mejadi penulis. Namun, karyanya terus menerus ditolak oleh media publikasi yang ia ajukan. Sehingga hal ini membuatnya depresi yang diperberat oleh alkohol. Ia mendapatkan upah kerja yang sangat rendah yang hanya ia habiskan untuk memenuhi nafsunya dengan membeli minuman keras.
Namun, memasuki usianya yang ke 50 tahun ia mendapatkan penawaran untuk menulis buku oleh seorang editor di penerbitan independen. Editor itu tidak menawarkan segepok uang ataupun penjualan buku yang menjanjikan, melainkan menawarkan kesempatan untuk si pemabuk ini. Berkat hal inilah yang membuat Bukowski terkenal menjadi sesosok penulis yang sukses. Bukowski tahu betul bahwa keberhasilan bukan hasil kegigihannya untuk menjadi seorang pemenang. Namun, hal ini kembali lagi ke fakta yang ia yakini bahwa ia adalah seorang pecundang. Ia selalu berusaha untuk menjadi dirinya sendiri. Ia hebat karena kemampuan sederhananya yang selalu jujur dengan dirinya sendiri sepenuhnya dan setulusnya bahkan termasuk mengakui kesalahan paling buruk yang ia perbuat.
Bukowski lebih nyaman dengan cerminan dirinya yang selalu dianggap sebagai sebuah kegagalan. Ia masa bodoh dengan kesuksesannya. Bahkan, ia masih suka mengekspos dirinya dan meniduri tiap perempuan yang bertemu dengannya. Karena meskipun perbaikan diri dan kesuksesan terjadi terjadi secara bersamaan, tetap saja tidak berarti keduanya adalah hal yang sama. Terkadang obsesi untuk mewujudkan harapan positif yang mustahil diwujudkan akan terus menekan kita untuk mencapai lebih dan lebih banyak lagi pencapaian agar tampil sempurna dan memukau. Namun, kesempurnaan yang dibuat justru hanya memerjelas kekurangan akan kegagalan kita.
Jika seseorang benar-benar bahagia maka tidak perlu menunjukkan bahwa mereka bahagia. Terkadang memedulikan banyak hal hanya akan berdampak buruk bagi kesehatan mental kita. Kita akan terus merasa terperangkap oleh hal-hal dangkal dan palsu yang membiarkan diri untuk terus mengejar kepuasan dan kebahagiaan yang tidak pasti adanya. Kunci kehidupan yang baik tidaklah dengan memedulikan semua hal, tapi cukup memedulikan hal yang sederhana, penting dan mendesak.
Selain itu, buku ini juga disusun secara sistematis dengan menambahkan sub judul pada tiap bagiannya sehingga memudahkan pembaca untuk menemukan bagian yang ingin dibaca. Buku ini sangat mudah dipahami karena disampaikan dengan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Cara Manson menyampaikan ceritanya dengan jujur dan apa adanya membuatnya lebih bermakna. Hanya saja terdapat beberapa bagian yang tidak dijelaskan dengan lengkap dan terdapat beberapa kata yang sulit untuk dipahami. Secara keseluruhan, buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh semua kalangan usia, terkhususnya untuk para remaja yang selalu membandingkan pencapaian dirinya dengan orang lain dan juga untuk mereka yang terus mencari jati diri mereka.
0 komentar