book

Selamat Tinggal

0
  • book
    Ditulis oleh
    Lia Anggraeny
  • Dibuat tanggal
    31 Jul 2024
  • Sekolah
    SMAN SUMATERA SELATAN

                "Selamat Tinggal" ialah novel non serial karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama di tahun 2020. Tere Liye dengan nama asli Darwis telah menggeluti dunia kepenulisan sejak tahun 2005 dan telah menulis lebih dari 50 judul buku, salah-satunya adalah novel "Selamat tinggal". Novel ini berjumlah 360 halaman dengan dimensi 14 x 20 cm sehingga memudahkan kita membacanya dimana pun dan kapan pun berada.

                Di dalam buku ini, Sintong menjadi tokoh utama yang merupakan anak Rantau dalam cerita digambarkan dengan kehidupannya sebagai mahasiswa di sebuah fakultas sastra ternama yang disebut-sebut "Mahasiswa abadi" karena masa studinya yang mencapai 6 semester lamanya. Bahkan, ia masih terkendala dengan skripsinya yang tak kunjung usai dengan Dekannya. Sehingga, kondisi ini memaksanya meminta perpanjangan masa studi dengan pergantian judul baru untuk ketiga kalinya. Pada judul barunya ini, Ia membahas tentang berhentinya Sutan Pane menulis buku-bukunya. Satu satunya bahan bacaan yang bisa dijadikan referensi hanyalah salah satu dari lima karya misterius dari Sutan Pane yang menghilang sebelum diterbitkan tepatnya sebelum peristiwa yang terjadi di tahun 1965. Buku itu ia temukan di gudang lama penyimpanan buku-buku milik pakliknya yang ia dapatkan di pasar Senen.

                Sintong sendiri terkendala dengan skripsinya bukan tanpa sebab. Ia sebagai mahasiswa yang juga bekerja paruh waktu menjual buku bajakan di tokoh "Berkah" milik Pakliknya. Entah dari mana asal kata "Berkah" pada nama tokonya itu. Padahal jelas-jelas buku yang dijualnya saja adalah buku bajakan. Sintong harus membagi waktunya untuk berkuliah dan bekerja dengan baik ditambah dengan masalah asmaranya yang menghambat menulis skripsinya itu. Ia terus berlarut-larut dalam kenangan lamanya bersama Mawar Terang Bintang yang tak sempat ia miliki karena kalah cepat dari seorang Letnan dua bernama Binsar.

                Namun, sejak kehadiran Binsar dalam kehidupannya Mawar, Sintong memutuskan untuk mengubur dalam-dalam kenangan masa lalunya yang berakhir kandas tersebut. Hingga kini, bayang-bayang Mawar telah tergantikan dengan kehadiran sesosok gadis cantik dari keluarga kaya raya bernama Jess. Ia mengubah pendirian Sintong dan membangkitkan kembali semangat menulisnya yang telah lama padam. Sintong dulunya dikenal sebagai mahasiswa aktif yang tergabung sebagai ketua redaksi Gelora Mahasiswa dan telah menerbitkan sejumlah artikel opini yang bahkan masuk ke berita paling ngetop di Koran nasional.

                Di dalam buku ini, penulis juga menceritakan perjalanan Sintong yang mengawali keputusannya untuk berhenti bekerja menjadi penjaga tokoh buku bajakan yang jelas-jelas bertentangan dengan ideologi dan profesinya sebagai penulis. Ia pula memutuskan untuk menjadi produktif kembali dalam menulis, seperti menulis artikel opini berjudul “Legalisasi Korupsi Oleh Negara” yang ujung-ujungnya menghangatkan isi Koran nasional sampai-sampai beritanya meluas dan terdengar di telinganya Mawar Terang Bintang, sesosok gadis yang ia cintai dahulu.

                Selain itu, pendakian Sintong di gunung Gede dalam rangka perayaan hari jadi redaksi Gelora mahasiswa mempertemukan Sintong dengan anak kecil yang merupakan cucunya dari G.H. Subagja. Ia adalah seorang penulis yang bukunya laris terjual hingga jutaan eksemplar. Namun, hal yang pertama kali Sintong lihat dari anak kecil itu hanyalah tubuh kecilnya dengan barang dagangannya. Meskipun G.H. Subagja berhasil menjual jutaan oplah buku, separuh bukunya yang terjual hanyalah buku bajakan yang bahkan tak memberi sepeser pun uang royalti kepada penulis. Sehingga membuat G.H. Subagja meninggal dalam kondisi miskin yang bahkan untuk berobat ke rumah sakit pun tak sanggup lagi. Anak-anaknya pun miskin sehingga anak kecil itu harus putus sekolah dan membantu kedua orang tuanya berdagang di puncak gunung gede.

                Buku karya G.H. Subagja tercetak tak kurang dari Rp10.000.000 eksemplar, sehingga apabila penulis mendapatkan royati setidaknya ia akan mendapatkan Rp10.000 ribu uang royalti untuk tiap buku yang laku terjual. Berapa royalti yang G.H. Subagja peroleh?  Tidak sedikit pun. Pada bagian ini, penulis menyindir pedas industri pembajakan buku serta pengguna buku bajakan baik pembaca buku bajakan cetak ataupun E-Book illegal di internet. Lantas siapa yang disalahkan? Hal ini bisa jadi lantaran kita yang terus menggunakan karya bajakan tanpa merasa bersalah saat menggunakannnya. Bukan buku saja, tapi juga film, aplikasi di gadget dan semuanya yang berbau bajakan. Jangan katakan tidak pernah menggunakan karya bajakan. Dengan kita membuka situs menonton film atau mengunduh aplikasi premium gratis di chrome saja sudah bisa dikatakan pengguna bajakan.

                Dengan membaca buku ini, kita akan merasakan tamparan keras tentang betapa kejamnya dunia pembajakan. Ironisnya lagi apabila kita menjadi salah-satu pengguna karya bajakan tersebut. Saat mendengar judul “Selamat Tinggal” mungkin sebagian dari kita mengira bahwa novel ini berfokus pada genre romantis. Walau sebenarnya memang ada, namun fokus utama dalam novel ini adalah membahas tentang pembajakan buku dan hilangnya sesosok Sutan Pane. Tere Liye dengan piawainya menyusun kata-kata dengan indah yang membuat pembaca terbuai olehnya. Selain itu, novel ini juga disajikan secara konstektual dengan menghadirkan kutipan kalimat Sutan Pane pada skripsi Sintong yang juga ikut mewarnai cerita pada novel.

                Secara keseluruhan, novel ini sudah sangat bagus. Selain jalan cerita yang disajikan menarik, novel ini pula menambahkan istilah berbahasa daerah yang diperjelas oleh catatan kakinya. Hanya saja, bagian awal cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari Sintong terasa sedikit membosankan. Namun, kita akan merasakan sensasi yang berbeda saat telah menamatkan membaca novel ini. Ada banyak pelintiran alur yang sangat berkesan sekaligus menyindir kita agar tidak membeli buku bajakan. Novel ini mengajak kita untuk menutup opini yang terus mengatakan “Kalau bisa beli buku bajakan yang harganya lebih murah, mengapa harus beli buku yang asli”. Agar kita bisa menghargai karya milik orang lain dengan sekali saja memposisikan diri kita sebagai pembuat karya saat kita berniat menggunakan karya bajakan. Ingat ya! Berhenti menggunakan karya bajakan!

 

Judul Buku Selamat Tinggal
Penulis Tere Liye
ISBN 9786020647821
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2020
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman 360

0 komentar

Buat komentar