“Piring Bahagia Si dan Bi” adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh Dian Pertiwi Josua dan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Jakarta. Josua sebagai dosen di Universitas Negeri Jakarta Program Studi S-1 Pendidikan Tata Rias bertekad membangun generasi emas berintegritas melalui literasi berkualitas. Salah satunya melalui kisah Si dan Bi ini.

Kisah menceritakan dua tokoh utama yaitu Arsila Sinta atau biasa disebut Si seorang anak yang terlahir cacat hingga membuat orang tuanya menghabiskan uang banyak untuk memperbaiki kondisinya. Di lain sisi, ternyata Si mempunyai banyak kemampuan ahli sehingga sering menjuarai berbagai perlombaan. Si mempunyai saingan dalam berprestasi di sekolah, bernama Bian Bimanto atau Bi. Dengan diawali pertemuan saat dewasa, kisah ini mengalir menceritakan kehidupan remaja di bangku SMA. Bagaimana seorang anak kaya berteman dengan anak biasa, merasakan sensasi menaiki kendaraan umum. Pengalaman bullying antar remaja juga diceritakan. Tak lupa diselingi kekaguman seorang remaja terhadap lawan jenisnya.

Selain itu penulis mencoba menginspirasi pembaca remaja untuk berkegiatan positif, menjaga kesehatan dan selalu memohon pertolongan kepada Tuhan agar hari esok menjadi lebih mudah dan lebih baik lagi dijalani. Ada juga wawasan mengenai jenis makanan daerah seperti khas daerah Sumatera Barat beserta penjelasannya. Terdapat wawasan mengenai kesehatan dan penjelasannya.

Cerita ini juga mengharukan di beberapa bagiannya. Hanya saja cerita yang agak melompat plot waktunya dapat membuat pembaca bingung memahami, terkesan dipaksakan untuk menjadikan pembaca penasaran. Ada juga bagian cerita yang agak merusak suasana cerita dan membingungkan pembaca. Saat ayah dan putrinya diceritakan sedang bersedih bersama, ada sebuah kalimat menyebutkan sang putri mengamuk pada ayahnya. Padahal ini bertolak belakang dengan karakter sang putri yang selalu menerima semua keadaan yang ada sehingga rasanya tidak mungkin sang tokoh melakukan hal itu.

Sedangkan di bagian lain, awalnya perasaan tokoh cerita terkesan membingungkan. Diceritakan Si tidak mau ikut lomba karena merasa kasihan dengan Bi, agar tidak merebut kesempatan hadiah dari Bi. Kemudian diceritakan alasannya adalah Si sebal pada Bi. Jadi kurang menyambung antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Tapi selanjutnya dijelaskan pada bagian berikutnya bahwa telah terjadi suatu hal antara Si dan Bi sehingga Si merasa seperti itu.

Keseruan tokoh cerita baru terasa saat mengikuti perlombaan kuliner, dikenalkan beragam masakan Nusantara kepada pembaca. Disertai juga penjelasan filosofi terbentuknya masakan tersebut beserta manfaat gizinya bagi kesehatan. Menarik untuk dibaca.