"Mengejar Haruto" adalah sebuah karya sastra khas Indonesia yang ditulis oleh Dewi Cholidatul dan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Jakarta. Sebagai lulusan ilmu hubungan internasional dan jurnalis, Cholidatul menemani anak-anak Indonesia dengan membuat kisah perjalanan seorang anak Kampung Naga yang bercita-cita menyusul bapaknya ke Jepang.

Tradisional tak melulu bermakna kolot. Justru, berkelanjutan! Kesadaran itu didapatkan pada desa-desa adat salah satunya Kampung Naga. Hal ini menjadi isu menarik bagi remaja, membuat membuka mata remaja terhadap permasalahan masa kini. Kisah seorang anak remaja yang sedang bertumbuh, mencari jati diri, dan gandrung pada hal-hal kekinian. Dia membaca, menonton anime, dan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Asia Timur. Dia juga sengaja memotong rambutnya sendiri tidak presisi, layaknya tokoh anime. Kegemarannya menggambar menunjang hobi barunya. Begitulah, cerita kampung adat dan dunia anime bertemu dalam buku ini. Bagaimana sosok Jalu, Ijad, dan Utari, yang sedang mencari jati diri, sedang kebingungan antara mencintai tanah kelahirannya dan merespons perubahan zaman di sekitarnya.

Jalu ingin menyusul Abah ke Jepang. Dia ingin pergi ke Desa Shirakawa, setting tempat serial komik dan manga Jepang, paling terkenal, Haruto. Konon, desa itu mirip sekali dengan kampung halamannya, Kampung Naga. Namun, kesederhanaan Kampung Naga menghalangi langkahnya. Jalu tak mau menyerah. Bersama sahabatnya, Jalu merintis jalur mandiri dengan cara membuat konten kreatif tentang kampung halamannya. Dia berharap pundi-pundi uang bisa meluncur dari sana. Seiring berjalan waktu, banyak orang asing berdatangan ke Kampung Naga dan mulai mengusik kehidupan warga di sana termasuk melanggar pamali untuk tidak mendekati hutan. Setelah menyadari bahwa kontennya menjadi penyebab berdatangannya orang asing ini, Jalu meminta maaf pada tetua adat. Maaf saja tidak cukup, maka Jalu memutar otak untuk menebus kesalahannya sekaligus cara mendapatkan uang dengan jalur lain lagi yaitu menjual karya tangan khas Kampung Naga hingga keluar negeri.

Disertai ilustrasi gambar goresan tangan yang memberikan nyawa sehingga cerita ini tampak lebih hidup, sekaligus memberikan jeda bagi pembaca dengan gambar-gambar yang ciamik dan keren.

Hanya saja terkadang penulis terlalu detail menceritakan percakapan ataupun setting / latar cerita di beberapa bagian sehingga berpotensi menyebabkan pembaca jenuh dan bosan yang akhirnya melompati bagian tersebut untuk dibaca. Bonus dari membaca buku ini juga mendapat wawasan istilah bahasa Sunda, bahasa Jepang, istilah dalam pembuatan konten media social hingga kosakata kekinian yang kerap digunakan generasi jaman sekarang.

Secara umum, buku ini menginspirasi bagi anak-anak Indonesia untuk mengejar mimpinya, tetapi tetap bangga terhadap identitasnya. Sangat direkomendasikan untuk dibaca !