
Drumben Tengah Malam
-
Ditulis olehAisyah Naira Putri
-
Dibuat tanggal
24 Aug 2024
-
Sekolah
MTs Negeri 14 Jakarta
Novel berjudul Misteri Drumben Tengah Malam ditulis oleh Dian Kristiani dan diterbitkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2023. Buku ini dieditori oleh kak Helvy Tiana Rosa, penulis terkenal Indonesia.
Novel ini menceritakan tentang kepindahan Fajar Bening (Faben) ke sebuah kota yaitu Yogya, awalnya Faben tidak setuju akan perpindahan itu, namun teman-teman lamanya tetap menyemangatinya dan berjanji tidak akan putus komunikasi. Faben mulai bersekolah, dia pelan-pelan beradaptasi dengan sekolah, teman, dan eskul yang dipilihnya. Dia juga harus beradaptasi dengan citarasa makanan Yogya yang berbeda dengan makanan Bengkulu. Pada tengah malam, Faben sering mendengar drumband yang dimainkan dekat rumahnya, namun mana ada drumband yang dimainkan pukul 2 dini hari. Oleh karena itu, dia bertanya kepada Mbah Rusmi (penjual bubur lemu), kata Mbah Rusmi suara itu adalah drumband mistis yang berarti penyambutan sebagai warga Yogya. Banyak mitos-mitos di Yogya seperti tidak boleh memakai baju hijau saat pergi ke pantai Parangtritis, menjadi hal baru bagi Faben. Namun, Faben tidak percaya dengan penjelasan Gendhis, salah satu teman dekat Faben di Yogya, bahwa mitos drumband tengah malam yang dia dengar menandakan bahwa dia akan berada di Yogya selamanya. Ternyata benar, papa Faben ditunjuk menggantikan posisi atasannya yang sedang sakit parah dan tidak bisa bekerja. Alhasil Faben dan keluarga harus tinggal di Yogya, namun itu tidak masalah, karena dia sudah terlanjur menyukai Yogya!
Kelebihan dari buku ini adalah menggunakan latar kota Yogya yang sudah terkenal dipadukan dengan kondisi saat ini seperti penggunaan medsos. Kelebihan lain adalah penggunaan beberapa bahasa daerah Jawa, dan mengangkat budaya lokal Yogya seperti mitos suara drumben, mitos larangan memakai baju hijau serta mengeksplorasi makanan lokal Yogya (bubur Lemu dan Brongkos) dan makanan khas Bengkulu (Kue Bay Tat). Menurut pendapat saya, cerita ini ringan, sederhana, dan sangat cocok dibaca oleh anak-anak. Konflik yang diceritakan juga sesuai dengan jaman. Pesan moralnya adalah menghargai perbedaan daerah dimanapun kita berada karena tiap daerah memiliki budaya yang khas serta berhati-hati dalam memposting sesuatu di media sosial.
0 komentar