Janji adalah sebuah novel perjalanan hidup karya Tere Liye, novel ini berisi tentang pengembara yang mencari di mana kebahagiaan itu hinggap, dan di mana hakikat kehidupan itu tersembunyi, apakah seperti yang kita lihat dari luar saja?. Dia adalah Bahar seseorang yang memiliki perangai buruk namun ia mampu merubah pandangan orang-orang terhadap dirinya, menjadi sosok yang dekat di hati-orang-orang sekitarnya.

Menceritakan tiga sekawan, Hasan, Baso dan Kahar pembuat onar di pesantren,  mereka dihukum oleh Buya untuk mencari tahu tentang Bahar, yang dulunya juga merupakan salah satu santri pembuat onar di pesantren. Buya memberi waktu beberapa minggu untuk tiga sekawan mencari tahu tentang sosok Bahar. Ayah Buya bermimpi bahwa kelak Bahar akn masuk surga dengan mengendarai kereta emas. Dengan petunjuk dan uang saku dari Buya mereka mulai melakukan perjalanan untuk mencari tahu tetang sosok Bahar. Buya berharap perjalanan mereka akan menjadi kebaikan dan pengalaman yang berharga.

Perjalanan mereka diawali dengan mendatangi rumah nenek Bahar, namun nihil tidak ada satu pun informasi yang menyangkut tentang Bahar, hingga mereka memtuskan pergi ke ibu kota provinsi, dari satu kota ke kota yang lain. Tempat yang mereka datangi pertama kali saat di ibu kota provinsi adalah Capjiki yang sudah ada sejak 1938, disitulah mereka bertemu bos Acong yang mengenal Bahar, bos Acong adalah teman mabuk Bahar. Kemudian mereka bertemu pak Asep yang merupakan tetangga kontrakan Bahar, pak Asep menceritakan tentang kebaikan Bahar saat menjadi tetangganya dulu, namun Bahar pergi begitu saja dari kontrakan tanpa beramitan.

Selanjutnya mereka bertemu pak Mansyur, mantan sipir tahun 80-an, yang diamana dulu pak Mnsyur satu jeruji besi dengan Bahar. Pak Mansyur menceritakan kehidupan Bahar selama di penjara, mulai dari Bahar yang mengganti namnya menjadi Bahrun saat di penjara, alas an mengapa Bahar bisa terkurung dalam jeruji besi, yang ternyata menggantikan tetangganya yang bernama mas Puji yang disuruh bos Acong untuk membakar pasar induk. Mereka juga bertemu Etek dan Muhid, yang bergantian meneceritakan khidupan Bahar. Setelah keluar dari jeruji besi Bahar menjadi tukang reparasi. Di saat itulah Bahar bertemu dengan Delima, Perempuan keteurunan China yang orang tuanya memiliki toko emas. Tak berselang lama keduanya menikah, namun kejadian naas menimpa Bahar, Delima meninggal karena terbakar di dalam took emas karena aksi demo yang benci terhadap oramg asing.

Setelah kepergian sang istri Bahar memulai kehidupan yang berat, dirinya menjadi penambang emas. Bekerja siang malam tanpa henti hanya untuk melupakan wajah sang istri yang terus memenuhi benaknya. Tiga sekawan bertemu Bu Surti dan Pak Budi yang menjadi saksi kehidupan Bahar selama menjadi penambang emas. Namun semuanya berakhir saat terjadi gempa bumi di tempat penambangan, kejadian itu menewaskan beberapa penambang termasuk anak Bu Surti dan Pak Budi. Setelah kejadian besar itu Bahar memutuskan untuk Pergi.

Bahar telah berdamai dengan segala ujian yang menimpanya termasuk masa-masa sulit saat kehilangan istrinya. Bahar menyewa rumah makan padang dan memutuskan untuk membuka rumah makan, yang diberi nama Rumah Makan Delima. Bahar yanga baik hati selalu memberi makanan gratis kepada orang yang membutuhkan, juga Bahar yang gagal naik haji karena uang yang ia tabung digunakan untuk anak-anak yatim piatu.

Terakhir, tiga sekawan mendengar kisah kehidupan bahar dari pak Sueb. Bahar meninggal enam bulan setelah menyelesaikan transaksi membeli rumah yatim, Bahar meninggal saat melaksanakan sholat shubuh. Itu hari-hari yang berat bagi siapa pun yang mengenal Bahar, mereka telah kehilangan orang sebaik Bahar. Malam terakhir saat pak Sueb menjenguk Bahar, Bahar meneceritakan mimpinya. Bahar bermimpi ia menegndarai kereta emas untuk menjeput Buya, nenek, Delima, dan juga Haryo.

~~Novel ini cocok untuk kalian yang suka merenungi kehidupan juga cocok untuk orang yang bertanya-tanya tentang makna kehidupan~~

KELEBIHAN

Dari novel ini banyak sekali pelajaran yang dapat diambil, nilai-nilai moral yang diselipkan dalam alur cerita ini, juga gaya bahasan yang dikemas dengan mudah dan penjabaran kisah kehidupan Bahar yang sangat jelas.

KEKURANGAN

Tidak banyak kekurngan dalam novel ini, namun hanya saja krangnya penjelasan di beberapa bagian yang penting, dan cover yang digunakan kurang sesuai dengan alur ceritanya sehingga covernya kurang menarik perhatian para pembaca.