
Dia adalah Kakakku
-
Ditulis olehPutri Nur Hidayah‬‎
-
Dibuat tanggal
21 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan
“Buat apa kamu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain? Buat apa kamu mencemaskan apa yang akan dinilai orang lain? Kekhawatiran dan kecemasan sejatinya mungkin tidak pernah ada.”
Tentang seorang kakak yang mengorbankan apa pun agar adik-adiknya bisa sekolah. Tentang rasa sabar dan penerimaan. Tentang keluarga yang penuh perjuangan.
Dulu, sekarang, hingga kapan pun, dia adalah kakakku.
Novel ini mempunyai tokoh utama yang sangat luar biasa pengorbanannya dari se-orang kakak pertama dari lima bersaudara. Sebenarnya, kakak mereka ini bukanlah kakak kandung. Maka tak heran, penampilannya berbeda dari yang lain. Fisik kulit yang hitam, rambut gimbal, dan tubuh yang pendek. Laisa, itulah nama kakak mereka yang paling luar biasa pengorbanannya. Demi keluarga, apa yang tidak? Bahkan zaman sekarang, susah mencari sifat se-orang kakak seperti Laisa
Laisa dikenal oleh keluarganya dengan sifat yang tegas, teguh berpendirian, dan kuat. Laisa rela mengorbankan dirinya untuk keluarganya. Ikhlas, kata itu selalu melekat pada dalam dirinya. Pemegang amanah janji bahkan sedari kecil. Laisa selalu menanamkan prinsip kerja, kerja, kerja keras! Kepada adek-adek nya. Mengajarkan apa itu pengorbanan? Serta mengajarkan bagaimana mempertahankan kehidupan. Laisa tidak akan pernah menyerah sampai di ujung akhir hayatnya.
Semenjak babak (ayah) mereka meninggal karena penguasa gunung kendeng, Laisa menggantikan posisinya. Membantu mamak dalam segala hal, mengurus ekonomi, dan mengurs ke-empat adiknya. Pagi-siang-malam. Tidak ada hentinya untuk terus berusaha. Rela putus sekolah untuk membantu mamak, ketika ekonomi mereka memburuk. Tetap bertahan agar jangan sampai ke-empat adiknya tidak sekolah seperti dirinya.
Sebelum babak mereka pergi, babak sempat menitip pesan kepada dirinya,
“Lais, kau bantu mamak mu jaga adek-adek kau. Jadilah anak yang baik buat mamak.”
Laisa, yang saat itu masih berumur sembilan tahun hanya mengangguk patuh terhadap babak dan mengukir janji itu di dalam hatinya. Bahkan terukir langsung ke langit. Disaksikan oleh Tuhan dan malaikat yang bertasbih.
Laisa tidak pernah mengeluh, saat menghadapi kondisi masa-masa yang sulit. Walaupun mamak sudah ingin menyerah, Laisa akan bersemangat untuk terus berusaha. Berkat usahanya, ia berhasil mempunyai apa yang ia inginkan. Contoh, perkebunan stoberi. Tentang tak pernah mengeluh itu diiikuti oleh adik-adiknya sampai dewasa. Dari Dali, Ikanuri, Wibisana, dan Yashmin. Tapi, ada suatu saat dimana Laisa menyerah terhadap dirinya dan membuat orang-orang sekitarnya akan terlari birit-birit mendatanginya.
Awalnya dari mamak yang memohon kepada Laisa untuk meng-iya kan mengirimi pesan ke adik-adiknya yang terpisah jarak kilo meter lebih. Beda negara. Mengirimi pesan tentang Laisa yang sakit. Pesan itu terdiri 187 karakter. Setelah mendapatkan persetujuan dari Laisa, pesan itu segera melesat. Tak peduli di mana pun itu berada. Saat pesan itu telah sampai kepada masing-masing tujuannya. Dimana masing-masing ke-empat adik itu mempunyai urusannya, Dalimunte dengan acara konferensi tingkat dunianya, Ikanuri dan Wibisana yang dalam perjalanan bisnis, dan Yashmin sedang melakukan penelitian. Langsung lari terbirit-birit untuk pulang ke rumah setelah membaca pesan dari Mamak. Di saat perjalanan pulang, akan diceritakan masa-masa mereka dulu saat kecil dengan kegembiraan dan terharu.
Ajaran agama Islam begitu kental dalam tokoh novel ini. Laisa dan keluarganya selalu berdoa dan mengingat Allah SWT, baik saat menghadapi ujian yang susah maupun dalam keadaan senang. Sholat, mengaji, dan dzikir telah menjadi rutinitas mereka. Bahkan sedari kecil sudah di didik oleh mamak. Ada juga nilai kebudayaan yang diceritakan dalam novel ini. Dari sudut pandang Lembah Lahambay dengan khas penduduk desa yang asri nan sejuk tenang.
Dari novel ini saya mendapatkan alur cerita yang maju-mundur. Mampu membawa pembaca ikut terhanyut dalam perjuangan dan pengorbanan Laisa demi adik-adiknya. Dan mamak Lainuri yang senantiasa sabar juga hampir menyerah tapi tanpa dukungan dan perjuangan Laisa tak akan berhasil.
0 komentar