
Mata dan Manusia Laut
-
Ditulis olehM. Azka Al Zailani
-
Dibuat tanggal
26 Sep 2024
-
Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Tapanuli Selatan
Mata dan Manusia Laut merupakan novel ketiga dalam seri "Mata" oleh Okky Madasari. Novel fisi fantasi ini mengambil tema petualangan, menjaga lingkungan, serta adat istiadat masyarakat pesisir pantai. Novel Mata dan Manusia Laut diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2019. Novel setebal 231 halaman ini berkisah tentang petualangan seorang anak bernama Bambulo serta teman barunya Matara dalam mengarungi samudera hingga tiba di tempat ajaib.
Novel ini dimulai dengan pengenalan tokoh Bambulo yang dideskripsikan sebagai seorang anak dengan kemampuan menyelam yang menakjubkan karena ia dapat menyelam hingga 50 depa atau hampir 100 meter hanya dengan memakai kacamata selam. Hal ini pula yang menjadikannya mendapat julukan sebagai manusia ikan. Keseharian masyarakat Kampung Sama yang masih sangat bergantung dengan laut serta keahlian masyarakatnya yang dapat menyelam tanpa alat bantu pernafasan membawa Matara serta Ibunya ke daerah tempat Bambulo berada. Bambulo dan Matara digambarkan sebagai anak-anak yang polos namun terkesan ingin lebih menonjol dan lebih unggul antar satu sama lainnya.
Novel yang mengambil latar tempat di daerah Kepulauan Sulawesi Tenggara khususnya Bajo ini berhasil membawa para pembaca berfantasi dengan keindahan lautnya. Tentunya pembaca sembari membayangkan bagaimana keseruan masyarakat Kampung Sama yang tinggal berdampingan dengan lautan.
Petualangan Bambulo bermula ketika ia dan Matara berencana menelusuri lautan untuk mencapai Alto, tempat dimana ayahya Bambulo biasa mencari ikan. Seperti daerah lainnya yang memiliki hukum adat setempat, Kampung Sama pula memiliki hukum adat yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun yaitu tidak ada yang boleh berlayar pada saat bulan purnama. Namun sayangnya, Bambulo melupakan pantangan tersebut, hingga ketika mereka telah sampai Alto muncul gelombang besar yang berhasil menggulung keduanya hingga tiba di Masalembo, tempat yang sangat jauh dan penuh keajaiban didalamnya.
Dampak dari pantangan yang dilanggar tersebut tidak hanya membuat gelombang besar membawa Bambulo dan Matara sampai ke Masalembo, namun masyarakat Kampung Sama pula merasakan dampak dari gelombang besar tersebut.
Gaya penulisan Okky Madasari yang khas ini berhasil membawa pembaca hanyut ke dalam situasi tersebut hingga pembaca turut merasakan panik, khawatir serta ketakutan. Apa yang terjadi dengan warga Kampung Sama? Bagaimana keadaan warga Kampung Sama? Bagaimana nasib Bambulo dan Matara? Apakah mereka dapat kembali ke Kampung Sama? Bagaimana cara mereka kembali?
Seperti ciri khas Okky Madasari pada tiap karyanya yang sudah pasti menyisipkan isu-isu sosial, Novel Mata dan Manusia Laut ini pula berisi tentang bagaimana masyarakat harus menghargai laut dengan menjaga kelestarian laut yang merupakan bagian dari keseharian masyarakat Kampung Sama, selain itu dihadirkan pula secuplik polemik tindakan penuapan oleh oknum polisi serta beberapa oknum yang berniat jahat untuk merusak ekosistem ikan-ikan di lautan.
Cerita ini cukup ringan karena ditujukan untuk dapat dibaca oleh anak-anak sehingga pemilihan kata tergolong mudah dipahami. Petualangan Bambulo dan Matara pula memberikan banyak pengetahuan baru bagi para pembaca tentang kehidupan masyarakat Bajo, Adat istiadat masyarakat pesisir serta tulisan yang turut membawa pembaca berimajinasi ini pula diselipkan beberapa pesan tersirat untuk menjaga lingkungan.
Ada hal yang cukup mengganjal yaitu momen Bambulo dan Matara yang dibuat terombang-ambing di samudera luas hingga terdampar di Masalembo. Hal ini tentu saja cukup berlebihan. Namun, mengingat cerita ini merupakan cerita fantasi anak tentu saja petualangan ini sangat menyenangkan imajinasi anak-anak. Alur pada akhir cerita seakan terburu-buru sehingga momen menegangkan serta haru kurang dapat dirasakan oleh pembaca.
Bagi pembaca yang membutuhkan bacaan ringan namun pemuh makna, novel Mata dan Manusia Laut ini sangat cocok dijadikan teman bersantai.
0 komentar