book

Negeri 5 Menara

0
  • book
    Ditulis oleh
    Ahmad Ramadhan Al Muthohari
  • Dibuat tanggal
    28 Jul 2024
  • Sekolah
    SMP Pesantren IMMIM Makassar

Buku pertama dari trilogi Menara dengan judul Negeri 5 Menara adalah novel yang menceritakan kisah perantauan seorang Alif Fikri yang setengah hati ke pondok pesantren di pulau Jawa. Memiliki ukuran 13 x 19,5 cm dan 426 halaman, buku ini merupakan National Best Seller dan juga merupakan buku yang telah difilmkan. Novel dan trilogi ini terinspirasi oleh kisah nyata sang penulis yaitu A.Fuadi, seorang alumni Pondok Pesantren Modern Gontor. Karya tulis  A. Fuadi antara lain Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara, Anak Rantau, dan Buya Hamka.

Kisah ini dimulai dengan Alif Fikri yang seorang wartawan di negara Paman Sam, Amerika Serikat tepatnya di Washington DC. Hari itu adalah hari terakhir Alif masuk kantor sebelum ke Eropa untuk tugas. Tiba-tiba, Alif menerima sebuah pesan dari seorang bernama “Batutah”, yang ternyata adalah anggota Sahibul Menara. Kejadian tersebut membawa kembali pikiran Alif terbang jauh ke masa lalu yang sangat kuat terpatri dalam hatinya.

Alif yang lulus dengan nilai yang termasuk sepuluh tertinggi di kabupaten Agam berencana untuk masuk SMA dengan alasan telah cukup mempelajari ilmu agama di Madrasah Tsanawiyah dan ingin menjadi seperti BJ Habibie dengan belajar ke Jerman. Tapi Amaknya menegaskan bahwa Alif akan masuk ke Madrasah Aliyah karena menurut Amak menjadi ulama lebih mulia daripada menjadi insinyur dan juga karena Buya Hamka sekampung dengan mereka serta kakek Alif adalah seorang Buya, tokoh agama terpandang dari Minang yang sebenarnya memiliki arti bapak. Maka dari itu, Alif hanya mengangguk lalu memboikot Amaknya dengan mogok bicara selama 3 hari dengan harapan bisa mengubah niat Amaknya itu.

Setelah 3 hari, tidak ada perubahan. Sorenya, Alif menerima surat dari Pak Etek Gindo yang sedang belajar di Mesir. Dari Pak Etek Gindo Alif mendengar tentang Pondok Madani di Jawa Timur yang lulusannya banyak yang pintar, bahasa Inggris dan Arabnya fasih dan diajar displin. Alif berpikir kalau harus masuk sekolah agama, sekalian merantau dan belajar bahasa asing. Pada hari keempat akhirnya Alif keluar dari kamarnya dan mengutarakan niatnya untuk beajar di Pondok Madani kepada Amak, yang seketika menganga. Setelah diskusi singkat, Amak dan Ayah memilih melepas Alif dengan berat hati ke Jawa Timur. Tapi bukannya bahagia, Alif malah merasakan nyeri yang aneh di dadanya. Karena itu adalah Keputusan setengah hati.

Dua hari perjalanan, akhirnya Alif yang diantar oleh Ayahnya sampai di Pondok Madani. Setelah disambut dan menjelajahi seluruh pondok, Alif belajar untuk mengikuti tes masuk (yang sebelumnya tidak ia ketahui) Bersama para calon santri lainnya. Saat pengumuman ujian, Alif lolos dan Ayahnya harus Kembali ke Minangkabau karena ini adalah pondok, bukan SMA yang diharapkan Alif.

Buku ini menggambarkan suasana pondok dengan akurasi yang mengagumkan. Mulai dari bangun subuh, makan di dapur, shalat, belajar di kelas, sampai rutinitas keseharian yang lainnya. Budaya Minang juga dipersembahkan dengan baik. Tidak lupa dengan nuansa Islami yang diberikan buku ini, juga nilai persahabatan yang tidak terputus. Meskipun ada beberapa kata yang ditulis dengan bahasa Minang, tapi penulis menyiapkan catatan kaki agar pembaca tidak bingung.

Kajian islam dan wawasan pondok di buku ini cocok untuk anak-anak dan orangtua yang  ingin memasukkan anaknya ke dalam pondok. Gaya bahasanya yang encer dan bergizi di kepala membuat tiap kalimat seakan sebuah cemilan. Pepatah-pepatah yang terdapat di buku ini benar-benar meumbuhkan inspirasi untuk beraspirasi. Selain itu, jangan lupa kalau ini buku pertama dari sebuah trilogi. Jadi, jangan lupa untuk membaca buku setelah ini, Ranah 3 Warna.

Judul Buku Negeri 5 Menara
Penulis A. Fuadi
ISBN 978-979-22-4861-6
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2009
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman 423

0 komentar

Buat komentar