book

FUNICULI FUNICULA (Before the coffe gets cold)

5
  • book
    Ditulis oleh
    Savana Candid Nusantara
  • Dibuat tanggal
    31 Jul 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Tangerang

FUNICULI FUNICULA, Di Café itu, Mereka Menemui Masa Lalu yang Baru Terungkap

Banyak orang yang bilang, yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu itu tidaklah penting. Cukup pikirkan masa depanmu, maka semuanya akan baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak begitu. Tidak sedikit orang yang memiliki masa lalu yang buruk dan kurang menyenangkan. Beberapa dari mereka bahkan hidup di bawah bayang-bayang masa lalunya dan tidak memiliki keberanian serta mental yang kuat untuk berdamai dengannya.

Buku ini ditulis oleh seorang penulis asal Osaka, Jepang yang lahir pada tahun 1971, Toshikazu Kawaguchi. Ia pernah tergabung dalam sebuah grup teater bernama Sonic Snail sebagai produser, sutradara, dan penulis naskah. Funiculi Funicula adalah novel pertamanya yang diadaptasi dari pertunjukan teater garapannya bersama 1110 Productions yang memenangkan penghargaan utama dalam Festival Teater Suginami ke sepuluh.

Funiculi Funicula merupakan sebuah kafe tua yang berlokasi di sebuah gang kecil di Tokyo. Beberapa tahun lalu, kafe ini menjadi terkenal karena dikabarkan bisa membawa seseorang kembali ke masa lalu. Meskipun terdengar tidak masuk akal, tetapi keajaiban kafe ini mampu menarik perhatian orang-orang yang ternyata memiliki keinginan untuk kembali ke masa lalu. Ada beberapa alasan mengapa mereka bersikeras untuk tetap nekat melakukannya: kembali ke masa lalu. Walau, ada banyak peraturan yong harus ditaati di cafe ini. Pertama, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Kedua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini. Ketiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin. Sejak awal, buku ini sudah menampakkan kekhasannya, penuh misteri yang menaik-turunkan emosi pembaca.

Belum lagi, ada seorang hantu, 'si perempuan bergaun putih' yang menduduki 'kursi itu'. Kursi yang bisa membawa pengunjung ke masa lalu. Jika kau mencoba memaksa perempuan bergaun putih meninggalkan kursi itu, kutukan menantimu. Jadi, jangan coba-coba. Dan lagi, jika kau tidak menghabiskan kopinya sebelum dingin, kau akan jadi hantu dan duduk di kursi itu selamanya, menggantikan si wanita bergaun putih.

Dengan berbagai peraturan itu, akankah menghentikan orang-orang untuk menjelajah waktu? Akankah mereka berhasil menjelajahi waktu? Apakah mereka akan berhasil kembali dengan selamat? Alau mereka akan lupa meminum kopinya 'sebelum kopi itu dingin', dan harus menerima resikonya? Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?

Ada empat kisah yang diketengahkan dalam buku ini. Kisah pertama, menceritakan seorang wanita yang ingin mengulang waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya. Fumiko Kiyokawa memutuskan untuk kembali ke masa lalu dan menemui sang kekasih, Goro Katada karena suatu kesalahpahaman. Sepasang kekasih itu sudah pernah mendatangi Funiculi Funicula sebelumnya. Dan kali ini, Fumiko datang sendirian karena ingin mengetahui apa alasan Goro saat laki-laki itu memutuskan untuk pergi ke Amerika tanpa memberikannya penjelasan.

Tetapi setelah mendengar jika kenyataan di masa depan tidak akan berubah sekeras apapun kau berusaha mengubah di masa lalu beserta seluruh peraturan yang ada, Fumiko menjadi ragu dengan keputusannya untuk melakukan perjalanan menjelajahi waktu. Tak hanya Fumiko, pengunjung-pengunjung lain pun kerap ragu setelah mengetahui betapa rumitnya peraturan di kafe milik Nagare Tokita itu.

Lalu kisah kedua tentang seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit. Sang suami, Fusagi menderita Alzheimer dini sehingga memorinya bermasalah. Sedangkan sang istri, Kotake merupakan seorang perawat. Kotake telah diberitahu tentang penyakit Fusagi jauh-jauh hari sebelumnya. Ia harus siap dan tetap akan berada di sisi Fusagi sebagai perawat. Namun tak jarang, dirinya dilanda kekecewaan yang cukup besar dikarenakan suaminya tak lagi mengingatnya sebagai istri, atau sebagai Kotake, seseorang yang suka mengiriminya surat untuk berkomunikasi dengannya.

Kotake memutuskan untuk kembali ke masa lalu setelah mendengar jika Fusagi datang ke kafe itu untuk kembali ke masa lalu karena ingin memberikannya surat yang tak sempat diberikannya. Berita itu ia dapat dari Kazu Tokita, adik sepupu dari Nagare, pelayan di kafe itu. Meskipun begitu, sama seperti pengunjung lain, seperti Fumiko, Kotake pun sempat terdiam dan ragu saat mengingat ia tidak akan mengubah kenyataan apapun di masa depan.

Akankah keempat kisah itu berbuah manis? Apakah keempat orang itu berhasil kembali masa lalu dan kembali ke masa depan dengan selamat? Atau mereka akan menjadi hantu selanjutnya di kursi Itu? Tidakkah menurut kalian perjalanan melintasi waktu yang tidak akan mengubah apapun di masa depan merupakan hal yang sia-sia?

Melalui cerita ini, Toshikazu Kawaguchi merangkum isi buku dengan pertanyaan-pertanyaan tajam tentang keputusan, penyesalan, dan keihklasan. Ia mengingatkan betapa pentingnya menghargai momen-momen yang berharga dalam hidup dengan orang-orang tersayang dan berpesan: jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Narasi yang deskriptif membuat pembaca dapat membayangkan secara mendalam suasana, latar cafe, serta ekspresi bahkan emosi tokoh dalam buku. Gaya bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Kawaguchi juga menambahkan penjelasan-penjelasan kecil tentang kata-kata yang mungkin asing di telinga kita.

Kritikan untuk buku ini, ada tokoh-tokoh yang seharusnya tidak muncul lebih dulu, namun dimunculkan, ini sedikit membuat bingung dan sulit ditangkap untuk mengingat kehadirannya di kisah lainnya.

Dari buku ini kita bisa belajar, membuat suatu keputusan memanglah berat, maka dari itu pilihlah keputusan dengan bijak dan yakinlah pada diri sendiri. Lakukan apapun yang diinginkan tanpa ragu, sebelum menyesal.

Judul Buku FUNICULI FUNICULA (Before the coffe gets cold)
Penulis Toshikazu Kawaguchi
ISBN 9786020651927
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 21 Apr 2021
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman 224

13 komentar

  1. Betrix Kiyaumiddin :

    Bagus sekali tulisannya.

  2. Tedsken Wibisana :

    "...pilihlah keputusan dengan bijak dan yakinlah pada diri sendiri. Lakukan apapun yang diinginkan tanpa ragu, sebelum menyesal." Keren

  3. Rya Lugyarsi :

    Keren Kak Candid... Sedari dini kita harus belajar mengambil keputusan yang tepat agar tidak ada penyesalan dikemudian hari

  4. Yurhan :

    semangat dan terus berkarya

  5. Jatining Ayun Nendya Utama :

    Di bagian ini: 'Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?' perensensi mampu membaca karya secara dalam sebelum menimbang. Pun membuat simpulan yang bermakna bagi pembaca. Selain mampir membuat kritik sastra secara teknis penulisan. Resensi yang cukup komprehensif ditulis siswa SMU ... menunjukkan literasi peresensi cukup bagus

  6. in'am attaqi :

    Istimewa...

  7. Sabar Saladin :

    Mantap dan bagus euy tulisan nya..kerennnnnπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘ sukses pokok nya yaaa

  8. Nur Chaq :

    mantaap..

  9. Umar Khalid :

    Resensi yang menarik membuat pembaca baru ingin membaca bukunya secara keseluruhan.

  10. Setia Brata :

    Bagus

  11. adri Dinur R :

    Nice, penjelasan yang bagus dalam merangkum sebuah cerita sehingga meberikan kita insight mengenali berharganya momen momen dengan orang yang kita sayangi πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ

  12. Luviana Ariyanti :

    Deskriptif, alur tulisannya sangat dinamis

  13. Lina N :

    sukaaa dengan resensi ini , menceritakan namun juga memberikan nilai dari bukunya secara logis

Buat komentar