
Habis Gelap Terbitlah Terang
-
Ditulis olehCut Alaiya Syifana
-
Dibuat tanggal
12 Sep 2024
-
Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 5 Aceh Besar
Resensi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang oleh Kartini, R. A
Pahlawan Wanita
Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah satu buku paling berpengaruh dalam sejarah literatur Indonesia. Buku ini bukan hanya sekedar kumpulan surat,melainkan sebuah warisan pemikiran yang mendalam dari Raden Ajeng Kartini, seorang pahlawan nasional indonesia yang dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia. Buku ini diedit dan di terjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia oleh Armijjn Pane, seorang sastrawan terkemuka pada masa itu, dan di terbitkan pada tahun 2008. Kumpulan surat dalam buku ini menjadi cerminan perjalanan intelektual dan spiritual Kartini, yang menyoroti perjuangannya melawan ketidak adilan dan keinginannya untuk mengubah kondisi perempuan di Indonesia.
Buku ini terdiri dari surat-surat yang ditulis Kartini kepada teman-temannya di Belanda antara tahun 1899 dan 1904. Dalam surat-surat ini kartini dengan jujur mengungkapkan pemikirannya tentang berbagai aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial dan budaya perempuan jawa pada masa itu. Salah satu tema utamayang diangkat oelh kartini adalah pentingnya pendidikan sebagai sarana utama untuk membebaskan perempuan dari belenggu ketidaktahuan dan penindasan.
Kartini mengamati bahwa perempuan jawa pada saat itu dibatasi oleh tradisi dan adat istiadat yang kaku, yang memposisikan mereka dalam peran-peran yang sempit, seperti menjadi istri dan ibu rumah tangga, tanpa memberikan ruang untuk pengembangan diri. Dia melihat pendidikan sebagai kunci untuk membuka peluang yang lebih luas bagi perempuan agar dapat berkontribusi lebih banyak dala kehidupan sosial dan intelektual.
Kartini juga dengan kritis menyoroti berbagai tradisi yang menurutnya tidakadil, seperti sistem perjodohan dan peran perempuan dalam masyarakat feodal jawa yang sangat terbatas. Dia mempertanyakan mengapa perumpuan-perempua harus tunduk pada aturan-aturan yang mengekang kebebasan mereka, dan mengapa mereka tiak diberikan kesempatan yang sama untuk mengejar pendidikan dan karir seperti laki-laki. Kritik-kritik ini menunjukkan betapa mendalamnya pemikiran Kartini tentang keadilan sosial dan kesetaraan gender, yang pada masa itu masih sangat jarang dibicarakan di Indonesia.
Selain itu, tema lain yang lain juga kuat dalam surat-surat ini adalah spiritualitas dan hubungan Kartini dengan Tuhan. Meskipun lahir dan dibesarkan dalam lingkungan muslim, Kartini banyak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Barat tentang agama dan etika. Dalam surat-suratnya, ia sering merenungkn makna hidup, keadilan, dan peran tuhan dalm kehidupan manusia. Refleksi spiritualini menunjukkan sisi lain dari Kartini sebagai seorang perempuan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga mendalan secara spiritual.
Armijn Pane sebagai editor dan penerjemah berhasil menyusun surat-surat Kartii dalam sebuah buu yang mudah dibaca namun tetap mempertahankan keaslian suara Kartini. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah sederhana namun penuh makna, memungkinkan pembaca untuk merasakan ketulusan dan kedalaman emosi yang Kartini tuangkan dalam setiap suratnya. Meskipun buku ini adalah hasil terjemahan dari bahasa Belanda, Armijn Pane berhasil menjaga nuansa dan intensitas pesan yang ingin disampaikan oleh Kartini.
Struktur buku yang mengikuti urutan waktu membantu pembaca untuk mengikuti perkembangan pemikiran dan perasaan Kartini dari waktu ke waktu. Dari surat-surat awal yang menunjukkan Kartini sebagai seorang gadis muda yang masih banyak bertanya-tanya tentang dunis disekitarnya, hingga surat-surat terakhir yang menunjukkan Kartini sebagai seorang perempuan dengan pemikiran yang matang dan keyakinan yang teguh terhadap pentingnyaperubahan sosial. Proses ini memberikan pandangan yang mendalam tentang transformasi intelektual dan emosional Kartini.
Semboyan “ Habis Gelap Terbitlah Terang” sendiri telah menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi banyak orang. Gelap melambangkan masa-masa sulit yang penuh dengan ketidak adilan dan penindasan, sementara Terang melambangkan masa depan yang penuh harapan di mana keadilan dan kesetaraan tercapai. Semboyan ini terus menginspirasi generasi demi generasi untuk terus berjuang melawan ketidak adilan dan untuk mencapai kemajuan.
0 komentar