
Teruslah Bodoh Jangan Pintar
-
Ditulis olehAgla Nanda Radika Rusdi
-
Dibuat tanggal
17 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan
Darwis atau lebih dikenal sebagai Tere Liye telah menuliskan novel terbarunya yang berjudul ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’ pada Februari 2024 yang di terbitkan oleh PT Sabak Grip Nusantara. Bukankah setelah melihat judulnya saja, kalian sudah tahu apa isi dari buku itu? Bukankah setelah membaca sinopsis di belakang buku itu, kalian bisa menebak apa yang ingin penulis sampaikan kepada para pembaca setianya?
‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’ memiliki tidak kurang dari 371 halaman. Apakah itu tergolong sangat banyak? Tidak! Apakah isinya membosankan? Juga tidak! Kenapa judulnya ‘Teruslah Bodoh jangan Pintar’? kenapa tidak dibalik saja menjadi ‘Teruslah Pintar Jangan Bodoh’?
Mengisahkan tentang sistem hukum di ‘negeri ini’ yang sejatinya hanya berpihak pada si penguasa, orang orang berpangkat tinggi, orang berpengaruh, dan orang orang elit lainnya. Dimana suara rakyat dibungkam, tak di hiraukan bagai angin lewat saja. Sepertinya, ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’ memang sangat cocok untuk keadaan di negeri ini.
Berlatar pada pengadilan sidang pendapat, para aktivis lingkungan yang mengajukan gugatan atas Perusahaan tambang raksasa untuk menentang izin konsensi, pada PT Sememesta Minerals & Mining.
Sidang yang dilangsungkan tidaklah semulus yang di bayangkan. Tuan Liem selaku pemilik Perusahaan raksasa itu sangat mudah untuk mencari pengacara top yang bisa membela Perusahaan raksasanya karna banyaknya koneksi yang ia miliki.
Hotma Cornelius si advokat ulung, pembela kejahatan. Pandai mengelak dan berliuk hingga sidang ia menangkan apapun itu caranya. Ia bertugas mengatasi gugatan PT Minerals & mining, inilah tantangan yang baru baginya. Sidang tertutup.
Para aktivis lingkungan itu menghadirkan saksi pertama, Ahmad. Bercerita tentang sebuah kolam bekas tambang yang sangat berbahaya yang di tinggalkan begitu saja oleh Perusahaan raksasa itu setelah habis mengeduk isi perut bumi di kampungnya. Badrun, teman Ahmad meninggal di kolam itu. Betapa keras Ahmad menceritakan yang sebenarnya kepada hakim, Hotma akan membatalkannya dengan bukti bukti palsu. Saksi pertama gagal.
Saksi kedua, Siti. Mengisahkan tambang yang beroperasi di pulaunya yang menyebabkan kerusakan hingga kecacatan pada bayi-bayi yang lahir di kampung itu termasuk bayi dari Siti. Masyarakat sudah menyuarakan agar tambang itu di tutup tapi, apa yang terjadi? Mereka di pukul mundur walaupun caranya menggunakan kekerasan hingga membunuh, aksi itu di pimpin oleh Bacok, si anjing Pemerintah. Lagi-lagi kesaksian kedua gagal.
Saksi ketiga, Budi. Dua bersaudara yang hidup dikampung yang indah nan tentram. Rudi sebagai kakak, ia bosan dan memutuskan merantau, ia ingin merintis karier di kota. Tapi apa hasilnya? Ia hanya menjadi seorang pengamen dan gagal di kota sana. Ia Kembali ke kampung halamannya, dengan tabiat yang sama sekali tak pantas untuk di tiru yaitu PEMALAS. Berbanding terbalik dengan adiknya Budi, memiliki jiwa-jiwa petani tangguh dan tentunya rajin. Ketika kakaknya memutuskan untuk keluar kota, ia tetap tinggal di kampung menjadi petani. Masalahnya datang ketika, tambang itu datang ke sana. Mereka memaksa para penduduk agar menjual lahannya. Rudi yang termakan bujuk rayu mereka yang di iming iming uang miliaran, setuju untuk menjual lahannya. Tak berhenti saat itu, ia mulai menghasut penduduk lain agar bersedia menjual lahannya. Ketika kakaknya menghasut warga lain, justru Budi melakukan sebaliknya, ia bersama Sebagian warga lainnya memutuskan untuk melawan, walaupun itu harus melalui pertumpahan darah. Tapi apa boleh buat? Kesaksian dari Budi lagi-lagi di patahkan oleh pengacara top itu.
Saksi ke sekian, Fredy Tihurua. Membongkar kebusukan dari smelter, PT Minerals & Mining tempat ia bekerja dan menjabat menjadi supervisor. Dia menyaksikan sendiri ketimpangan sosial berdasarkan gaji pekerja asing dan lokal yang sangat amat jauh berbeda.
Akhir dari segalanya, dari saksi saksi yang telah di hadirkan beserta kisah- kisah mereka yang menyayat hati, tak cukup untuk membatalkan izin konsensi atas Perusahaan raksasa itu. Tak cukupkah ribuan orang meninggal karena mereka? Tak cukupkah lautan darah yang mereka ciptakan? Tak puaskah mereka atas berjuta ton kekayaan perut bumiyang mereka kuras tak bersisa. Apa yang mereka sisakan? Kolam beracun? Kerusakan hutan, Sungai, hingga laut? Owhh ayolah.
Banyak sekali kelebihan yang ada pada novel ini diantaranya, membuka pandangan dan menyadarkan masyarakat agar ‘Jangan Bodoh’, berjuangan demi kebenaran, jiwa nasionalisme yang besar sebagaian Masyarakat yang menyadarkan kita bahwa, masih ada orang yang benar-benar cinta dan rela berkorban demi tanah airnya. Novel ini juga mengangkat isu-isu nyata yang sedang terjadi di negeri kita ini.
Beberapa lubang kecil pada buku ini hanya, bagian akhir atau epilog yang membuat pembaca setia ini bertanya-tanya “Sebenarnya siapa sosok misterius ini?”, topik yang diangkat dalam novel ini cukup berat, hingga beberapa pemabaca tidak mengerti akan isinya, dan cover buku yang menurut beberapa orang kurang menarik.
Kita tiggalkan itu sejenak, novel ini sangat di rekomendasikan untuk orang orang yang menyukai politik dan masalah hukum, tak hanya itu, novel ini menambah wawasan kita di berbagai bidang kehidupan. Jadi tunggu apa lagi…
0 komentar