
Yang Katanya Cemara
-
Ditulis olehALIFYA FAIZAH CAHYA PUTRI
-
Dibuat tanggal
19 Sep 2024
-
Sekolah
SMK NEGERI 1 SURABAYA
Resensi Buku Yang Katanya Cemara Karya Vania Winola Febriyanti
Judul: “Broken Home”, tak menyurutkan semangatku!
Keluarga adalah tempat sebaik-baiknya untuk pulang bagi setiap anak, apakah keluarga yang disebut cemara itu akan selalu bisa bersama? Vania Winola Febriyanti seorang siswi berprestasi yang kini menjadi content creator, podcaster, dan sekarang telah menjadi mahasiswi Univeritas Airlangga mengabadikan kisah Vania di masa kecil pada buku pertamanya dengan judul “Yang Katanya Cemara”. Dalam buku setebal 224 halaman menceritakan tentang keluarga harmonis namun menyimpan kisah menyedihkan, buku yang diterbitkan oleh Bukune ini juga menceritakan bagaimana sosok Vania kecil bisa survive menjalani masa kecilnya dengan ceria walau keluarga yang ia miliki tak utuh. Menurut saya buku ini sangat cocok untuk #SobatPustaka yang berasumsi bahwa keluarga harmonis yang selalu berwarna tak selamanya indah.
Dengan model cover yang minimalis Bab pertama buku ini dibawakan dengan sangat unik, #SobatPustaka seakan-akan dibawa ke dunia masa kecil Vania dan kita pun dapat membaca diary yang ditulis olehnya saat berusia 6 tahun. Apa yang bisa dilakukan oleh anak TK selain, ia mencurahkan isi hatinya pada diary. Vania sedih dan merasa kesepian karena ia harus mengalami kondisi keluarga hangatnya berubah mengalami tidak baik-baik saja. Ayah dan Bundanya sibuk bekerja, membuat gadis kecil yang akrab di panggil “Cuplis” ini harus tinggal bersama Akoong dan Uti. Cuplis kehilangan peran Ayah pada kehidupannya, merasa bahwa rasa sayang di antara kedua orang tuanya sudah memudar sampai akhirnya keputusan Ayah dan Bunda memilih untuk berpisah.
Baru membaca pada chapter awal saja saya sudah bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh sosok Cuplis kala itu. Seharusnya pada masa kanak-kanak yang ceria selalu membutuhkan sosok Ayah di sampingnya tetapi dengan ia terpaksa harus mengalami kondisi keluarga yang tak lagi utuh. Sampai suatu ketika Vania kecil mengikuti kursus balet, ia merasa tidak nyaman karena senior-seniornya sering kali membully dirinya semasa latihan. Pelatih balet pada kursus tersebut pun bersikap tak adil karena baju yang diberikan tidak pas dengan Vania dan hanya memberi 2 pilihan untuk memakai baju yang diberikan atau tidak akan tampil. Akoong, Uti dan Bunda bersikap tegas akan hal yang terjadi, mereka berusaha melindungi Vania agar selalu dalam lingkungan yang aman untuk mengembangkan potensi dirinya. Adapun suatu kejadian tidak sengaja saat itu terjadi ketika Vania berseluncur menjatuhkan dirinya agar tidak menabrak teman yang berada di depan seluncuran tersebut, yaitu Clara namun orang tuanya tidak terima hingga mencaci maki Vania saat di ruang kepala sekolah dan membuat Bundanya geram. Sampai datanglah Ayah Vania membantu dengan membawa bukti rekaman CCTV untuk membela putrinya.
Saya salut sekali dengan peran Akoong dan Uti yang selalu menjaga dan menyayangi cucunya dengan sepenuh hati selama kedua orang tua Cuplis sibuk bekerja. Meskipun banyak sekali cerita yang tak terduga dan membekas kelam di hati seorang anak berusia 7 tahun ini namun ada hal baru pada tahun 2014, dimana Cuplis berkenalan dengan teman Bunda yang sering ia panggil dengan panggilan Om Ayok. Setiap pulang sekolah Cuplis dijemput lalu bermain bersama, pada masa ini ia bisa merasakan kembali sosok Ayah di kehidupannya. Dengan kehadiran Om Ayok Vania merasakan inner childnya terpenuhi. Cuplis selalu senang dan aman bahkan sudah menjadi teman curhatnya sehari-hari, karena hubungan mereka semakin hari semakin dekat dan bisa dikatakan sefrekuensi. Om Ayok dan Bunda pun memutuskan untuk menikah di tahun 2016 memulai lembaran baru bersama dan membangun keluarga yang lebih baik.
Sebuah buku yang di tulis berdasarkan kisah nyata dari penulisnya, mampu membuat para pembaca merasakan bahwa keutuhan keluarga dan lingkup pertemanan yang berada di lingkungan sekitar sangatlah penting bagi kesehatan mental. Banyak sekali hal yang dapat dipelajari mulai dari bersikap dewasa, mencintai diri sendiri, dan yang paling utama adalah berbakti kepada orang tua. Secara keseluruhan buku ini sangat recomended untuk berbagai kalangan, pembaca dapat nilai-nilai kehidupan. Namun masih ada beberapa yang kurang seperti klimaks dari suatu konflik yang disampaikan menurut saya juga bisa dijelaskan lagi tentang bagaimana Ayah Vania pada saat itu tiba-tiba hadir di sekolah dengan membawa rekaman CCTV di kolam renang. Agar tidak membuat penasaran para pembaca alangkah baiknya di ceritakan juga pada kejadian saat itu. Buku ini bisa menjadi booklist untuk mengisi waktu luang kalian dijamin tidak akan bosan karna bukunya colorfull dan bahasa yang digunakan juga mudah dipahami. Bagaimana #SobatPustaka tertarik untuk membacanya? sebagai penutup terdapat kutipan dari penulis yaitu “Terimakasih sudah tumbuh Bersama” ungkapan kasih saying sang penulis untuk diri dan orang sekitar. Happy reading #SobatPustaka!
0 komentar