
Matahari
-
Ditulis olehM. Rahlil Aminullah
-
Dibuat tanggal
21 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Woha
“Matahari” adalah sebuah novel fiksi yang ditulis oleh penulis terkemuka Indonesia, Tere Liye. Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016. Novel ini adalah novel ketiga dari serial Bumi, dengan genre yang tidak jauh berbeda dengan novel-novel sebelumnya. Jadi, sebelum membaca “Matahari”, disarankan agar membaca “Bumi” dan “Bulan” terlebih dahulu agar lebih mudah memahami konflik yang berkembang dalam cerita. Novel setebal 400 halaman ini mengajak pembacanya menjelajahi Klan Bintang yang terletak di inti bumi. Melalui narasi dalam novel ini, Tere Liye mengajak kita merasakan petualangan tiga remaja SMA yang penuh keberanian menuju dunia Klan Bintang yang misterius, berbekal tekad dan kebersamaan.
Sepulang dari Klan Matahari, Ali si jenius mencoba bereksperimen di laboratorium bawah tanahnya. Berbekal tabung pemberian Av, yang berisi kumpulan buku-buku dari perpustakaan sentral Klan Bulan, Ali berhasil membuat sebuah kapsul perak yang disebut ILY. Nama ini dipilih untuk mengenang teman baik mereka, Ily, yang tewas di Festival Bunga Matahari di Klan Matahari (cerita lengkapnya ada di novel “Bulan”). Ali kemudian mengemukakan hipotesisnya tentang lokasi Klan Bintang berada di perut bumi, dan mengajak Raib serta Seli untuk bertualang ke sana. Tentu saja, Raib menolak ide tersebut karena Av dan Miss Selena telah memberi amanat pada Raib agar tidak bermain-main dengan buku kehidupan. Namun, Ali membantahnya bahwa mereka akan ke Klan Bintang dengan cara manual menggunakan kapsul ILY.
Sepanjang perjalanan menuju Klan Bintang, mereka melewati lorong-lorong kuno dan menghadapi berbagai rintangan termasuk ular besar penjaga lorong dan juga kelelawar yang menyebalkan. Setibanya di Klan Bintang, mereka disambut oleh seorang wanita setua Av, bernama Faarazaraaf. Bersama Faar, mereka mempelajari banyak hal tentang Klan Bintang. Apalagi teknologinya yang paling maju dibanding ketiga Klan lainnya. Namun keadaan politiknya yang kurang stabil karena kediktatoran pemimpinnya menjadi tantangan tersendiri bagi Raib, Seli, dan Ali dalam berkelana di pusat kota Zaramaraz. Keunikan lain dari Klan Bintang adalah semua hal di sana serba simetris. Mulai dari nama orang, struktur bangunan, bentang alam, hingga tata kotanya. Semuanya tampak sempurna, seolah dapat dilipat menjadi dua atau empat bagian.
Mereka bertiga terpukau dengan fakta bahwa Klan Bintang hanyalah Klan pengungsi dari Klan lain. Ini berarti, Klan Bintang telah mengukir ruangan demi ruangan di bawah tanah untuk dijadikan tempat tinggal. Lokasinya yang berada di dekat inti bumi, menjadikan Klan ini paling maju dari Klan lain. Raib, Seli, dan Ali akan menemui banyak hal tak terduga selama perjalanan ini, yang justru membuat persahabatan mereka semakin erat.
Pada novel ini, akhirnya Raib terbuka kepada kedua orang tuanya tentang kekuatan yang dia miliki. Pembaca juga akan dibawa untuk ikut merasakan perasaan mereka bertiga saat berhadapan dengan pemerintahan Klan Bintang yang menyebalkan. Bagaimana tidak, Dewan Kota Zaramaraz, pusat Klan Bintang, bebas membuat dekrit sesuai keinginan mereka. Apalagi ketika tahu bahwa ada tamu tak terduga dari ketiga Klan permukaan. Pembaca juga akan terpukau dengan kejeniusan Ali setiap kali berhadapan dengan masalah. Hal-hal tak terduga sudah Ali pikirkan matang-matang sehingga Raib dan Seli merasa bersyukur memiliki satu sama lain.
Melalui cerita petualangan ini, pembaca diajak untuk memahami bahwa kebersamaan lah yang penting dari semuanya. Apa pun tantangan yang dihadapi, selama dihadapi bersama, maka ide dan solusi brilian akan muncul. Inilah pesan utama yang tampaknya ingin disampaikan Tere Liye dalam novel ini, ia pun berhasil membangun klimaks dengan apik. Mulai dari Seli, Ali, dan Raib yang awalnya hanya sekedar iseng bertualang ke Klan Bintang, kini mereka harus berhadapan dengan tanggung jawab besar, yaitu membawa pesan penting ke Klan permukaan mengenai pasak bumi yang akan runtuh akibat perbuatan Klan Bintang yang tidak lagi bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan. Sungguh penyajian alur cerita yang menarik.
Novel “Matahari” ini cocok untuk menjadi bacaan santai di waktu senggang. Pembawaannya yang tidak bertele-tele serta alurnya yang menarik cukup menghibur untuk dibaca. Sejauh saya membaca serial Bumi, sementara ini novel “Matahari” lah yang paling menarik bagi saya.
0 komentar