
Hafalan Shalat Delisa
-
Ditulis olehElbastyan Nugraha Putra Indradi
-
Dibuat tanggal
11 Oct 2024
-
Sekolah
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MATARAM
Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye adalah salah satu buku novel best seller yang diterbitkan pada tahun 2005 silam. Sempat difilmkan pada tahun 2011 dengan judul yang sama, novel ini menceritakan tentang keikhlasan hati seorang gadis kecil berusia 6 tahun untuk menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.
Ada sebuah keluarga di daerah pesisir pantai Lhok Nga, Aceh, yang mana keluarga itu bertumbuh dengan amalan-amalan dalam ajaran Islam yang mewarnai harinya. Adalah keluarga Delisa, dengan Umi Salamah dan Abi Usman serta ketiga kakak perempuannya yakni; Fatimah dan si kembar Zahra dan Aisyah. Delisa yang merupakan anak bungsu tinggal bersama ketiga kakak dan ibunya sementara ayahnya bekerja di kapal tanker perusahaan minyak internasional dan biasanya pulang setiap 3 bulan sekali untuk menemui keluarganya selama kurang lebih dua minggu.
Keluarga itu harmonis dengan keempat anak shalehahnya yang memiliki perangai dan tabiat yang berbeda-beda. Ada Delisa “si bungsu” yang manja tetapi rendah hati, Aisyah yang egois tapi berhati murni, Zahra yang pendiam penuh dengan rencana jitu, dan Fatimah “si sulung” paling bijaksana dan bertanggung jawab. Hari-hari mereka lalui dengan beragam keributan kecil yang timbul di antara mereka dan menjadikan suasana hangat yang dekat nan penuh kasih sayang menyelimuti keluarga sederhana itu.
Suatu hari Delisa dan kawan-kawannya mendapat tugas sekolah dari Ibu Guru Nur untuk menghafalkan bacaan-bacaan dalam shalat. Lalu, agar Delisa lebih bersemangat Umi Salamah menjanjikan kalung emas 2 gram yang dibelinya dari toko Koh Acan untuk dirinya. Tentu saja, Delisa semakin berusaha keras menghafal bacaan-bacaan itu walau seringkali terbolak-balik urutannya. Tambah terpacu lagi karena di kalung itu tergantung huruf ‘D’, yang yang menginisialkan nama Delisa. Belum lagi sang ayah yang berada nun jauh di sana menjanjikan hadiah sepeda untuknya.
Kemudian datanglah hari yang ditunggu-tunggu oleh Delisa selama ini. Waktu untuk melantunkan hafalannya pun tiba, pada tanggal 26 Desember 2004. Delisa sempat gugup dan tegang, namun Ia mengukukuhkan hatinya dengan berujar ‘Delisa akan khusyu’. Tepat ketika mengucap kalimat takbiratul ikhram, gemuruh tanah menjalari semua lantai. Sungguh dahsyatnya ketika sang biru retak sehancur-hancurnya, membawa gelombang raksasanya menghantam Banda Aceh. Sret! Dan tergoreslah lengan Delisa dengan vas bunga yang jatuh pecah. Tapi itu tak kunjung meruntuhkan semangat Delisa agar tetap khusyu’ sepanjang shalatnya. Delisa terus melafazkan bacaan shalatnya dengan perlahan tapi pasti. Sampai akhirnya datanglah air itu menerobos segala celah yang akhirnya meluluhlantakkan semuanya. Dihantamnya dengan keras tubuh gadis mungil itu hingga terhempas tak jelas entah ke mana memboyongnya hingga ia tak sadarkan diri.
Enam hari lamanya Ia menunggu dengan tubuh tersangkut di semak-semak belukar itu. Menunggu hingga dirinya kelelahan tanpa air dan makanan, terus-menerus diterpa teriknya sinar mentari. Hingga akhirnya datanglah seseorang yang menolongnya.
Delisa dioperasi, betis kaki kanannya diamputasi tanpa ampun karena telah membusuk, kemudian selang-selang penyambung kehidupan dipasang pada tubuhnya. Tapi Delisa tetap menerima semuanya dengan penuh keikhlasan tanpa pernah mengeluh. Di luar sana, fakta-fakta akan menghampirinya sekaligus, bak ditimpuk dengan batu-batu yang besar. Kehidupan baru tengah menunggunya, dan tak lama lagi Ia pun akan segera menjalaninya dengan hati yang teguh dan berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.
Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah kisah yang mampu menguras air mata para pembacanya, mengajarkan keikhlasan dan keteguhan hati dalam arti yang sebenarnya lewat kisah seorang gadis kecil yang diterpa cobaan yang sangat berat. Harus diakui bahwa buku ini tak memiliki cacat sedikit pun dalam penggambaran ceritanya yang menyentuh hati. Walaupun kadang terselip kata atau kalimat yang tidak mudah untuk dipahami semua kalangan, namun setiap babnya dirangkai dengan benang emas yang indah menjadi satu kesatuan yang menakjubkan. Karangan Tere Liye yang satu ini mengajak kita untuk belajar menerima takdir dengan tulus dan tetap bersemangat menjalani hari-hari dalam meniti kehidupan walaupun cobaan berat menerpa.
38 komentar
resensinya cukup lengkap dan menarik, sehingga membuat orang tertarik untuk membaca bukunya.
Ditunggu karya selanjutnya
Resensi Novel yang bagus, edukatif, dan menambah wawasan
Resensi yang bagus
Resensi yang mendalam membuat saya semakin penasaran dan ingin membaca novel ini
Saya pernah nonton filmnya
Ceritanya memang terbaik
Resensinya mudah dimengerti.
Baca resensinya malah bikin sedih
pokokna salut bro dengan karyamu... wk wk..
pernah difilmkan, tapi tidak sebagus novelnya
resensi yang bagus, tetap semangat ananda berkarya
bagus karyamu bas
sudah ini saya tonton filmnya, bagus lah
ini kisah nyata kah?
Pernah nonton filmnya
resensinya mudah dimengerti
Ini yang ada peristiwa tsunami ya?
Memang the best bukunya
Mantap
Bukunya gampang dimengerti
Sangat menarik
resensinya mudah dimengerti
resensinya mudah dimengerti
ini bagus bro
best seller bukunya
kisah yang mengandung bawang
bagus... bgt
Bagus
keren
Menarik
keren
Nice
Mantap
good
ceritanya bikin sedih