
The Perks Of Being A Wallflower
-
Ditulis olehAliyana Shofiyah
-
Dibuat tanggal
15 Oct 2024
-
Sekolah
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SETELUK
REVIEW:
“THE PERKS OF BEING A WALLFLOWER“ adalah novel karya Stephen Chbosky. Buku ini mengisahkan perjalanan penuh emosional seorang remaja bernama Charlie, yang dituliskannya melalui serangkaian surat yang ia tujukan kepada seseorang yang tidak pernah ia sebutkan namanya. Chbosky berhasil menggambarkan esensi kehidupan remaja yang kompleks dan penuh rasa ingin tahu.
Charlie adalah sosok yang cenderung menyendiri dan memliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Ia adalah “WALLFLOWER“ sosok yang memilih untuk mengamati kehidupan daripada terlibat langsung didalamnya.
Di tengah kesulitannya dalam melawan trauma masa lalu dan kesulitannya bersosialisasi, Charlie bertemu dengan teman-teman baru yang membantunya memahami dunia yang lebih luas. Pertemuannya dengan Sam dan Patrick, dua saudara tiri yang karismatik, mengubah hidupnya. Mereka membawanya ke dalam lingkaran sosial yang memaparkannya pada pengalaman-pengalaman baru yang tidak pernah ia banyangkan, cinta pertama dengan segala kerumitan yang menyertainya.
Stephen Chbosky adalah seorang penulis terkenal di Amerika karena menulis novel terlaris tentang kedewasaan yaitu “ The Perks Of Being A Wallflower “(1999), serta menulis dan menyutradarai versi film dari buku yang sama, yang dibintangi oleh Logan Lerman, Emma Watson, dan Ezra Miller.
Salah satu hal menarik dalam cerita ini adalah cara penulis menggambarkan perasaan rumit yang dialami oleh Charlie. Setiap surat yang ditulis olehnya mencerminkan perjalanan emosional yang mendalam, mulai dari perasaan bahagia saat merasakan cinta hingga perasaan sedih yang melanda akibat kehilangan. Pembaca dapat merasakan emosi yang mendalam ini seolah-olah sedang menyaksikan kehidupan Charlie secara langsung.
Chbosky juga sangat baik dalam menggambarkan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh para remaja, seperti pergaulan bebas, pesta alkohol, homoseksual, tekanan keluarga, dan pengaruh tekanan masa lalu. Novel ini bukan hanya sebagai hiburan saja tetapi juga sebagai cermin yang memantulkan realita kehidupan para remaja.
Hal yang paling kuat dalam novel ini adalah tentang persahabatan. Persahabatan Charlie, Sam, dan juga Patrick menunjukkan betapa pentingnya memiliki orang-orang yang mendukung kita. Mereka saling mendengarkan, membantu serta memberi dukungan di saat-saat sulit. Melalui interaksi mereka, pembaca diingatkan pada nilai-nilai kejujuran, pengertian, dan cinta yang tulus.
Namun, dibalik kelebihan novel ini juga memiliki sisi gelap yang menggambarkan bagaimana kehidupan para remaja yang menyimpang. Chbosky benar-benar menggambarkan realita pahit yang sering dialami oleh para remaja.
Bahasa yang digunakan dalam cerita ini bisa dibilang mudah dicerna namun juga sulit untuk dipahami karena setiap kutipan-kutipan memiliki makna yang mendalam. Seperti puisi yang dibacakan Charlie untuk Patrick:
“Dulu di selembar kertas kuning bergaris hijau
dia menulis sebuah puisi
Yang diberi judul “Chops “
karena itu nama anjing peliharaannya
Dan tentang itulah puisinya
Dan gurunya member nilai A
serta bintang emas
Dan ibunya memajang puisi itu di pintu dapur
serta membacakannya ke bibinya
Pada tahun itulah Pastor Tracy
mengajak semua anak ke kebun binatang
Dan anak-anak boleh bernyanyi di bus
Dan adik perempuannya lahir
dengan jemari mungil tanpa rambut
Dan ayah serta ibunya berciuman melulu
Dan sang gadis di ujung jalan mengirimkan
kartu Valentin dengan deretan huruh X
dan dia bertanya kepada ayahnya apa maksudnya
Dan ayahnya selalu menyelimutinya sebelum tidur
Selalu ada dan tidak pernah alpa
Dulu di selembar kertas putih bergaris biru
dia menulis sebuah puisi
Yang berjudul “Musim Gugur“
karena memang sedang musimnya
Dan tentang itulah puisinya
Dan gurunya member nilai A
serta memintanya menulis dengan lebih lugas
Dan ibunya tidak memajang puisi itu di pintu dapur
karena pintunya baru dicat
Dan anak-anak memberitahunya
bahwa Pastor Tracy mengisap cerutu
Dan membuang puntungnya di bangku gereja
Yang terkadang meninggalkan jejak api melingkar
Pada tahun itulah adik perempuanya memakai kacamata
Dengan lensa tebal dan bingkai hitam
Dan sang gadis di ujung jalan tertawa
ketika diajak bertemu sinterklas
Dan anak-anak memberitahu kenapa
Ayah serta ibunya berciuman melulu
Dan ayahnya tidak lagi menyelimutinya sebelum tidur
Dan ayahnya malah marah ketika dia merengek
Dulu di selembar kertas yang disobek dari buku catatan
dia menulis sebuah puisi
Yang berjudul “Keluguaan: Sebuah Tanya”
Karena itulah yang dia pertanyakan ke kekasihnya
Dan tentang itulah puisinya
Dan dosennya member nilai A
serta tatapan curiga
Dan ibunya tidak memajang puisi itu di pintu dapur
Karena memang tidak dikasih unjuk
Pada tahun itulah Pastor Tracy wafat
Dan dia lupa bagian akhir pengakuan Imam Rasuli
Dan dia memergoki adik perempuannya
bercumbu di beranda belakang
Dan ayah serta ibunya sudah tidak berciuman
atau bahkan sekedar berbincang
Dan sang gadis di ujung jalan
mengenakan riasan terlampau tebal
Dia sampai terbatuk ketika menciumnya
tapi dia tetap menciumnya
karena memang begitu seharusnya
Dan pada pukul tiga dini hari dia menyelimuti diri
sementara ayahnya sudah mendengkur kencang
Karena itulah di balik sebuah kantong kertas cokelat
dia menulis puisi baru
Yang diberi judul “Bukan Apa-apa”
Karena tentang itulah puisinya
Yang dia beri nilai A
serta satu goresan di masing-masing pergelangan
Dan dia memajang puisi itu di pintu kamar mandi
karena menurutnya kali ini
dia tidak sanggup ke dapur”
Setelah novelnya menjadi terkenal, Chbosky kemudian membuat dan menyutradarai film barunya dengan judul dan cerita yang sama seperti novelnya. Film “The Perks Of Being A Wallflower” dirilis pada tahun 2012. Film ini tidak berbeda jauh dengan novelnya namun menurut beberapa orang yang telah menontonnya, filmnya lebih bangus daripada novelnya dan ada juga yang mengatakan sebaliknya.
Secara keseluruhan, “The Perks Of Being A Wallflower” adalah novel yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam bagi para remaja. Melalui Charlie kita diajak untuk merenungkan arti dari penerimaan diri, cinta, dan persahabatan. Novel ini sangat cocok dibaca oleh siapapun yang merasa berjuang sendiri dan terasingkan, novel ini adalah sebuah pengingat bahwa kita tidak sendirian.
0 komentar