book

Ayahku (Bukan) Pembohong

0
  • book
    Ditulis oleh
    Oceana Qanita
  • Dibuat tanggal
    31 Aug 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Negeri 74 Jakarta

"Ayahku (Bukan) Pembohong" merupakan novel fiksi karya Tere Liye. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2011 oleh Gramedia Pustaka Utama dan memiliki  jumlah 300 halaman dengan ukuran 13,5 × 20 cm. Tere Liye merupakan seorang penulis dan akuntan berkebangsaan Indonesia yang karyanya dikenal dan sering menjadi National Best Seller.  Beberapa penghargaan yang ia raih adalah Khatulistiwa Literary Award (2005), Anugerah Pembaca Indonesia (2007, 2008, 2010), Indonesian Book Award (2008, 2009, 2010) dan lain-lain.

Tere Liye yang memiliki nama asli Darwis ini sudah memulai karir kepenulisannya sejak di bangku sekolah dasar. Saat SMP dan SMA ia mengirim karya tulisannya ke majalah dan koran lokal tempat ia tinggal. Hingga setelah kuliah karir penulisannya berlanjut ke novel karena menurutnya solusi mendidik dan menanamkan pemahaman yang baik itu adalah dengan cara menulis cerita. Hingga saat ini, terdapat sekitar 50 novel dari berbagai genre yang sudah ditulis oleh Tere Liye. Melalui novel "Ayahku (Bukan) Pembohong" Tere Liye menceritakan betapa pentingnya ikatan kepercayaan antara sebuah keluarga dan betapa pentingnya dalam memahami hakikat kebahagiaan sejati.

Novel "Ayahku (Bukan) Pembohong" menceritakan kisah seorang anak yang dibesarkan dengan mendengar cerita-cerita petualangan yang dilalui oleh ayahnya dahulu. Melalui cerita-cerita itu, ia tumbuh menjadi seseorang yang baik, bertanggung jawab, pantang menyerah dan disukai oleh banyak orang. Namun seiring berjalan waktu, ia mulai meragukan kebenaran-kebenaran dari cerita yang selama ini ia dengar. Cerita yang selalu menemani dirinya saat jatuh dan bangun atas kehidupan yang ia hadapi. Cerita yang memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik. Cerita yang menjadi pengikat hubungan erat antara dirinya dan ayahnya. Cerita yang membuat dirinya menganggap ayahnya sebagai idol terbaik yang pernah ada. Semuanya hancur dan retak karena kebohongan-kebohongan yang selalu bertambah dan menumpuk. Hingga sejak saat itulah ia merasa ayahnya merupakan seorang pembohong. Tapi bagaimana jika ayahnya bukan seorang pembohong? Inilah kisah memahami hakikat kebahagiaan dan kepercayaan. Sadarlah betapa pentingnya kedua hal itu. Setelah membaca novel ini cepat pergi berlari ke arah ayah kita, tatap matanya dan ucapkan kata terima kasih kepadanya atas seluruh hal yang telah ia ajarkan. Sebelum semuanya terlambat dan ia pergi meninggalkan kita.

Gaya penulisan Tere Liye yang ringan namun indah membuat novel ini terasa tidak membosankan. Alur yang disusun dengan rapi dan penambahan konflik cerita yang simpel tapi mendalam dapat membuat pembaca bersimpati kepada tokoh yang ada di novel ini. Tere Liye sebagai penulis sekali lagi berhasil membuat pembaca merasakan kesedihan melalui novel yang ia tulis. Tokoh-tokoh yang ia ciptakan semuanya memiliki alasan yang logis dalam melakukan suatu perbuatan, sehingga sulit bagi pembaca untuk membenci pada satu spesifik tokoh yang ada pada novel ini. Tere Liye tahu bagaimana cara memanfaatkan dialog pada suatu kondisi untuk mendapatkan hati para pembaca. Tidak ada dialog yang terasa dipaksakan, semuanya sesuai dengan karakter tokoh yang sudah di bangun dari awal cerita. Selain tokoh utama, tokoh sang ayah tidak kalah menariknya. Pembaca dibawa menyelusuri kisah masa lalu, pelajaran berharga, serta alasan dari seluruh pilihan yang telah tokoh ini ambil. Hubungan antara keduanya menjadi kunci utama dalam novel Tere Liye yang satu ini. Saat Dam yang merupakan tokoh utama dari novel ini mulai meragukan cerita-cerita yang menemani dirinya sejak kecil, semua reaksi itu merupakan hal normal yang dapat dialami bagi seorang anak yang mencapai usia remajanya. Dirinya bukan lagi anak kecil yang dapat mentah-mentah percaya pada suatu cerita tanpa ada bukti yang rasional pada cerita tersebut. Melalui sudut pandangnya, pembaca dapat mengerti bahwa semua yang ia lakukan merupakan hasil rasa kecewa dan kebencian yang ia rasakan pada ayahnya karena ia menganggap ayahnya telah menipu dirinya dengan cerita-cerita yang ia bawakan. Namun dirinya lupa bahwa melalui cerita-cerita itulah dirinya yang dikenal oleh orang banyak itu berasal. Sang tokoh utama selalu berpikir logis dan penuh dengan perhitungan yang tepat, tidak ingin ada kesalahan yang muncul. Tetapi pada akhirnya, seluruh perhitungan dan pemikiran itu hanya berakhir dengan rasa penyesalan yang akan selalu ia ingat. Kenyataan yang menampar dirinya. Kenyataan bahwa ayahnya bukan seorang pembohong.

Kisah Dam dan sang ayah mengajarkan betapa pentingnya suatu kepercayaan dalam sebuah keluarga. Pentingnya suatu komunikasi agar mencegah salah paham satu sama lain. Pentingnya memahami seseorang tidak hanya melalui penampilan luar saja, tapi juga isi hatinya. Melalui novel ini pembaca juga dapat belajar bahwa hakikat kebahagian sejati tidak berasal dari harta, kekuasan, dan terkenalnya seseorang. Tetapi hakikat kebahagiaan sejati berasal dari diri hati sendiri. Cara seseorang membersihkan dan melapangkan hati, melakukannya berulang kali hingga ia sadar bahwa ia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan yang lebih hebat daripada ini. Walaupun dikemas dengan sangat baik tentu saja novel ini masih memiliki kekurangan. Kurangnya penjelasan mengenai alasan, latar belakang tempat, serta misteri-misteri yang belum terungkap pada cerita-cerita tokoh ayah membuat novel ini terasa kurang lengkap.

Meskipun memiliki kekurangan, novel ini tentu saja tetap menjadi salah satu novel Tere Liye yang sangat direkomendasikan untuk dibaca. Penulisan yang indah serta nilai moral yang dapat dipetik sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan seseorang membaca novel ini. Pembaca disarankan untuk membaca karya-karya lain dari Tere Liye untuk menambah pengetahuan dan mengenal penulis ini dengan lebih baik lagi. 

Judul Buku Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis Tere Liye
ISBN 9786238829651
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2011
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman 300

0 komentar

Buat komentar