book

Hafalan Shalat Delisa

0
  • book
    Ditulis oleh
    MUHAMMAD ISA DAUD
  • Dibuat tanggal
    15 Sep 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Insan Cendekia Boarding School Payakumbuh

Resensi Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye

 

Judul : Bencana Yang Memberikan Pemahaman Hidup Akan Hakikat Perjuangan Dalam Beribadah

 

Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah novel yang ditulis oleh salah satu novelis terkenal Indonesia, Tere Liye. Novel ini terbit pertama kali pada tahun 2005 dan merupakan buku pertama yang ditulis oleh Tere Liye. Tere Liye merupakan nama pena dari seseorang bernama asli Darwis. Tere Liye sendiri lahir pada tahun 1979 di kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, dari pasangan Pasai dan Nursam. Terhitung dari 2005, sudah banyak buku yang ditulis olehnya, seperti buku seri Bumi dan buku non-seri seperti Rindu (2014), Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah (2012), dan Tentang Kamu (2016). Novel bahkan sudah berhasil difilmkan pada tahun 2011, dan dibintangi oleh Chantiq Schagerl (Delisa),  Nirina Zubir (Ummi), Reza Rahadian (Abi), dan sederet artis lainnya. Adapun novel lain yang berhasil difilmkan, beberapa diantaranya yaitu Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga (2008), Moga Bunda Disayang Allah (2006),dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009). Tere Liye juga mendapatkan berbagai penghargaan atas karya tulisnya ini, seperti penghargaan “Penulis Tahun Ini” IKAPI Award pada tahun 2016 dan penghargaan “Buku Islami Terbaik Fiksi Dewasa” Islamic Book Award pada tahun 2017.

Novel Hafalan Shalat Delisa mengambil sudut pandang seorang anak berusia 6 tahun bernama Delisa yang tinggal di kota Lhoknga, Aceh bersama keluarganya yang terdiri dari sang ibu (biasa dipanggil Ummi Salamah), tiga kakak perempuannya yang bernama Fatimah, si kembar Aisyah dan Zahra, serta sang ayah (biasa dipanggil Abi Usman) yang bekerja di kapal tanker dan baru bisa pulang 3 bulan sekali. Walaupun ditinggal kerja oleh sang ayah, ajaran islami pun tidak luput dari keluarga ini. Terlihat dari setiap selesai sholat subuh, mereka akan mengaji bersama. Topik utama dari novel inipun mengangkat tema tentang Delisa yang berusaha keras untuk menghafal bacaan shalat, terlebih karena imbalan yang akan  diberikan sang ibu jika ia berhasil menghafalnya, yaitu seuntai kalung emas. 

Delisa pun akhirnya berhasil menghafal bacaan shalatnya, namun sayang, semuanya menjadi runyam lantaran hari dimana Delisa akan menyetorkan bacaan shalatnya bertepatan dengan hari terjadinya bencana alam terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, Tsunami Aceh  26 Desember 2004. Disaat Delisa menyetor hafalannya, tsunami tersebut menghantam kota Lhoknga tempatnya berada dan menyeretnya jauh. Delisa pun terpisah dengan Ummi dan kakak-kakaknya. Tanpa disangka, Delisa ternyata masih hidup dan terjebak diantara semak belukar dengan badan penuh luka selama 7 hari. Kabar mengenai tsunami ini tersebar ke seluruh  dunia, membuat banyak negara yang ikut merasakan simpati. Akhirnya, Delisa berhasil dievakuasi oleh tentara Amerika yang sedang menyisir kota tersebut, menjadikannya orang pertama yang masih hidup saat dievakuasi. Delisa pun dibawa ke kapal induk Amerika untuk diselamatkan, walaupun harus rela kehilangan kaki kanan dan badan penuh jahitan luka.

Abi Usman, yang saat itu berada di luar negeri, setelah mengetahui berita tsunami tersebut langsung pulang ke kota Lhoknga. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati kota Lhoknga sudah porak poranda. Abi hanya bisa pasrah setelah mengetahui nasib keluarganya, dimana mayat ketiga sulungnya  sudah dikuburkan sementara mayat Ummi masih belum ditemukan. Disisi lain, kondisi Delisa akhirnya membaik setelah dirawat di kapal induk tersebut. Singkat cerita, dengan perjuangan keras, Abi akhirnya bertemu lagi dengan Delisa. Mereka pun memulai hidup baru dengan perjuangan. Dari titik ini juga, mulai menghafal ulang bacaan shalatnya yang terputus akibat tsunami.

Dari segi pembahasaan, Tere Liye menggunakan bahasa formal, sedangkan untuk dialog karakter, bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, sehingga dengan hal ini para pembaca mudah untuk memahami dialog dari karakternya. Dari segi cerita, sang penulis menggunakan alur maju, sehingga pembaca tidak perlu berpikir keras dalam membaca novel ini. Yang menjadi keunikan dari buku ini adalah tema yang diangkat. Tema ini mengkombinasikan dua tema, yaitu tema kekeluargaan dan religi. Perpaduan dari kisah perjuangan seorang anak yang berkeinginan untuk bisa melakukan shalat dengan bacaannya dan perjuangan dari seorang ayah dalam menjalani hidup yang baru bersama anak bungsunya yang lumpuh pasca bencana memberikan kesan emosional yang mendalam bagi para pembacanya.

Selain menggunakan sudut pandang Delisa, di sepanjang bab juga diselipkan beberapa dialog atas pemikiran dari sang penulis, seolah-olah sang penulis adalah sang pembaca itu sendiri. Novel ini juga seolah-olah ingin menjelaskan kepada pembacanya tentang hakikat dari ikhlas, merelakam terhadap apa yang telah lalu, kesabaran dalam menghadapi takdir dan menjalani hidup dengan penuh penerimaan. Seperti contohnya ungkapan Delisa yang mengatakan bahwa dia tidak menginginkan kalung lagi dan hanya ingin bisa shalat secara sempurna dengan bacaannya disertai doa untuk Ummi dan kakak-kakaknya. Dan juga karakter Abi yang tetap tabah walaupun harus memikul  beban yang berat, yaitu menjalani hidup baru bersama Delisa tanpa adanya sang istri dan tiga anaknya yang lain.

Kelebihan Buku

• Alur cerita yang menarik

Tere Liye selaku penulis memang terkenal sebagai novelis yang berhasil dalam menciptakan sebuah novel dengan kualitas yang bagus, tidak terkecuali untuk novel ini. Secara keseluruhan, cerita yang ada dalam buku ini sangat  menarik, dengan memadukan antara tema kekeluargaan dan agama.

• Sisi emosional dalam penceritaan 

Tema kekeluargaan yang terkandung dalam buku ini cukup untuk membuat pembacanya merasa terharu, dikombinasikan dengan unsur religius yang tentunya akan membuat alurnya akan selalu lekat di ingatan para pembaca.

Kekurangan Buku

• Desain cover buku

Meskipun memiliki alur cerita yang bagus dan menarik, tentunya novel ini tidak luput dari kekurangan. Salah satunya adalah cover buku ini. Untuk cetakan ke-3 ini memiliki cover bergambar gelombang air beserta judulnya, sehingga orang-orang yang pertama kali melihatnya mungkin akan kurang tertarik akan novelnya atau kurang tahu tema yang diangkat di novel ini.

• Orientasi watak karakter utama

Selain cover, penggambaran dari karakter utama juga terkesan sedikit memiliki kekurangan. Sang karakter utama seolah-olah digambarkan memiliki hati nurani yang sangat putih bersih, terlihat dari bagaimana Delisa yang dengan ringannya menerima nasib dirinya yang kehilangan kaki kanannya.

 

Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca, terutama oleh para pembaca atau yang menginginkan novel yang mengangkat tema islami dan kekeluargaan. Saya sendiri cukup menikmati dalam membaca novel ini, terlebih karena alur ceritanya yang menarik, juga karena isinya yang sangat menginspirasi. Saya berharap semoga para pembacanya dapat terinspirasi dan mengambil kesimpulan positif dari buku ini. Dan teruntuk sang penulis supaya bisa terus berkarya dan terus menginspirasi rakyat Indonesia.

Judul Buku Hafalan Shalat Delisa
Penulis Tere Liye
ISBN 978-
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2023
Penerbit PT Sabak Grip Nusantara
Jumlah Halaman 290

0 komentar

Buat komentar