
Bianglala 3 Warna: Pengakuan Seorang Wanita
-
Ditulis olehMUHAMMAD ISA DAUD
-
Dibuat tanggal
22 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Insan Cendekia Boarding School Payakumbuh
Resensi Bianglala 3 Warna: Pengakuan Seorang Wanita Karya Roxana
Judul: Cahaya Masa Lalu Dan Kegelapan Masa Depan
“Cinta murni yang bersemayam di dadaku merupakan anugerah dari Tuhan”, adalah salah satu kalimat yang ada di novel Bianglala 3 Warna: Pengakuan Seorang Wanita. Bianglala 3 Warna: Pengakuan Seorang Wanita merupakan sebuah novel autobiografi yang ditulis oleh seorang wanita yang bernama Roxana, atau biasa dipanggil dengan Dayang yang berarti anak gadis. Roxana lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di kota Manggar, Belitung. Novel ini mengisahkan kisah dirinya dalam menghadapi ketidakadilan hukum berupa pembatalan pernikahan yang didapatnya.
Secara garis besar, novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Roxana yang tinggal di kota Manggar, Belitung. Roxana memiliki seorang kakak laki-laki bernama Dani dan adik bernama Iwan. Pada saat itu, sebagian besar Pulau Belitung dikuasai oleh sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang bernama PN (Perusahaan Negara) Timah. PN Timah merupakan sebuah perusahaan yang sangat sukses dan berjaya kala itu. Namun kesenjangan sosial antara penduduk setempat dengan staf PN Timah atau biasa disebut “orang gedong”, lantaran perbedaan kesejahteraan ekonomi diantara keduanya sangatlah kontras. Roxana bersekolah di Sekolah Dasar PN Timah Tanjung Pandan yang merupakan sekolah dasar terbaik di Belitung, namun hanya bertahan sekitar 2 tahun karena ayahnya harus pindah kerja ke kota Gantong. Mau tidak mau, Roxana pun harus ikut pindah bersama keluarganya ke kota tersebut. Ayah Roxana merupakan orang yang disiplin dan teratur, sehingga Roxana disekolahkan di Sekolah Dasar Muhammadiyah Gantong dengan harapan mendapat nilai-nilai agama dan menjadi pribadi yang baik.
Walaupun pindah ke lingkungan baru, hubungan Roxana dengan teman gedongnya seperti Siti, Elis, Mala, dan lainnya tetap berjalan mulus, malah ia berhasil menambah teman baru. Di SD ini, Roxana ditunjuk dalam berbagai lomba mulai dari lomba baris indah dan cerdas cermat untuk mengharumkan nama SD Muhammadiyah Gantong dan mengalahkan SD PN Timah sebagai juara bertahan. Kemudian, setelah menamatkan pendidikan sekolahnya, Roxana memutuskan untuk merantau ke Bandung untuk melanjutkan kuliah. Di Bandung, Roxana merasakan betapa kerasnya hidup, mulai dari uang bulanan yang tak seberapa sampai kesulitan mencari pekerjaan. Maka, Roxana memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Pulau Belitung. Tanpa disangka, disana dia malah bertemu dengan Ardian, teman dari Dani kakaknya. Setelah kembali ke Bandung, Roxana mendapatkan sebuah kabar mengejutkan dari Ardian yang menyatakan akan menikah dengannya. Roxana menyetujuinya, namun Ardian memberikan satu syarat yaitu merahasiakan status pernikahan mereka. Tanpa pikir panjang, Roxana pun setuju tanpa memikirkan efek yang akan terjadi.
Namun, setelah menikah Ardian malah menunjukkan sifat aslinya yang kasar dan sedikit “gila”. Roxana yang tidak tahan mulai berencana untuk bercerai dengannya. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa ternyata Ardian telah melakukan pembatalan pernikahan sebelumnya sehingga ia tidak bisa menuntutnya. Kendati demikian, Roxana tidak dendam dan hubungan mereka tetap baik, terlebih setelah Ardian memutuskan kuliah di luar negeri. Sekembalinya Ardian dari kuliah, dia memutuskan untuk menulis buku yang menceritakan Roxana dan SD Muhammadiyah Gantong. Roxana mendukung ide tersebut. Namun, Ardian malah menulis buku itu dengan perubahan yang tidak sesuai kenyataan. Setelah buku tersebut akhirnya laris di pasaran, ibarat kacang lupa kulitnya, Ardian malah melupakan Roxana dan mengatakan kepada media massa kalau dia masih berstatus “bujang”. Roxana yang tidak terimapun berusaha untuk mencari keadilan yang diselewengkan oleh Ardian. Dengan berbagai perjuangan, pada akhirnya Roxana kalah dari ketenaran Ardian dan harus menerima ketidakadilan hukum itu dengan lapang dada.
Dari segi pembahasaan, dalam beberapa kalimat sang penulis menggunakankalimat perumpamaan atau ibarat,sehingga terkesan lebih bagus untuk dibaca. Dalam menjelaskan latar belakang, sang penulis juga merincikannya secara detail. Pada masanya, novel ini sempat menjadi sebuah kontoversi lantaran bersinggungan dengan masalah seorang penulis dan novelnya yang terkenal, yakni Andrea Hirata dan novel Laskar Pelangi, dimana kedua novel ini memang memiliki latar yang sama di Pulau Belitung dan menceritakan anak-anak SD Muhammadiyah di sana. Sehingga banyak pula yang beranggapan bahwa karakter Ardian di novel ini merupakan sindiran untuk novelis terkenal tersebut.
• Kelebihan Buku
1. Diksi/pilihan kata yang bagus
Di dalam novel ini, sang penulis menggunakan beberapa kalimat-kalimat yang bagus, karena menggunakan majas-majas dan kalimat perumpamaan yang sesuai.
2. Penjelasan latar tempat secara detail
Roxana selaku penulis menggambarkan latar tempat di novel ini secara detail. Sebagai contoh, Roxana menjelaskan bagaimana keadaan Pulau Belitung mulai dari sejarah asal mula PN Timah, tumbuhan yang hidup di sana, hingga panorama alamnya.
• Kekurangan Buku
1. Cover yang kurang menarik
Buku ini memiliki cover yang memiliki gambar sebuah kota dengan taman yang berisi bianglala yang dimana menurut saya cover tersebut kurang cocok dengan alur dari novel yang menceritakan tentang masa kecil penulis dan ketidakadilan hukum.
2. Penulisan alur yang berbelit-belit
Bahasa yang di dalam buku ini ditulis secara kurang rapi, seperti alur yang maju-mundur yang membuatnya terasa membingungkan bagi sebagian orang. Contohnya di suatu bab membahas masa kecil sang penulis, namun di bab selanjutnya malah membahas tentang si penulis yang telah dewasa.
Kesimpulannya, buku ini direkomendasikan kepada khalayak terutama kepada kaum wanita. Harapannya semoga dapat menjadi bahan renungan dan pelajaran supaya tidak terjadi hal yang serupa. Teruntuk sang penulis, saya berharap agar bisa terus memberikan inspirasi kepada orang lain. Dan juga, semoga sang penulis tetap tegar dalam menjalani hidup.
0 komentar