book

Percakapan Dengan Diponegoro

0
  • book
    Ditulis oleh
    MUHAMMAD ISA DAUD
  • Dibuat tanggal
    28 Sep 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Insan Cendekia Boarding School Payakumbuh

Resensi Percakapan Dengan Diponegoro Karya Peter Carey

Judul: Sang Pangeran; Pemberontak atau Pejuang?

Percakapan Dengan Diponegoro adalah buku jurnal sejarah yang ditulis oleh seorang pria bernama Peter Carey. Pria kelahiran Myanmar yang lahir pada tanggal 30 April 1948 ini merupakan sarjana Oxford University dan berhasil mendapatkan gelar DPhil (Doctor of Philosophy) nya disana. Memiliki ketertarikan dengan budaya Asia Tenggara khususnya Indonesia, beliau mulai melakukan berbagai penelitian sejarah dan budaya di Indonesia. Beberapa karya beliau antara lain The British in Java, 1811-1816: A Javanese Account (1992), The Power of Prophecy: Prince Diponegoro and the End of an Old Order in Java, 1785-1855 (2007), Racial Difference and the Colonial Wars of 19th Century Southeast Asia (2021), dan Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830 (2022).

Buku ini memiliki empat bagian yang menceritakan isi dari surat-surat dan catatan yang ditulis oleh para perwira Belanda yang mengiringi sang pangeran Diponegoro menuju tempat pengasingannya  di Manado dari keberangkatannya pada 28 Maret hingga keberangkatannya pada 12 Juli 1830. Surat dan catatan tersebut berisi percakapan mereka  dengan Diponegoro sebelum dan sesudah keberangkatan.Bagian pertama berisi  catatan Mayor-Ajudan de Stuers selama mengawal Diponegoro dari penangkapannya di Magelang menuju Batavia pada 28 Maret sampai 9 April 1830. Ia mencatat berbagai kejadian penting seperti sang Pangeran yang terserang demam malaria. Mayor Francois de Stuers (1792-1881) merupakan mayor-ajudan dari panglima besar Belanda, de Kock. De Stuers pernah bertugas di Sumatera, sehingga ia juga ikut terlibat dalam berbagai kejadian, seperti penangkapan Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang dan dia pernah bertemu dengan Tuanku Imam Bonjol. De Stuers terkenal mudah berbaur dengan masyarakat pribumi, sehingga ia cukup terkenal di kalangan masyarakat pribumi. Bagian kedua berisi surat yang ditulis oleh Knoerle, Lettu-Ajudan kepada Gubernur-Jenderal Hindia Belanda, Van den Bosch pada 9 Juli 1830 disertai dengan teks aslinya dalam bahasa Belanda. Surat tersebut berisi catatan harian Knoerle dari 1 Mei sampai dengan 20 Juni 1830. Bagian kedua ini juga berisi proposal yang dibuat oleh Pangeran Diponegoro, yang dimana proposal ini berisi usul-usul Diponegoro kepada Knoerle.

Lalu di bagian ketiga, mengisahkan catatan harian dari Pangeran Hendrik “Sang Pelaut (De Zeevaarder)” selama penahanan Diponegoro di Fort Rotterdam, Makassar pada tanggal 7 Maret 1837, beberapa tahun setelah pengasingan Diponegoro. Pangeran Hendrik (1820-1879) merupakan putra bungsu Putra Mahkota Belanda yang kelak akan menjadi Raja Belanda, yang saat ia mengunjungi Diponegoro, ia masih berumur 16-17 tahun, menjadikannya satu-satunya keluarga kerajaan di Belanda yang pernah mengunjungi Hindia Belanda. Pangeran Hendrik juga menuliskan surat untuk ayahnya di Belanda untuk menyampaikan pendapatnya yang kritis, bahwa akan terjadi perang besar lain yang tidak hanya di Jawa, namun di seluruh wilayah Hindia Belanda. Kesamaan dari perwira-perwira ini adalah rasa kagum mereka terhadap sikap rela (atau disebut ikhlas) Diponegoro dalam menghadapi penangkapannya. Sikap Diponegoro yang lain juga membuat perwira-perwira ini merasa takjub dan heran akannya.

Berdasarkan segi penulisan, sang penulis juga menuliskan catatan kaki sebagai informasi tambahan. Di dalam buku ini juga terdapat ilustrasi gambar yang diselipkan penulis sebagai media pendukung isi tulisan. Dengan hal ini, para pembaca akan mudah mendapat gambaran dalam membaca buku ini. Sang penulis juga menuliskan teks asli bahasa Belanda dari dokumen tersebut. Sehingga isi dari surat-surat dan catatan yang ditulis perwira Belanda tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Ditulis secara lengkap dan mendetail, buku ini bisa dijadikan sebagai patokan atau referensi untuk masyarakat umum.

Kelebihan Buku 

1. Penjelasan secara detail 

Sang penulis menuliskan dengan detail setiap catatan yang berisikan percakapan Diponegoro dengan para perwira Belanda, disertai dengan catatan kaki yang menjelaskan keterangan pada catatan tersebut. Sang penulis juga memasukkan teks bahasa Belanda aslinya ke dalam buku.

2. Ilustrasi gambar 

Sang penulis menyertakan gambar sebagai pendukung akan narasi dari buku ini. Tentu hal ini akan membantu para pembaca dalam melihat ilustrasi dari kalimat yang dirangkai penulis.

Kekurangan Buku 

1. Bahasa yang cukup tinggi 

Buku ini memiliki bahasa yang tinggi, sehingga sebagian orang yang membacanya akan kesulitan mencerna kalimatnya jika tidak membacanya dengan serius.

 

Secara keseluruhan, buku ini direkomendasikan untuk dibaca khalayak, terutama kepada para pecinta sejarah. Buku ini juga bisa dijadikan referensi bagi sebagian orang, baik dari isi tulisan maupun gambar. Dengan perincian yang lengkap dan tersusun, para pembaca tentu bisa mengambil kesimpulan dari isi buku ini, baik tentang siapa Diponegoro dan bagaimana karakternya. Menjadi harapan saya kepada para penulis supaya bisa terus berkarya dalam meneliti sosok sejarah dan budaya di Indonesia.

Judul Buku Percakapan Dengan Diponegoro
Penulis Peter Carey
ISBN 978-602-481-901-9
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2022
Penerbit PT Grafika Mardi Yuana
Jumlah Halaman 318

0 komentar

Buat komentar