book

Hello Cello

0
  • book
    Ditulis oleh
    Putri Prajaswani
  • Dibuat tanggal
    17 Sep 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan

Hello Cello adalah karya ketiga Nadia Ristivani yang diterbitkan pada tahun 2020. Karya ini juga merupakan adaptasi dari cerita alternatif universe (AU) yang ditulis oleh akun @ijoscripts di platform X atau Twitter, dan berada dalam satu universe dengan cerita Hilmy Milan.

Hello Cello mengisahkan seorang gadis bernama Helga yang menemukan kebahagiaan dalam menulis sebagai cara untuk mengekspresikan diri. Helga telah menerbitkan tujuh buku dan saat ini tengah mengerjakan buku kedelapan yang entah kapan akan selesai. Dalam proses tersebut, Helga bertemu dengan seorang lelaki bernama Cello, yang dikenal sebagai "buaya" di kampus karena sering mendekati banyak wanita. Pertemuan pertama mereka terjadi ketika Cello ingin meminta nomor telepon teman Helga, Una, untuk pendekatan romantis. Karena Una menolak permintaan tersebut, Helga yang menggantikan Una menolak permintaan Cello. Namun, Cello tidak menyerah. Ia terus berusaha mendekati Helga untuk mencapai tujuannya.

Seiring waktu, interaksi antara Helga dan Cello semakin intensif. Mereka mengalami berbagai momen bersama, seperti ketika Helga secara tidak sengaja masuk ke kelas yang salah, melakukan video call bersama, dan berbagai aktivitas lain. Helga mulai merasa bahwa Cello adalah teman yang sangat cocok untuknya, terutama karena sifat aktif dan cerianya. Cello, di sisi lain, merasa bahwa Helga adalah sosok yang membutuhkan teman cerita dan dukungan yang dapat diandalkannya.

Sejak saat itu, Cello secara rutin menjemput Helga dari kampus, meskipun ia tidak memiliki jadwal yang sama dengan Helga. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbincang, berjalan-jalan, dan melakukan berbagai kegiatan. Helga merasa nyaman dengan Cello karena ia selalu merespons dengan baik, berbeda dengan orang-orang lain yang sering mengabaikannya.

Suatu hari, Helga menghadapi masalah berat yang berhubungan dengan keluarganya, membuatnya merasa murung dan tidak bersemangat. Cello berusaha membuat Helga merasa lebih baik dengan mengajaknya bermain basket, hobi Helga yang mampu meringankan pikirannya. Cello menuliskan berbagai kata dan frasa yang mengganggu pikiran Helga di bola basket, sambil melemparkannya ke ring. Meskipun Helga menangis, Cello tahu bahwa yang dibutuhkan Helga adalah pelukan dan dukungan emosional, bukan pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi.

Hari demi hari berlalu, dan mendekati ujian akhir semester, Cello memberikan semangat kepada Helga yang mulai malas-malasan belajar. Ia menawarkan diri untuk memenuhi satu permintaan Helga setiap kali Helga berhasil menyelesaikan satu mata kuliah. Helga merasa sangat senang dengan tawaran tersebut dan menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan giat.

Hingga pada suatu hari, Cello mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Helga. Dia sudah lama menyimpan perasaan itu dalam hati, dan akhirnya memutuskan untuk menyampaikannya dengan harapan bahwa mereka bisa membangun sesuatu yang lebih dalam dan berarti. Namun, setelah Cello selesai berbicara, Helga tampak terdiam sejenak, merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan.

Berbeda dari apa yang diharapkan Cello, jawaban yang keluar dari bibir Helga bukanlah sebuah kepastian atau harapan. Sebaliknya, Helga menghadapi Cello dengan sebuah tantangan yang tidak terduga. Helga meminta waktu beberapa tahun untuk berpisah, bukan karena dia tidak menyukai Cello, tetapi karena dia merasa mereka berdua perlu waktu untuk memperbaiki diri dan tumbuh sebagai individu.

Helga menjelaskan bahwa mereka berdua telah terbentuk oleh berbagai pengaruh dan perkataan orang di sekitar mereka, bukan semata-mata oleh keinginan dan keputusan mereka sendiri. Lingkungan dan pandangan orang lain telah membentuk siapa mereka sekarang, dan Helga percaya bahwa jika mereka ingin memiliki kesempatan untuk benar-benar memahami dan menerima satu sama lain, mereka perlu memperbaiki diri mereka terlebih dahulu.

Dengan berat hati, Cello menerima tantangan itu. Dia menyadari bahwa hubungan yang sehat dan berkelanjutan memerlukan lebih dari sekadar cinta; dibutuhkan juga pemahaman dan kedewasaan pribadi. Selama waktu mereka berpisah, Cello dan Helga berjanji untuk menjalani perjalanan masing-masing menuju perbaikan diri, berharap bahwa suatu hari nanti mereka bisa bertemu lagi sebagai versi terbaik dari diri mereka masing-masing.

Dan meski perpisahan ini terasa berat, mereka berdua tahu bahwa keputusan ini adalah langkah yang perlu diambil untuk membangun masa depan yang lebih baik, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk hubungan yang mungkin akan mereka bangun kembali di masa depan.

Hingga tibalah saat yang dinantikan ketika mereka akhirnya bertemu lagi setelah masing-masing melakukan perjalanan panjang untuk memperbaiki diri. Selama waktu tersebut, baik Helga maupun Cello sangat merindukan satu sama lain, merasakan kekosongan yang mendalam setiap kali mereka teringat akan kenangan indah bersama. Ketika mereka akhirnya dipertemukan kembali, ikatan di antara mereka terasa lebih kuat daripada sebelumnya, seolah-olah mereka tidak pernah benar-benar terpisahkan. Kini, mereka dengan penuh harapan memandang ke depan, menantikan sebuah masa depan yang penuh kebahagiaan dan kehangatan yang akan mereka jalani bersama.

 

Novel ini sangat cocok untuk para remaja, karena selain menyajikan cerita yang menarik dan relevan, juga menggambarkan banyak momen keharmonisan yang begitu indah. Setiap halaman menyajikan pelajaran berharga tentang persahabatan, cinta, dan pertumbuhan pribadi, membuat pembaca merasa terhubung secara emosional dengan cerita. Keindahan hubungan antar karakter dan bagaimana mereka saling mendukung dalam menghadapi berbagai tantangan memberikan inspirasi dan semangat, menjadikannya bacaan yang sangat berarti bagi pembaca muda.

Judul Buku Hello Cello
Penulis Nadia Ristivani
ISBN 9786022204381
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2023
Penerbit Kawah Media
Jumlah Halaman 428

0 komentar

Buat komentar