Cho Nam-Jo
-
Ditulis olehPutri Prajaswani
-
Dibuat tanggal
30 Sep 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan
Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 adalah novel ketiga yang ditulis oleh penulis Korea, Cho Nam-Joo, pada tahun 2016. Karya ini ditulis dalam Bahasa Korea dan dengan cepat mendapatkan perhatian luas, sehingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Cerita ini berfokus pada kehidupan Kim Ji-Yeong, seorang perempuan biasa yang mewakili banyak wanita dari generasi yang sama. Dalam narasinya, Cho Nam-Joo menggambarkan pengalaman sehari-hari Ji-Yeong yang penuh dengan tantangan, harapan, dan perjuangan, menggambarkan isu-isu gender dan ketidaksetaraan yang masih relevan hingga kini. Pengalaman pribadi penulis juga banyak diungkapkan dalam novel ini, yang membuatnya terasa lebih dekat dengan realitas kehidupan banyak perempuan. Pada tahun 2019, novel ini diadaptasi menjadi film yang juga mendapatkan sambutan hangat dari penonton. Adaptasi ini berhasil menyampaikan pesan-pesan penting dari novel dengan cara yang visual dan emosional. Berawa dari Kim Ji-Yeong yang lahir di tengah sistem patriarki yang mengedepankan derajat laki-laki di atas perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, perempuan sering kali terjebak dalam peran tradisional sebagai ibu rumah tangga, mengorbankan impian dan aspirasi mereka. Sejak kecil, Kim Ji-Yeong tidak merasakan kebebasan karena posisi adik laki-lakinya dalam keluarga, yang sering kali mendapatkan prioritas. Dia dan kakaknya harus merelakan banyak hal demi sang adik. Saat Kim Ji-Yeong beranjak dewasa, keinginan untuk hidup mandiri dan bebas dari aturan yang mengikat mulai tumbuh. Dia bertekad untuk memilih jalannya sendiri, termasuk memilih universitas dan jurusan yang sesuai dengan impiannya, meskipun itu bertentangan dengan harapan orang tuanya. Kim Ji-Yeong menjalani kuliah dengan serius, meski harus menghadapi berbagai rintangan. Setelah lulus dari kuliahnya, tantangan baru muncul. Ia mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, sering kali mengalami pelecehan saat wawancara atau ditolak hanya karena ia seorang perempuan. Akhirnya, suatu hari, dia mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan. Beruntungnya Perusahaan yang menerima Kim Ji-Yeong sangan baik dan orang orangnya ramah, meski kebanyakan pekerjanya laki-laki namun itu tidak mematahkan semagatnya. Kim Ji-Yeong terus bekerja dengan giat di perusahaan tempatnya berkarier. Dedikasinya membuahkan hasil; ia mendapatkan berbagai penghargaan dan pujian dari kepala timnya, seorang perempuan yang berprestasi dan inspiratif. Kehidupan pribadinya juga berbuah manis. Ia menjalin hubungan dengan seorang kekasih yang pengertian, dan setelah beberapa tahun bersama, mereka memutuskan untuk menikah. Namun, setelah pernikahan, cobaan baru muncul. Keluarga Kim Ji-Yeong dan keluarga mertuanya mulai memberikan tekanan untuk segera memiliki anak. Mereka terus menerus mengingatkan tentang pentingnya melanjutkan garis keturunan, membuat Kim Ji-Yeong merasa terjebak antara tuntutan keluarga dan ambisi kariernya. Meskipun Kim Ji-Yeong dan suaminya saling mencintai, keduanya jarang menghabiskan waktu bersama karena kesibukan pekerjaan masing-masing. Hingga keinginannya untuk memiliki keluarga terwujud. Ia akan segera menjadi ibu, namun Kim Ji-Yeong menghadapi kesulitan dalam bekerja selama masa kehamilannya. Ia juga memikirkan nasib anaknya nanti, terutama mengenai kemungkinan menitipkannya kepada orang lain, yang tentu saja akan memerlukan biaya yang cukup tinggi. Sementara itu, kondisi keuangan mereka sudah sangat pas-pasan. Setelah berdiskusi dengan suaminya, Kim Ji-Yeong akhirnya memutuskan untuk mengakhiri karirnya demi merawat buah hati mereka. Waktu pun berlalu, dan Kim Ji-Yeong merawat sang buah hati dengan penuh kasih sayang. Setiap hari, ia meluangkan waktu untuk bermain dan mengasuh anaknya, berusaha memberikan yang terbaik meskipun terkadang merasa kelelahan. Di saat-saat sulit, suaminya selalu siap membantu, menawarkan dukungan dan kasih sayang yang membuatnya merasa tidak sendirian. Namun, seiring berjalannya waktu, suaminya mulai merasakan keanehan pada diri Kim Ji-Yeong. Perubahan sikapnya yang tiba-tiba membuatnya khawatir. Wanita ceria yang dulu selalu tertawa lepas kini terlihat lebih pendiam dan sering kali murung. Sikap periang yang biasa ia tunjukkan kini tergantikan oleh ekspresi cemas. Terkadang, ia bahkan tampak seperti orang yang berbeda, seolah beban berat yang tidak terlihat menggerogoti semangatnya. Merasa tidak nyaman dengan perubahan ini, sang suami memutuskan untuk mendatangi seorang psikolog untuk berkonsultasi mengenai keadaan istrinya. Ia ingin memahami lebih dalam tentang apa yang sedang dialami Kim Ji-Yeong. Setelah beberapa sesi konseling, ia akhirnya mendapat pencerahan. Ternyata, Kim Ji-Yeong telah melewati begitu banyak kesulitan sejak kecil. Ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan dan ekspektasi, terutama dari keluarga yang selalu menekankan pentingnya memiliki anak laki-laki. Kini, setelah menjadi seorang ibu, Kim Ji-Yeong merasa terjebak dalam tekanan yang sama. Ia tidak hanya harus menghadapi tantangan dalam merawat anak, tetapi juga merasa tertekan oleh harapan keluarganya. Semua ini membuatnya mengalami stres yang berkepanjangan, dan suaminya menyadari bahwa tanpa dukungan yang tepat, beban ini bisa sangat berat baginya. Dengan pemahaman baru ini, suaminya bertekad untuk mendukung Kim Ji-Yeong lebih baik. Ia ingin membantunya menemukan kembali diri dan kebahagiaannya. Mungkin dengan berbagi cerita dan saling mendengarkan, mereka bisa bersama-sama mengatasi berbagai tantangan yang ada di depan mereka. Novel ini sangat baik untuk dibaca oleh baik wanita maupun pria, karena dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang hak dan peran perempuan dalam masyarakat. Melalui cerita dan karakter yang kuat, pembaca akan menyadari bahwa perempuan tidak hanya ditakdirkan untuk menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga memiliki potensi untuk berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.Dengan memahami perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh tokoh perempuan dalam novel ini, diharapkan pembaca dapat lebih menghargai dan mendukung peran perempuan di berbagai aspek, baik dalam keluarga maupun masyarakat luas. Namun karena alur yang maju mundur mungkin sebagian pembaca sedikit bingung dengan keadaannya selain itu akhir dari buku ini tidak menceritakan bagaiman Kim Ji-Yeong berubah menjadi lebih baik melainkan berhenti ketika sang suami ingin membantu sang istri memulihkan keadaan dirinya.
0 komentar