book

Rumah Ilalang

0
  • book
    Ditulis oleh
    Tabitha Rianty Putri
  • Dibuat tanggal
    20 Jul 2024
  • Sekolah
    SMP Negeri 15 Semarang

Rumah Ilalang ditulis oleh Stebby Julionatan, diterbitkan penerbit Basabasi pada September, tahun 2019. Rumah Ilalang memiliki 136 halaman dengan ukuran 12x19 cm. Selain dalam bentuk fisik, Rumah Ilalang juga tersedia dalam berbagai situs membaca online seperti Ipusnas.

Saya mengenal Rumah Ilalang karena siang kemarin saya kebingungan mencari judul buku bagus untuk saya baca dan jadikan resensi, lantas saya mencoba mencari di twitter apakah ada buku bagus yang dapat ditamatkan dalam sekali duduk. Saya menemukan Rumah Ilalang sebagai salah satu buku yang direkomendasikan user @liviatoures, saya tertarik karena sampulnya yang terkesan sederhana namun menimbulkan banyak pertanyaan, sebuah peti mati dengan ilalang disekitarnya. Kemudian, saya berhasil menamatkan Rumah Ilalang dalam waktu 2 jam setelah menginjamnya melalui aplikasi Ipusnas.

Tania bingung, sahabat karibnya meninggal dalam keadaan muslim namun siapapun tahu ia gemar mengikuti misa belakangan ini, ia juga ingin dimakamkan secara katolik. Sayangnya, Tabita, sahabat Tania tak dapat dimakamkan secara Katolik karena tak terdaftar sebagai jemaat, juga tak dapat dimakamkan di pemakaman umum islam karena dianggap dapat mencelakakan warga sekitar. Melalui Rumah Ilalang, kita melihat dunia dalam sudut pandang seorang waria. Melalui Tania, Tabita, Anggela dan Mami Nancy dalam Rumah Ilalang kita menyaksikan mereka yang dianggap tercela, hina, terkutuk, memperjuangkan hak-hak kemanusiaan atas hidup mereka.

Rumah Ilalang dibagi menjadi 24 bab dengan judul perbabnya yang panjang sekali, hingga mengharuskan daftar isi dalam Rumah Ilalang terdiri dari dua halaman. Masing-masing bab dalam Rumah Ilalang ditulis dengan sudut pandang yang berbeda-beda dan alur serta tempat kejadian yang berbeda-beda sesuai dengan judul yang tertulis. Gaya bahasa Rumah Ilalang cukup sederhana, tanpa menggunakan banyak kiasan, lugas dan begitu menohok. Alur cerita Rumah Ilalang juga sangat berani, karena menyinggung unsur SARA, terlebih masalah LGBTQ+ masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia karenaa menyalahi aturan agama dan norma yang ada. Rumah Ilalang mengungkap sudut pandang keluarga, teman-teman komunitas Srikandi Utama, dan warga sekitar mengenai kematian dan kelahiran Alang (nama asli Tabita). Selain itu, Rumah Ilalang memberikan sindiran tajam bagi para "pemuka agama" yang menumpangi nama suatu agama guna melancarkan ideologi pribadinya. Sejatinya, fanatisme dalam menganut suatu agama merupakan suatu hal yang sia sia, apalagi kalau sampai membuat kita lupa kalau semua agama mengajarkan cinta kasih terhadap sesama. Pelajaran yang saya ambil dari Rumah Ilalang adalah kita tidak boleh memandang seseorang hanya karena sampul luarnya. Seorang manusia dewasa tumbuh dengan lingkungan masing-masing, tugas kita sebagai manusia lain adalah menerima dan menghargai sesama manusia. Kutipan yang paling berkesan bagi saya adalah:

"untuk apa aku mengurusi nerakamu, jika surgapun belum layak untukku" (halaman 99)

Diatas saya menyebutkan bahwa masing-masing babnya memiliki sudut pandang dan alur yang berbeda, Hal tersebut menjadi kelebihan, karena jarang ada penulis yang dapat menulis dengan alur maju mundur seperti itu, namun juga menjadi kekurangan karena dapat membingungkan pembaca. Meskipun sederhana dan lugas, gaya kebahasaan Rumah Ilalang kurang dieksekusi dengan baik oleh editor maupun penulis. Sudut pandang yang tidak konsisten sebab dalam satu bab saja terkadang menggunakan 2-3 sudut pandang sekaligus, dialog yang ditulis menggunakan kalimat bercetak miring alih-alih tanda kutip, salah penyebutan nama yang terjadi tak hanya satu kali dua kali, kalimat tunggal dan majemuk yang berketimpangan. Kebetulan yang saya baca di Ipusnas merupakan terbitan pertama. Harapannya, jika kelak penerbit Basabasi atau penerbit lain akan mencetak buku ini untuk kedua kalinya, naskah buku ini dapat dikoreksi dan dibenahi lagi agar pembaca nyaman membacanya. Sayang sekali, novel ini sangatlah potensial, tak banyak penulis yang memiliki gaya bahasa yang menohok dan lugas seperti Stebby. Novel ini sedikit mengingatkan saya kepada Ziggy, beliau berdua memiliki gaya kebahasaan yang khas, sederhana namun menohok.

Setelah membaca sampai tuntas Rumah Ilalang, meskipun saya menemukan banyak kesalahan dalam penulisan yang membuat saya cukup terganggu, novel ini tetap memberikan pelajaran berharga bagi diri saya pribadi. Melalui novel ini, saya harap kita semua dapat berhenti untuk menghakimi satu sama lain, karena bagaimanapun bentuk dan sifatnya, kita semua tetaplah manusia. Dari skala 1-10 saya memberikan buku ini 6 point. Besar harapan saya agar narasi Rumah Ilalang dapat diperbaiki kembali.

Judul Buku Rumah Ilalang
Penulis Stebby Julionatan
ISBN 978-623-7290-23-0
Bahasa Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi September, 2019
Penerbit Basabasi
Jumlah Halaman 136

0 komentar

Buat komentar