
Ancika: dia yang bersamaku tahun 1995
-
Ditulis olehSyirli Aura Hapifah
-
Dibuat tanggal
16 Sep 2024
-
Sekolah
SMP Negeri 13 Bandung
Buku novel yang berjudul “Ancika: dia yang bersamaku tahun 1995” menceritakan tentang masa masa dimana Dilan sudah putus dengan Milea. Cerita ini berawal dari Dilan yang kini sudah kuliah bertemu dengan seorang anak SMA bernama Ancika, saudara dari Mang Anwar. Buku ini sudah laris terjual dan filmnya sudah banyak ditonton. Pidi Baiq adalah penulis dari buku ini dan beberapa series lainnya tentang Dilan yang banyak diminati kaum remaja maupun dewasa.
Ancika Mehrunisa Rabu, seorang perempuan yang sebagian dirinya menikmati beberapa bagian menjadi laki laki, rambut yang sangat pendek dari saat SMP dan sebenarnya ibunya tidak setuju, serta ia menyukai semua jenis buku. Tahun 1995, ia sekolah di salah satu SMA di daerah Kiaracondong. Jaraknya cukup jauh sehingga ia menggunakan angkot untuk berangkat ke sekolah. Ia Memiliki teman dekat sejak SMP bernama Indri. Suatu hari, ada seorang lelaki yang ingin berkenalan denganya bernama Bono. Yang katanya laki laki itu sering memperhatikan Ancika. Lama kelamaan, Bono mulai semakin mendekati Ancika dengan berbagai cara. Begitu pun Ancika mencoba menolak dengan berbagai cara, secara baik baik pada Bono. Bagaimanapun, perasaan seseorang tidak dapat dipaksakan.
Dilan bertemu dengan Ancika saat mereka datang di hari ulang tahun Abahnya Ancika. Setelah sampai di rumah Abah, Mang Anwar datang bersama teman temannya. Mang Anwar merupakan anak bungsu Abah. Saat itulah pertama kalinya Ancika bertemu dengan salah satu teman Mang Anwar, Dilan. Dilan mencoba berkenalan dengan Ancika, tapi sikap acuh tak acuhnya Ancika membuat hal itu sedikit terhambat. Tetapi, Dilan tak mau menyerah, lewat bantuan Mang Anwar, sedikit demi sedikit mereka mulai dekat. Ketika mereka mulai dekat, Dilan tiba tiba menjauh entah kenapa. Pada bulan Juni, Ancika mengikuti bimbel sehingga ia bertemu dengan Bagas, Ipul dan Iksan. Saat itulah salah satu dari mereka mulai mendekati Ancika, dia Bagas. Bagas selalu menelepon Ancika dan mereka layaknya berpacaran. Tetapi, ia merasa dirinya dan Bagas sebatas teman bimbel dan tidak lebih. Setelah waktu yang terasa lama, Dilan akhirnya kembali. Karena itulah Bagas mulai menjaga jarak antar dirinya dan Ancika.
Menurut Ancika, Dilan itu menyebalkan.Tetapi ada sedikit rasa kagum saat Mang Anwar bercerita tentang Dilan pada Ancika. Tentang bagaimana Dilan bisa menepati ranking satu dari SD, SMP, SMA, hingga dapat kuliah di salah satu Universitas tujuannya. Dilan juga menunjukkan perhatiannya secara terang terangan pada Ancika. Rasa kagum yang tumbuh semakin besar membuat bibit cinta tumbuh dalam hati Ancika. Itulah saat dimana Ancika benar benar mencintai Dilan, dan begitupun sebaliknya. Ketika waktu terus berlalu, hingga mereka akhirnya resmi berpacaran. Mereka menjalani masa berpacarannya dengan mesra, ketika dirasa mereka berdua siap untuk ke jenjang hubungan yang selanjutnya, Dilan akhirnya melamar Ancika untuk menjadi istrinya. Setelah segala persiapan dilakukan, mulai dari Dilan yang kuliah sembari bekerja dan Ancika yang sudah lulus sekolah, akhirnya mereka menikah. Bahkan Dilan rela menjual motor dengan seribu kenangan itu untuk pernikahan mereka yang diadakan secara sederhana. Karena pada saat itu sedang terjadi krisis moneter di Indonesia. Setelah menikah, mereka akhirnya dikaruniai seorang anak yang membuat keluarga mereka semakin harmonis.
Buku ini cocok dibaca oleh remaja atau orang dewasa karena alurnya mudah dipahami. Jika ada bagian dimana salah satu tokoh sedang mendapat masalah, selalu ada saja komedi yang mencairkan suasana dari tokoh lainnya. Jika membaca buku ini, rasa nya kita seperti benar benar hidup di Bandung pada beberapa puluh tahun lalu. Buku ini juga mengingatkan bahwa kita hanya manusia biasa yang tidak tahu bagaimana takdir kita selanjutnya.
Kelebihan buku ini ada pada bahasa yang digunakan. Buku ini menggunakan bahasa Indonesia yang cukup baku, namun diselingi bahasa daerah sunda yang menurut saya itu perpaduan yang cukup unik.
0 komentar