
Laskar Pelangi
-
Ditulis olehSyirli Aura Hapifah
-
Dibuat tanggal
29 Sep 2024
-
Sekolah
SMP Negeri 13 Bandung
Andrea Hirata, seorang penulis yang sudah menerbitkan banyak novel yang benar-benar bagus untuk dibaca serta menginspirasi para pembaca. Novel ini salah satunya yang berjudul “Laskar Pelangi”. Mencerita anak-anak anggota Laskar pelangi yang memperjuangkan pendidikan untuk masa depan mereka yang cerah. Novel ini begitu banyak menginspirasi banyak orang dengan bagaimana kita seharusnya lebih bersyukur pada apapun yang kita memiliki. Tidak semua orang memiliki apa yang kita miliki, begitupun sebaliknya. Novel ini juga sudah banyak diminati oleh berbagai kalangan usia. Kisah anak-anak dalam cerita ini wajib kita tiru dalam hal pantang menyerah, tingkat kreativitas yang tinggi, hingga semangat yang mencengangkan.
10 anak orang Melayu Belitong sebagai anggota Laskar Pelangi, tidak pernah menyerah pada keadaan yang tak bersimpati pada mereka. Anak anak itu antara lain; Ikal (aku), Mahar, Lintang, A Kiong, Sahara, Trapani, Syahdan, Borek, Kucai, dan Harun. Anggota itu merupakan anak anak hebat yang haus akan pendidikan. Mulai dari Lintang yang rela menempuh jarak hingga 80 km, hanya untuk pergi ke sekolah mencari ilmu, hingga Mahar yang merupakan tukang pesuruh tukang parut kelapa yang juga seniman dadakan itu mengangkat derajat sekolahnya melalui acara karnaval 17 Agustus. Anak anak itu menunjukkan bahwa yang mengubah kehidupan adalah pendidikan. Semangat mereka untuk meraih cita cita sangat tinggi, bahkan kondisi kehidupannya pun tak bisa menghalangi semangat mereka yang berkobar kobar.
Senang susah mereka semua selalu bersama. Anak anak yang tinggal di desa yang sebagian masyarakatnya lebih fokus bekerja dengan gaji kecil dibanding menyekolahkan anak mereka untuk mendapat pendidikan layak, atau bahkan diri mereka sendiri. Di desa yang dimana mendapat pendidikan hanyalah anak dari kalangan atas. Semangat mereka dan hasilnya sedikit demi sedikit mereka tunjukan pada semua orang bahwa keadaan perekonomian, latar belakang keluarga, hingga bagaimana cara mereka mendapatkan ilmu menunjukan tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Tibalah ketika mereka dewasa, sebagian cita cita mereka itu terwujud. Sebagian memang tidak terwujud karena satu dan lain hal. Namun sebagian akhirnya menunjukkan pada dunia, bahwa perubahan pasti ada. Ada yang berakhir menjadi guru, ketua fraksi di DPRD Belitong, network designer, penulis, kuli, hingga yang berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya pada ibunya. Hingga saat mereka sibuk pada pekerjaannya dan kehidupannya masing-masing, persahabatan mereka tetap erat seperti dulu. Tak ada yang dapat memutuskan tali persahabatan mereka, kecuali takdir Tuhan.
Novel ini benar-benar banyak menginspirasi kita bagaimana kehidupan berjalan, bagaimana cara kita agar tetap berusaha. Hidup tak selalu tentang hari ini, tak juga selalu tentang hari kemarin. Akan ada hari esok yang tak akan kita ketahui apa yang akan terjadi. Kita dapat merubah kehidupan kita hanya dengan satu kunci, yaitu pendidikan. Novel ini pun mengajarkan bagaimana kejujuran, kegigihan, semangat, dan sabar tidak menutup kemungkinan untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik lagi.
Kelebihan buku ini ada pada bahasa yang bagus dengan selingan komedi halus membuat pembaca merasakan berbagai emosi yang berbeda beda pada setiap babnya. Cerutanya pun ditulis dengan sangat detail. Buku ini cocok untuk menjadi panduan hidup remaja saat ini yang kebanyakan memikirkan percintaan daripada pendidikan yang akan menjadi bekal mereka di masa depan. Buku ini juga memberitahu seberapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan kita. Juga tentang persahabatan yang begitu bertahan sangat lama. Kekurangannya ada pada tidak ada gambaran atau ilustrasi tokoh tokoh. Sehingga kita harus berimajinasi tentang bagaimana wujud tokoh tersebut.
Saya sangat menyarankan buku ini untuk dibaca oleh berbagai kalangan usia. Novel fiksi yang sudah banyak menginspirasi hidup orang-orang dengan kisah kehidupan para tokoh novel tersebut.
0 komentar